37. Musuh dari Musuh adalah Teman

40 2 0
                                    

Seorang wanita; rambut panjang sepunggung yang sedikit ikal, mata besar berwarna hitam, bibir penuh bertekstur guratan, serta alis sempurna seakan ia menghabiskan waktu lama untuk membentuknya; datang dari balik rak berisi tumpukan sutra. Rupanya ia bersembunyi di sana sejak percakapan Yudhis dan Cemani tentang Misi Kalpataru dimulai.

Harta terperanjat, dia tak sadar jika ada seseorang yang bersembunyi di Neraka Padma miliknya. Pun dengan Yudhis, matanya nanar karena kesiap. Namun tak seperti Harta yang kaget karena ada yang menyelinap, kaget Yudhis lebih dikarenakan sosok yang menyelinap adalah orang yang ia kenal. Dia adalah Meriyati, Ratu Neraka Krisan tempat dosa dengki mendapatkan hukuman.

"Aku bisa jelaskan!" ucap Meriyati setengah berteriak.

Kedua tangannya diangkat ke udara, memperlihatkan bagian telapak tangan yang kosong tanpa senjata. Gayanya pasrah, tak menunjukkan perlawanan barang sekilas. Meriyati datang dengan damai, datang untuk berdamai. Berdamai pada segurat luka yang menyayat perih hati Yudhis saat ia menghalangi hubungannya dengan Jesvari.

"Aku bisa jelaskan." ulang Meriyati, dengan nada lebih pelan.

Meriyati berjalan mendekati Yudhis. Tetap pelan, perlahan, dan penuh hati-hati seperti sedang mendekati beruang yang hibernasi. Setidaknya ada sepuluh langkah lagi hingga keduanya saling berhadapan. Hanya saja, Yudhis tak menginginkan hal itu terjadi. Dia bangkit, hendak enyah dari suasana yang membuat hati keruh ini.

Kalau lengannya tidak dihentikan Cemani, mungkin Yudhis sudah pergi dan mengakhiri Misi Kalpataru ini.

"Apa yang kamu lakukan, Cemani?" tanya Yudhis pada Cemani yang menahan lengannya. Matanya memerah saga. Ada amarah yang tertahan. Ada murka yang mati-matian disembunyikan.

Cemani mengatur napasnya perlahan. Berusaha tetap tenang. Dia selalu tenang, pada semua keadaan. Itu karena dia selalu punya rencana pada setiap apa yang akan terjadi. Hanya saja, kali ini Cemani sedikit gusar juga. Dia tak punya rencana apapun yang bisa dipakai untuk mendekatkan Yudhis dan Meriyati. Biasanya kalau sudah begini Cemani akan berimprovisasi.

"Aku pikir kamu perlu mendengar alasan Meriyati lebih dulu." ucap Cemani lembut. Sangat lembut hingga jika dimanifestasikan akan serupa sutra Cina.

"Antara aku dan dengannya sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Aku sudah putus hubungan. Pada hubungan yang entah akan apa kalian sebut itu. Bagiku Meriyati sudah tamat bersama memori di Neraka Krisan terkutuk itu." jawab Yudhis dengan datar. Dia tidak menggebu-gebu penuh amarah, tapi datar seakan membunuh perasaannya.

Meriyati yang berdiri tak jauh darinya hendak datang menghampiri, namun ditahan Cemani dengan gestur yang menyuruhnya untuk diam sementara ia menghasut Yudhis. Cemani lalu merangkul Yudhis, mengelus-elus pundaknya perlahan sambil dipijit agar uratnya sedikit rileks.

"Aku tahu bagaimana perasaan saat seseorang menghalangi cinta, aku tahu betul itu. Aku bisa merasakan perasaanmu, Yudhistira. Itu sangat menyedihkan, memang. Seribu tahun yang lalu seseorang menghalangi cintaku. Seribu tahun pula aku menahan perasaan kecewa yang semakin lama menggerogoti rasa kemanusiaanku. Maka dari itu, aku tak ingin kamu berakhir penuh kekecewaan sepertiku." ujar Cemani menerangkan. "Cukup aku saja yang terluka karena memendam kecewa, kamu tidak pantas mendapatkannya."

Yudhis mulai luruh. Cemani kemudian menuntunnya untuk kembali duduk di sofa beledu.

"Tidak ada hal baik yang muncul dari balas dendam, Yudhistira." ucap Cemani berusaha menanangkan Yudhis. Yudhis kemudian menatap Meriyati yang masih berdiri terdiam di kejauhan. Cemani lalu melanjutkan perkataannya. "Lagipula kita butuh Cemani untuk membantu dalam Misi Kalpataru ini."

"Maksudnya?"

"Begini, dengarkan baik-baik. Aku sudah bilang kan kalau hanya Ratu Bangsa Setan, Jalaran Manepis, dan Raja Bangsa Malaikat saja yang bisa memasuki Mimbar Batas?"

Neraka Yudhistira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang