Chapter 3: Sugar-bear?

32.3K 1.5K 35
                                    

MARISSA STRIX'S POV

Aku terbangun dengan cahaya yang menyilaukan mataku. Dimana aku? Aku mencoba untuk mengingat-ngingat kejadian sebelumnya.

ASTAGA

Kejadian itu. Ya Tuhan mengapa aku hidupku harus diliputi dengan dunia seperti ini? Aku hanya ingin kembali ke rumahku. Aku mulai merasa sesak di dadaku dan mulai menangis.

Aku mencoba untuk melupakan semua ini dengan bernyanyi.

There's this one girl
Who lives the world in peace
The world she always dreamt
But one night
One night it all change

That night the stars shine bright
But why am I crying?
Why can't I just let it all go?
Oh boy what should I do?

There's this girl
Who lives the world in dark
The world she always scared of
But one night
One night it all change

That night there's a man
In a hood that comes to me
He gave me the sweetest smile
Oh boy what should I do?
What should I do?

Dan diakhir lagu aku terus menangis dan menangis. Well, bisa diketahui bahwa aku memiliki passion yang besar dalam bernyanyi dan membuat sebuah lagu. Aku menyanyikan lagu sesuai dengan suasana hatiku.

Aku kembali bernyanyi sambil menutup mataku dengan air mata yang sudah mengering tidak sadar bahwa dari tadi ada seseorang yang mendengarkanku bernyanyi.

Grayson Deandro

Wajahnya sempat memberikan sebuah ekspresi. Tapi sebelum aku bisa membacanya, ia kembali ke wajah pasifnya.

"Gimana keaadaan lo?" Tanyanya.

"Gue baik-baik saja. Gue rasa," Jawabku tak acuh.

"Kenapa lo kabur? Bukannya lo tau kalo gue bisa dengan gampangnya nemuin lo lagi?" Kali ini dia menampilkan senyuman liciknya yang sebenarnya bisa dibilang seksi itu.

"Orang yang punya otak juga pasti bakal ngelakuin hal yang gw lakuin lah!" Jawabku dengan nada yang ditinggikan dan mata melotot.

Dan reaksi dia ini sungguh mengesalkan. Dia terkekeh. Dia pikir ini lucu apa. 1 detik dia terkekeh dan detik berikutnya semua ekspresi di wajahnya hilang.

"Dengerin ini ya Marissa Strix. Lo udah tau terlalu banyak dan gue gak akan ngebiarinin lo pergi dari sisi gue." Katanya dengan suara rendahnya.

Astaga apa dia bipolar? 1 detik senyum 1 detik galak.

"Kasih tau gue alesan kenapa lo gak bisa ngebiarinin gue pergi dari sisi lo? Sumpah kalo tentang yang di taman itu gue gak akan kasih tau 1 manusia pun! Please gue perlu edukasi gue. Gue punya keluarga yang pastinya sedih banget gue ilang." Cerocosku dengan cepat.

"Keluarga lo? Dia udah ngira lo mati tenang aja." Jawabnya santai sambil mengambil tempat duduk di samping ranjangku.

"HAH?! KENAPA?" Teriakku yang tidak percaya.

"Gue tau IQ lu tinggi dan lo pasti udah bisa nebak alasannya." Ya memang betul aku punya IQ yang tinggi dan dugaan pertamaku adalah dia merupakan bos kriminal.

"Ya gue bos kriminal tepatnya mafia."

Astaga aku ngomong itu kenceng-kenceng ternyata? Aku menutup mulutku tidak percaya. Manusia sempurna di depanku ini ternyata seorang kriminal besar? Tapi aku menahan suatu emosi yang lebih untuk keluar dari tubuhku.

Aku hanya memasang wajah tenangku yang aku yakin dia bisa baca kegugupanku dari mataku.

"Karna lo udah tau alesannya. Maka seharusnya lo bisa lebih diajak kompromi." Katanya lagi.

The Heart of a Beast (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang