Chapter 7: Big Trouble

28 3 0
                                    

Aku hanya bisa terbaring lemas di tepi sofa empuk ini, melepaskan semua rasa letih dan stressku yang diakhibatkan oleh beberapa masalah yang tidak mudah untuk diatasi. Jujur saja, ini adalah waktu yang paling melelahkan untukku.

Mataku terpejam pelan karena mendengarkan suara alunan jam hologram yang sudah menunjukkan keangka 00:00. Memang sudah waktunya untuk tidur, kecuali aku dan beberapa rekanku yang terlibat dalam masalah besar—tidak biasa ini.

Zssh...

Aku terbangun kembali akhibat mendengar suara pintu yang tiba-tiba saja terbuka. Mulutku terbuka lebar—menguap—memejamkan mata sejenak dan menyentuhnya sedikit.

“Kolonel Sarra, ini waktumu untuk ikut serta,” ujar seorang pria gemuk dengan kacamata hitamnya yang pekat. “Jangan bilang tadi kau tertidur.”

“Ya, ya, ya, aku hanya ingin mengistirahatkan tubuhku sejenak,” wajahku berubah menjadi lazy face seraya malas saat mendengar panggilan itu.

“Aku tahu, hari yang melelahkan, bukan? Memang sudah takdir bagi armada Scryptinus dan armada Gotefores untuk menjadi musuh bebuyutan, bukan begitu?”

“Entahlah, Hendlre. Yang aku harapkan hanyalah semoga mereka bisa saling damai dan tidak menyeretku ke dalam tugas bodoh seperti ini lagi, selamanya.” Aku mulai kesal dengan kedudukanku ini, bahkan aku mengatakan hal yang kurang pantas untuk diucapkan seorang kolonel.

“Yah, kuharap juga begitu. Berdoa saja bahwa ucapanmu itu akan jadi kenyataan. Jadi, aku akan menunggumu di perhakiman sekarang.” Pria yang kusebut ‘Hendlre’ itu berbalik lagi untuk keluar dari pintu sembari memutarkan tubuhnya sejenak. “Semoga berhasil dalam tugasmu yang sialan ini, ‘Mscosa’.”

Oke, aku benar-benar benci jika dipanggil ‘Mscosa’ olehnya. Itu adalah bahasa Ghrambre kuno, yang artinya ‘tahi lalat’. Dan nama itu di peroleh dari panggilan—akh, lupakan! Aku sungguh membenci pria tua itu.

“Bfft!” sentuhan terakhir sebagai tanda bahwa aku membencinya, aku menjulurkan lidahku yang menghasilkan suara lelucon menyebalkan.

“Hei,”

“Huwa!”

Mendadak Hendlre datang kembali, membuatku yang awalnya sedang meledeknya menjadi terkejut dan segera menyembunyikan lidahku.

“Kau harus segera itu denganku, aku yakin persidangan ini akan mengasyikkan. Kau tahu kenapa?” kini dia membuatku terheran-heran dengan pertanyaan sederhananya.

“Hah? Apa itu?” alisku terangkat sebelah dengan tatapan yang penasaran.

.

Bukan hal yang aneh jika aku mendengar seorang tersangka tidak menghadiri hari penghakimannya dan—tentu saja sidangnya akan ditunda. Tapi ini...

“Jadi maksudmu... Kapten Oshoza tidak menghadiri sidangnya, tapi...” ucapanku terputus karena aku tahu betul yang akan terjadi.

“Seperti yang kau lihat, Sarra. Oshoza hanya menunjukkan suaranya saja, seperti sebelumnya,” Kolonel Argatha menyimpulkan kedua tangannya di dada sambil menyilangkan kakinya sembarangan.

“Yah, setiap ada masalah, dia pasti tidak pernah datang.” Aku mulai memasang wajah lazy face lagi.

Di ruangan luas ini, banyak orang yang menghadiri persidangan. Ayahku selalu complain dan mendesak atas ketidakadilan ini. Aku sih sudah yakin 100% bahwa pemerintah tidak akan bergerak karena mereka sudah disogok. Jadi yang ku khawatirkan bukan itu.

“Hhh, sejujurnya aku penasaran dengan wajah Kapten Oshoza itu,” lagi, aku mendesah pelan dan menutup mataku pelan.

“Heh? Kau belum pernah melihatnya? Ku pikir dia itu pamanmu.” Mata Argatha langsung terbelengak saat mendengar fakta yang mengejutkan ini.

SCRYPTINUS's FLEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang