44. Yudhistira Terjatuh

34 2 0
                                    

Di bawah beringin yang permainya terpancar pada kemerisik dedaunan dan sinar menerawang, ada dua insan saling bertatapan. Salah satu mengungkapkan perasaannya pada satu yang lain. Meminta hati untuk diberikan pada yang lainnya.

"Maaf, Harta. Aku tak tahu kamu punya perasaan seperti itu kepadaku. Aku senang kamu mengatakannya terus terang padaku. Tapi, sekali lagi maaf. Aku tidak berada di jalur seperti itu." ucap Yudhis menolak permintaan Harta, halus namun tegas.

"Hei, Yudhistira. Saat aku meminta hatimu, itu tidak dalam arti kiasan tapi arti yang sesungguhnya." jawab Harta menegaskan. "Aku ingin kau memberikan gumpalan hati yang ada di dalam tubuhmu."

"Aku tahu rasanya ditolak, Harta. Kau tak perlu berpura-pura seperti itu."

"Aku tidak berpura-pura. Aku cuma butuh hatimu saja!"

"Eh, betulan?"

"Betulan."

"Ah..." ucap Yudhis dengan mulut yang menganga. "... malunya."

Harta merengut memperlihatkan gerakan bibir mencibir. Tatapannya menampakkan raut tidak senang, mukanya mencemooh, dan hidung kembang kempis menghinakan dina. Tanpa mengurangi keangkuhan, Hartapun berkata. "Sekarang berikan hatimu padaku."

"Bagaimana caranya?"

"Sama seperti saat kamu menyerahkan tangan kananmu. Namun kali ini akan kulakukan dengan sangat cepat agar kamu tidak keburu pingsan duluan. Waktu kita terbatas, Yudhistira. Tidak ada waktu untukmu pingsan."

"Oi, oi, oi, Harta Bagendit. Kau tidak tahu sih perihnya rasa saat bagian tubuhmu diamputasi!" protes Yudhis keras. "Lagipula, kenapa kau memerlukan hatiku?"

Harta mendekatkan tubuhnya pada Yudhis hingga nyaris menghimpit ke antara batang beringin. Dia memojokkan Yudhis pada beringin sambil berkata lirih. "Kita akan membunuh Cemani."

Mata Yudhis terbelalak nyaris copot dari wadahnya. Kepalanya berdesir, seakan darah mengalir kencang ke pada bagian itu. Untuk mengurangi tekanan, Yudhis mendorong tubuh Harta agar jauh-jauh dari dirinya.

"Apa maksdumu, Harta?"

"Kita harus membunuh Cemani. Dia wanita yang mengerikan. Tidak ada satu hal baikpun yang berasal darinya. Ketidakhadirannya justru diperlukan."

"Aku tahu Cemani orang yang jahat, tapi bukankah membunuhnya terlalu berlebihan?" ucap Yudhis berusaha menenangkan Harta. "Semua orang pasti punya kesalahan, kau tahu? Jika setiap kesalahan dibalas dengan anarki, yang ada hanya penderitaan tanpa akhir. Saat seperti ini bukankah lebih baik untuk saling memaafkan?"

"Ngomong apa kamu, Yudhistira! Cemani adalah dalang di balik semua kesengsaraan yang kau alami. Dia yang menikahkanmu dengan Seruni, kau ingat itu?" ucap Harta beretorika. "Barusan saja kamu marah besar dan hendak membunuh Cemani juga."

"Tidak, Harta. Saat tahu Cemani di balik ini semua, aku memang ingin menemuinya. Tapi bukan untuk membunuhnya seperti yang kau pikirkan. Aku hanya ingin berbicara serius dengannya. Tak lebih dari itu."

"Kamu terlalu polos, Yudhistira. Ini yang membuatmu mudah dimanfaatkan." ucap Harta sambil melenguh keras. "Itu juga yang membuat orang di sekitarmu jadi menderita."

"Apa maksudmu?"

"Jesvari itu pacarmu, kan?"

"Bukan. Kami belum tahap sampai situ."

"Kalau begitu biar kuceritakan apa yang Cemani dan Amok lakukan pada Jesvari."

*

Yudhis keluar dari lubang portal yang Harta buat dari remahan Lumpur Belacan. Sesaat sebelum Harta meninggalkan Cemani, rupanya ia berhasil mencuri Lumpur Belacan miliknya. Harta juga menambahkan jika Cemani saat ini hanyalah berwujud ayam berbulu hitam sehingga bukan jadi ancaman jika harus melakukan pertarungan. Hanya saja, Harta mewanti-wanti perkaran Cemani pemilik tahta Ratu Bangsa Setan. Pasukan setan manapun bertekuk lutut di hadapan Cemani. Oleh sebab itu, Harta menasihati agar Yudhis tetap berpura-pura belum mengetahui segalanya.

Neraka Yudhistira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang