MARISSA STRIX'S POV
Yang jahat pastilah kalah. Yang berbohong pastilah akan ketahuan. Yang mengkhianati pastilah akan dikhianati. Yang tersakiti pasti akan tersembuhkan.
Dan aku percaya bahwa seiringnya dengan waktu, semua hal ini akan berkurang rasa sakitnya. Tidak... Memang tidak akan hilang rasa sakit ini, tapi hanya bisa dijadikan sebagai bahan untuk masa depan.
Masa depan...
Aku dan Grayson.
Aku menghembuskan nafas panjang dan mulai berjalan dengan dan bergandengan bersama Grayson. Berjalan menjauhi kenangan kelam tersebut di negri ini.
Kami berjalan menuju tempat baru, tempat di mana kami dapat memulai hidup bersama tanpa ketakutan, kekhawatiran, dan juga masa lalu.
Di sinilah aku dan Grayson berdiri di airport John F. Kennedy International Airport untuk menuju ke tempat baru. Tempat yang aku bisa sebut sebagai rumah. Indonesia.
Aku membalikkan badanku lalu menatap Luke dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Dia berjalan mendekatiku perlahan lalu aku langsung melangkah dengan besar dan memeluknya.
"Terima kasih banyak untuk segalanya. Terima kasih untuk setiap putaran badan gue, lo gak pernah nusuk dari belakang. Terima kasih untuk selalu menjadi diri sendiri dan tidak pernah palsu. Terima kasih untuk selama ini membantu Grayson bangkit di saat gue enggak ada. Terima kasih Luke," bisikku diakhir dengan tersedu-sedu.
Luke menarikku dari pelukan lalu mengusap air mataku dengan kedua ibu jarinya.
"Gue udah melakukan tugas gue selama ini untuk ada di samping Grayson. Sekarang tugas itu gue serahin ke lo. Jaga Grayson baik-baik ya," katanya lekat-lekat.
Aku mengangguk lalu fokusku beralih ke Ethan yang sudah membuka tangannya lebar untukku. Dan dengan segera aku memeluknya.
Kaluargaku satu-satunya.
Aku menangis dalam pelukannya dan Ethan dengan sabar mengelus-elus pundakku.
"Don't cry, sugar bear.. lo tau kan kakak lo yang satu ini enggak akan kemana-mana?" Ucapnya lembut.
"Iyaa.. tapi tetap saja kita bakal susah ketemu," responku.
"I'm going to visit you as soon as possible, just know that I'm only one call away," ucapnya dan melepaskan pelukan dengan perlahan.
Dia tersenyum lembut lalu segera menatap Grayson yang baru saja selesai berbicara serius dengan Luke.
Ethan memanggil Grayson sebentar untuk ke pinggir lalu berbicara secara privat. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena jaraknya tidak memungkinkan.
Sementara Luke mencoba untuk mengambil troli bagasi. Aku pun sendiri dan mendongak ke atas mengengadah ke langit lalu menarik nafas panjang.
Aku teringat kembali diriku yang baru pertama kali atau setidaknya seingatku pertama kalu menginjakkan kaki di Negri Paman Sam ini. Di kota penuh drama ini. Di tempat aku bertemu kembali dengan takdirku. Di tempat semua kebenaran terungkat dan keadilan ditegakkan.
Saat-saat aku tertembak, bertemu Grayson, kabur dari rumah Grayson, bermain dengan Ethan, sarapan bersama, main truth or dare sampai aku dipermalukan.
Aku terkekeh mengingat memoriku yang terakhir itu.
Suka duka sudah aku lewati di sini... tapi ini saatnya memulai hal yang baru. Grayson yang akan mengembalikan usaha almarhum ayahnya di Indonesia. Dengan segala usahanya dan meninggalkan gang yang telah ia bentuk selama 5 tahun belakangan ini.
Dia telah memberikan semua aset gang-nya ke Luke. Ethan tidak ingin diberikan karena ia sebentar lagi mau kuliah di Itali.
Aku menghembuskan nafas berat lalu membuka kembali mataku untuk mendapatkan Grayson yang memberikan tangannya kepadaku.
Aku menggenggam tangannya lalu menatap wajahnya dengan seksama karena ia sedikit pucat.
Aku menyenggkl bahunya sedikit lalu bertanya, "Ada apa?"
"Kakakmu itu serem banget sih," ucapnya.
Aku terkekeh kecil lalu ia melanjutkan.
"Dia bilang aku harus jaga kamu baik-baik pokoknya enggak boleh sampai bikin nangis satu tetes pun atau lecet sedikit pun kalau enggak dia tidak akan merestui pernikahan kita,"
Aku terdiam dengan mata yang mau copot juga mulut menganga.
Grayson menatapku lalu tertawa kecil, "Nanti maksudnya,"
Aku menghembuskan sedikit nafasku yang tadi tidak aku sadari tertahan walaupun tetap saja kaget dengan pernyataannya bahwa ia akan seserius itu dengan hubungan kita.
"Shall we go now?" Tanyanya karena aku membeku di tempatku.
Dan akhirnya aku mengangguk dengan tekad setelah beberapa detik tadi kaget. Ia pun mengangguk lalu kami berjalan dengan tangan bersatu dan langkah yang mantap menuju kehidupan baru kami.
Berjalan terus tanpa menatap ke belakang lagi dan siap akan tantangan baru.
END
(29/8/2017)

KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart of a Beast (COMPLETED)
RomanceMarissa Strix. Cewek petualang berusia 17 tahun yang baru saja dikasih pergi ke Amerika. Hari yang dinanti-nantikannya. Tapi apa jadinya jika pada 1 jam pertamanya saja sudah menjadi 1 jam terburuk dalam hidupnya? Belum lagi kejadian di depan patung...