19. Memutih Legam 5

62 5 0
                                    

"Mau sampai kapan kamu bergelantungan di punggungku?" tanya Yudhis pada Cemani yang hampir membangun sarang di punggungnya.

"Sampai ajal menjemput, Yudhistira." ujar Cemani dengan kalemnya. Biasanya, canda seperti ini tak terlalu Yudhis pedulikan. Namun saat canda ini diucapkan oleh seseorang dari Neraka dan terlebih lagi orang tersebut adalah Ratu Neraka Anthirin tempat pengabdi setan mendapatkan hukuman abadi, mau tak mau Yudhis merasa ngeri juga.

Guna mengurangi kengeriannya, Yudhis melayangkan pandang pada sekitar. Saat ini dia sedang berada di pelataran Keraton Neraka Krisan yang berhadapan langsung dengan Alun-Alun Maraveksa. Tak jatuh dari tempatnya berdiri, ada Tahta yang terlihat seperti sedang menguliahi Meriyati. Meriyati hanya menundukkan kepalanya berpura-pura mendengarkan omongan Tahta, padahal sejatinya hanya melamun karena omongan si kentut sialan itu terlalu menjemukkan.

"Hei, Cemani."

"Hei, Yudhistira."

Yudhis sedikit cemberut karena omongannya ditiru Cemani. Dia lalu berkata, "Hei, Cemani. Raja dan Ratu Neraka selalu sehebat itu, ya? Maksudku, selain mengatur semua yang ada di Neraka aku tak tahu kalau Meriyati juga bisa menyimpan jiwa para pendosa di menekin kayu."

"Tidak begitu, Yudhistira. Neraka dan segala isinya diciptakan sejak zaman nenek moyang. Tidak sesulit itu untuk mengatur Neraka karena seperti alam, Neraka bisa berjalan dengan semestinya. Raja dan Ratu Neraka tidak sehebat di pikiranmu."

"Ehm, biarpun Neraka Krisan bisa bekerja sendiri tanpa arahan, bukannya Meriyati cukup hebat ya bisa menaruh jiwa manusia ke dalam benda?" tukas Yudhis tak mau mengalah.

"Kalau itu sih sebenarnya teknik yang dimiliki Ratu Setan."

"Ra-ratu Setan?"

"Iya, Ratu Setan. Ratu Setan adalah ibu dari semua setan yang ada di dunia. Saat setan terlahir, Ratu Setan akan mengkaruniainya sebuah nama. Nama tersebut dipakai Ratu Setan untuk mengikat para setan. Maksudnya, dengan menyebut nama maka Ratu Setan dapat memerintahkan apapun kepada para setan." ujar Cemani menerangkan.

"Jadi kau ingin mengatakan bahwa Meriyati adalah Ratu Setan?!"

"Bukan, Yudhistira. Aku hanya ingin bilang kalau Ratu Setan mengajarkan teknik pemberian nama setan kepada Meriyati. Dia mengajarkan dasar-dasar yang perlu dipelajari, lalu Meriyati mengaplikasikannya kepada manusia. Maksudku, pendosa Neraka Krisan. Pada dasarnya, Ratu Setan bisa memberikan nama kepada setan karena statusnya sebagai Ratu dari bangsa setan. Dengan pemikiran yang sama, Meriyatipun bisa disebut Ratu dari para pendosa di Neraka Krisan."

"Oi oi oi, kalau begitu bukankah Ratu Setan sendiri adalah Tuhan dari bangsa setan?"

"Tidak juga, Yudhistira." jawab Cemani menyangkal pernyataan Yudhis. "Memang sih Ratu Setan memiliki semua nama bangsa setan, tapi biasanya setan masa kini memiliki banyak nama sehingga mereka tidak bisa diperbudak begitu saja. Biar begitu, cobalah sebut nama Ratu Setan di hadapan setan, niscaya setan tersebut akan begidik ketakutan. Jangan menyepelekan karisma yang dimiliki Ratu Setan!"

"Kau berkata seakan kaulah Ratu Setan itu." ujar Yudhis menyimpulkan.

"Begitukah? He he." Cemani hanya terkikik dengan ucapannya.

Yudhis lalu terdiam, berpikir sejenak mencoba mencermati perkataan Cemani.

"Eh, Cemani. Kalau begitu, bukankah nama Seruni sudah diumumkan saat Sidang Benih Kebajikan? Seruni alias Rara Saketih dari Alas Jayagiri." ucap Yudhis yang hanya hapal dua nama milik Seruni.

"Tidak, Yudhistira. Nama pemberian Ratu Setan bersifat spesial, hanya Ratu Setan dan setan tersebutlah yang mengetahuinya. Semua nama yang Jalaran Manepis sebutkan saat Sidang Benih Kebajikan adalah nama alias yang tak satupun di antaranya adalah pemberian Ratu Setan." ucap Cemani menjelaskan.

Neraka Yudhistira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang