29. Lautan Rakus

50 5 0
                                    

Pertama kali Yudhis menginjakan kaki di tanah Neraka Padma, yang ia rasakan adalah aroma manis gula-gula yang menggugah selera. Ada jutaan aroma manis yang tiba-tiba membuat Yudhis kelaparan, seperti orang yang berhari-hari tak sempat makan. Itu adalah aroma manis yang begitu menyengat hingga Yudhis tak merasa heran jika Jesvari juga merasakan demikian. Saat diliriknya Jesvari, dia masih berpura-pura mengabaikan aroma manis nan menggoda itu dengan cara mengibas-ngibaskan telapak tangannya ke depan hidung. Sekan itu aroma busuk yang menyengat saja.

Tak begitu peduli dengan drama yang Jesvari pertontonkan, Yudhis beranjak pergi dari tempat pertama ia sampai di Neraka Padma. Dia berjalan menelusuri tempat dimana dia akan menjalani hukuman selanjutnya. Ini terdengar sedikit aneh, tapi sebenarnya Yudhis sedikit penasaran juga dengan hukuman macam apa yang akan ia terima dari Neraka beraroma semanis ini.

Yudhis menyeret kakinya mengelilingi Neraka Padma selain karena penasaran, juga mencari di mana gerangan Maxim berada. Di Neraka Padma tempat dosa rakus menjalani hukuman, tipografinya tak jauh beda dengan Neraka Krisan, Neraka Menik, maupun Neraka Larat yang terakhir ia datangi. Neraka Padma pada dasarnya tanah membentang dengan coral-coral warna-warni yang seakan muncul dari permukaan tanah. Kontras warnanya yang bergradasi merah, kuning, biru, dan sesekali jingga sangat sedap dipandang mata. Dari sekian Neraka yang sudah Yudhis lewati, Neraka Padma memiliki penataan tempat yang paling indah.

Yudhis masih menyeret kakinya kalau saja ada hal menarik lainnya yang bisa ia temukan. Saat itu, tiba-tiba sebuah cairan menggenangi permukaan tanah berwarna merah darah. Air itu berwarna bening seperti kebanyakan air, namun entah kenapa Yudhis merasakan hal yang lain. Mungkin itu karena indra penciumannya yang lebih baik dari orang kebanyakan sehingga dalam sekali kejap, Yudhis bisa tahu jika air yang menggenanginya bukan air tawar biasa.

Menjongkokkan badan, Yudhis menciduk air tersebut segengaman tangan. Setelahnya dikeluarkan lidahnya untuk mencicipinya barang sececap. Dia mencecapnya seperti cara kucing meminum air dari piring.

"Ini air kelapa." ujar Yudhis kepada dirinya lagi.

Dengan tipografi Neraka Padma yang mebentang tanpa awan yang menutup permukaan, sudah jadi hal yang wajah jika dia mengalami kehausan. Yudhis tahu itu semacam jebakan yang akan menuntunnya pada kejadian-kejadian tak mengenakkan berstandar Neraka. Namun godaan segarnya air kelapa di siang hari, mana tahan?

Tanpa banyak pertengkaran batin, Yudhis lalu duduk berjongkok. Mengeluarkan lidahnya seperti sapi minum dari pinggiran sungai. Seseruput dua ruput, tanpa sadar Yudhis berada dalam tegukannya yang ke sebelas. Air kelapa ini sangat lezat. Segar dan melepas dahaga. Dia jadi teringat dengan perkataan Meriyati yang menyebutkan jika Neraka Padma adalah Neraka di mana minumannya selezat surga.

Meriyati tak salah.

"Coba kalau ini rootbeer." Ujar Yudhis mengeluh pada keadaaan.

Lalu dalam sekejap tegukan Yudhis menelan lidah, air kelapanya berubah menjadi cairan berwarna kuning being dengan busa yang berbuih. Saat aromanya mulai menguap, itu adalah aroma yang sangat familiar di hidung Yudhis. Itu adalah aroma rootbeer dengan sensasi buah sarsaparila yang mengenakan.

Bagian kecil hati Yudhis berteriak kegirangan dengan semua hal yang ia dapatkan hari itu.

Pertama air kelapa yang menyegarkan, lalu rootber favoritnya, lalu susu murni rendah lemak, lalu jus alpokat, madu, lalu beragam minuman yang muncul berubah-ubah dari genangan air setinggi mata kaki di bawahnya. Yudhis tak dapat mengingat apapun. Namun yang pasti adalah saat senja mulai menjelang, Yudhis tak lagi kuasa bergerak. Percuma dengan semua otot kering nan rupawan yang Yudhis dapatkan selama di Neraka Larat, karena saat ini Yudhis terbaring tak berdaya dengan perut yang membesar seperti ibu bunting tua.

Neraka Yudhistira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang