3

399 15 0
                                    

Aku memutuskan untuk mengurung diri dikamar. Saat makan malam telah tiba, dan aku yakin tak akan ada yang peduli dengan keberadaanku.

Tok..tok..tok..

"non Rena.. simbok bawain makanan" dengan langkah gontai dan malas aku menghampiri pintu dan membukakannya untuk mbok inah.

"Masuk mbok.."

"non harus tetep makan, nanti sakit lho. Non yang sabar ya, papa dan mama non itu sayang sama non, mereka pasti ingin yang terbaik buat non." Kata mbok inah

Aku hanya tersenyum menanggapi setiap perkataan mbok inah. Beliaulah orang yang selalu membesarkan hatiku ketika aku bertengkar dengan papa atau mama.

"Mbok keluar dulu ya non, nanti kalau sudah selesai makan panggil aja mbok, kalu nggak ya piringnya taruh aja di meja depan kamr, biar nanti mbok yang beresin."

"Makasih ya mbok" kataku akhirnya

Selepas makan aku kembali bergelung di tempat tidur. Menatap ke arah jendela yang aku biarkan terbuka. Udara dingin menerpa wajahku, tapi tak kuhiraukan. Karena aku merasa hatiku lebih dingin. Aku mendengar sayup-sayup suara langkah mendekati kamarku. Pintu terbuka tanpa harum melihat aku tahu siapa yang datang.

"kenapa belum tidur?" reva, saudara perempuan yang paing dicintai seluruh keluargaku.

"Bagaimana keadaanmu?" tanyaku tak mengindahkan pertanyaannya.

"Sudah lebih baik, Maaf ya karena aku kesalahpahaman ini terjadi. Aku dan aldo sudah berusaha menjelaskan masalah ini ke mama dan papa. Tapi sepertinya mereka tetap tidak mau merubah fikiran mereka. Apa yang bisa kami lakukan untukmu? Apapun asal bukan membantumu kabur dari situasi ini." Kata reva kepadaku

Aku hanya mendengus dan melirik sebal ke arahnya, kalau memang tidak berniat memberikan bantuan sebaiknya tadi tidak usah pura-pura menawarkannnya.
"Sebaiknya kamu simpan tenaga kamu untuk pemulihan fisikmu, tidak usah memikirkanku. Aku yakin aku bisa keluar dari situasi ini."

"Apapun yang ada dikepala cantikmu ini sebaiknya kamu singkirkan." Kata Aldo sembari menoyor kepalaku.

"Apaan sih do, nggak usah rese deh" kataku kepadanya

"Jangan terlalu keras na, mungkin ada baiknya kamu mengalah kali ini sama papa. Toh Daren adalah laki-laki yang baik, kamu juga sudah mengenalnya seumur hidup kamu." Kata aldo lagi

"Justru karena aku dah kenal dia lama, aku nggak mau terikat sama dia" kataku jengkel sembari melempar bantal ke arah aldo

"terserah kamu deh na" kata aldo kepadaku dan kemudian dia berpaling ke arah reva "Sayang aku tinggal ya. Mungkin kalian butuh waktu bicara berdua" kata Aldo kepada reva.

"Aku akan coba bicara lagi sama papa deh" Aku hanya menatap wajah reva dan tersenyum miris

"nggak guna juga va, kamu tahu sendiri seberapa sering papa dan mama mengabulkan keinginan kamu tapi tidak jika itu bersangkutan dengan aku. Aku nggak mau nanti kamu kena imbas kemarahan papa dan mama. Tetaplah menjadi anak yang baik, penurut dan selalu membanggakan bagi mereka" Aku membaringkan tubuhku dan menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Aku tahu mama dan papa tidak akan marah pada anak kesayangannya ini.

" Tapi sebenernya aku seneng kalau kamu mau nikah sama daren. Bagi aku daren itu sudah seperti saudara laki-laki, membayangkan dia benar-benar menjadi bagian keluarga kita terasa menyenangkan."

"seingatku, aku tidak pernah merasa menjadi bagian sebenar-benarnya dari keluarga ini, bahkan Daren pun lebih disayangi oleh mama dan papa, dia bahkan juga menjadi saudara laki-laki seperti yang kamu bilang tadi." Kataku sinis

"mama dan papa sayang sama kamu na. Kamu kenapa sih selalu seperti ini. Bagaimana aku tidak menjadi sebegitu dekat dengan Daren, kamu selalu bersikap cuek dan menjauhiku dulu. Hanya daren yang mau berteman dengan aku. Semua orang selalu memilih kamu."

Tidak semuanya, kata hatiku. Membayangkan itu semua membuat aku tertawa miris. Memang benar sejak kecil aku memiliki banyak teman. Tapi biasanya para orang tua yang khawatir dengan sifatku yang sering membuat masalah melarang anak-anak mereka bermain denganku. Reva yang pendiam dan tertutup membuat tidak banyak anak yang mau bermain dengannya. Hanya daren, satu-satunya orang yang tidak mau berteman denganku dan memilih bersama Reva. Dan itu salah satu alasan aku tidak mau menikah dengan daren, selamanya aku hanya akan menjadi bayangan dari reva dimatanya.

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang