Hari sudah malam, yah, walau pun disini akan selamanya malam. Kalian tahu kenapa? Tentu saja karena disini di luar angkasa. Semuanya akan gelap dan hanya disinari oleh pancaran cahaya dari bintang. Kalian harus mencoba melihatnya barang kali, disini sangat indah.
Aku hanya terduduk di atas ranjangku sambil menatap langit di luar. Sesekali senyum sendiri dengan mata yang agak sayup-sayup. Tapi aku tidak boleh tertidur sekarang, ada seseorang yang akan mengunjungiku sebentar lagi,
Orang yang sangat istimewa,
Orang yang sangat kusayangi sebagai keluarga,
Orang yang paling memahamiku di segala situasi seperti apapun,
Zzsshh...
Seketika pintu kamarku terbuka secara otomatis. Muncullah seorang pria berambut seperti landak-berantakan dengan beberapa atribut yang dikenakannya.
“Maaf, aku terlambat!” ucapnya dengan wajah yang berseri-seri. “Apa kau sudah mengantuk?” dia langsung menghampiriku dan terduduk di depanku.
“Tentu saja, sekarang sudah larut malam. Kau harusnya tahu berapa jam aku menunggumu disini!” ocehku padanya, tapi aku bahagia karena dia datang.
“Ehehe, kalau begitu maaf ya, kakak harus berusaha datang kesini dengan penuh perjuangan, kau harusnya tahu berapa banyak Black Jack yang harus kuatasi untuk datang kesini dalam waktu lima menit!”
Seseorang yang disebut ‘kakak’ itu menyentuh sesuatu di belakang punggungnya, yang sedari tadi disembunyikannya.
“Sudahlah, sekarang, coba tutup matamu dan hitung sampai sepuluh. Jangan mengintip, oke?” alisnya agak mengkerut dan giginya dipamerkan hingga menampakkan semuanya yang ada di dalam mulutnya itu.
Dengan senang hati, aku menutup mataku berlahan dan menghitung mundur.“1, 2, 3...,”
Aku mendengar sebuah suara yang sepertinya dihasilkan dari bungkusan kertas yang indah. Pipiku semakin berseri saat mendengar suara itu.
“8, 9, 10.”
Perlahan kubuka mataku dan menyorotkan pandanganku pada sebuah kotak besar di sudah berada di pangkuanku sedari tadi.
“Akh, ini...”
“Selamat ulang tahun, adikku yang tercinta,” ia menyimpulkan jari-jemarinya dan menutupi daerah bibirnya, menyembunyikan sebuah senyuman yang amat lebar.
“A-apa ini?! Aku sungguh tidak menyangka kau...,” aku tergugup untuk berbicara. Sungguh, aku sangat amat bahagia sekarang.
Tanganku menyentuh tutup dari kado itu, menariknya perlahan dan mengintip sedikit isinya.
Sret...
Isinya...
Pedang buatan Karze?
Mataku langsung terbelengak lebar. Raut wajahku menjadi terkejut dan kaget.
Bukan bahagia,
Seakan-akan memori langsung masuk ke kepalaku lagi,
“Ayah, harusnya kau mengerti situasi Sarra, dia juga butuh kasih sayang.”
“Karze, kau tahu? Ayah hanya tidak bisa merawatnya,”
“Baiklah, aku akan memberi ayah sebuah tantangan. Saat aku pergi menjalani misi besok, aku ingin ayah memberikan pedang buatanku padanya. Kupikir saat hari ulang tahunnya nanti, aku akan terlambat sedikit. Aku yakin dia akan sangat bahagia menerimanya, terlebih lagi darimu,”
“Kapan kakak akan pulang? Sudah 6 hari kau tidak pulang, Sarra khawair!”
“Ya, ya, sekarang kakak sedang menuju ke armada, bersabarlah sebentar.”

KAMU SEDANG MEMBACA
SCRYPTINUS's FLEET
Science-FictionArmada Scryptinus, tempat tinggal untuk 500 jiwa yang berada di luar angkasa. Semuanya nampak normal, tidak ada masalah seperti yang biasanya terjadi di bumi. Namun, di balik semua itu, aku harus menjalani hidup yang berat. Hidup yang tidak seharus...