4

383 14 0
                                    

Tidak terasa waktu sudah berjalan begitu cepat. Pernikahanku akan dilaksanakan 2 hari lagi, dan hingga saat ini aku belum menemukan cara untuk bisa keluar dari rumah ini. Sepertinya papa juga sudah mengantisipasi supaya aku tidak kabur dari rumah. Penjagaan dirumah semakin diperketat, bahkan jendela kamarku dikunci dan tentu saja kuncinya dibawa papa, hanya kunci kamar saja yang ada padaku. Arghh rasanya aku semakin pusing.

"Duh yang mau nikah, melamun aja. Ntar kesambet lho." Aku tersentak mendengar suara tian yang memasuki kamarku.

"rese kamu" kataku sambil melempar bantal dan dengan sigap tian menangkapnya

"Eh jaga sikap dong, udah mau punya laki juga, sikapnya masih kayak preman gitu"

"Diem deh kamu, kalau kesini Cuma mau ngeledekin aku mending kamu pulang aja."

"Bener nih aku pulang ya, sebenernya aku kesini juga Cuma mastiin aja kamu masih waras. Ha..ha..ha.." suara tawa tian semakin membuat aku jengkel, tapi aku tau dia tidak akan pergi begitu saja. Karena setelahnya dia menyusulku berbaring di ranjang. Aku bersyukur mama tian adalah salah seorang kepercayaan papa, sehingga dia bisa dengan mudahnya mendapatkan akses untuk memasuki rumah ini. Ini kedua kalinya dia mengunjungiku selama aku menjadai tahanan rumah.

"Gimana kabar restoran yan?" tanyaku

"masih tetep jalan meski tanpa kamu, kayaknya meski kamu keluar aku dah bisa jalanin restoran itu sendiri deh na"

"Sialan, kamu mau mecat aku? Kamu lupa aku siapa?" kataku sewot

"idih sewot amat sih neng"

Setelah hampir dua jam kami bercerita ini itu suasana hatiku semakin membaik.

"Aku pulang dulu deh na, takut bunda nyariin"

"nggak aku anterin ya. Salam buat bunda"

"Iya"

Belum ada lima menit pintu kamarku kembali terbuka dan kepala tian terlihat disana.

"Na, dibawah ada Daren. Makin ganteng aja ya? Yakin kamu nggak mau nikah sama dia? Buat aku aja gimana?" Tian kembali berbalik setelah sampai pintu kamar.

Sumpah ya, pengen banget aku cekek nih anak. "Ambil sono"

"Beneran? Kamu nggak nyesel ntar? Nggak patah hati lagi? Secara kamu cinta mati sama dia dari dulu."

"Tiiaann.... Kalau kamu masih pengen hidup mending kamu tutup mulut kamu deh" kataku sambil melempar bantal yang hanya mengenai daun pintu karena tian sudah berhasil kabur. Dan masih terdengar tawanya yang menggema di depan kamarku. Dia memang sahabat yang menyebalkan, ingatkan aku untuk mmbalasnya nanti.

***

Disuasana jalan yang sepi tampak dua orang anak sedang mengeroyok seorang anak laki-laki yang lebih kecil. Tak jauh dari sana seorang gadis kecil melihat mereka dalam kebimbangan.

"Hei kalian, jangan ganggu dia.." teriak gadis kecil tersebut

"Kamu nggak usah ikut campur, anak perempuan sebaiknya kamu pergi.' Salah seorang pengeroyok tadi membentak gadis kecil tersebut.

"Sebaiknya kalian pergi sebelum aku teriak minta tolong" kata gadis kecil tersebut

"Disini tidak ada siapa-siapa, tidak akan ada yang mendengar teriakanmu" ejek salah satu anak pengeroyok tadi."sebaiknya kamu pergi sebelum kami berubah fikiran"

"Aku tinggal di dekat sini, dan papaku akan segera datang menjemputku. Aku rasa dia sudah dekat dari sini" kata gadis itu

"Jangan membual.."salah seorang pengeroyok tadi mulai jengah

"sudahlah jangan dengarkan dia, sebaiknya kita segera menyelesaikan ini dan pergi dari sini." Kata temannya

"Papaaa..." teriak anak perempuan itu

Kedua pengeroyok langsung melihat ke sana kemari dan tak jauh dari sana seorang laki-laki sedang berjalan ke arah mereka.

"Sebaiknya kita pergi dari sini" kata salah seorang pengeroyok dan kemudian mereka langsung kabur begitu saja.

"Kamu tidak apa-apa?kamu terluka" kata anak perempuan tersebut ke anak laki-laki yang dikeroyok tadi

"Tidak apa-apa, nanti juga sembuh." kata anak lelaki itu

"terima kasih ya." Ketika pria yang dipanggil papa oleh gadis itu berlalu melewati mereka tanpa mengindahkan keduanya karena sedang sibuk menelefon, membuat anak laki-laki tersebut keheranan. "Bukannya itu papa kamu?"

"Bukan" kata gadis tersebut sambil melihat pria dewasa yang berjalan tersebut. Kemudian dia mengaduk-aduk isi tasnya berharap menemukan plester luka tapi sepertinya dia tidak menemukannya dan mengeluarkan sapu tangan yang ada di tasnya untuk mengusap luka yang ada pada anak laki-laki tersebut.

Anak laki-laki tersebut menatap anak perempuan itu dengan heran

"Kamu sering lewat sini?"

"Tidak juga, Astaga.. aku lupa.. maaf ya aku nggak bisa bantu kamu lagi." Kata anak perempuan itu dan tergesa-gesa merapikan tasnya dan berlari pergi.

"SAPU TANGAN KAMU." teriak anak laki-laku itu.

Gadis tersebut hanya menolehkan kepalanya dan melambaikan tangan sambil tetap berlari. Dan anak laki-laki tersebut memandang sapu tangan itu sambil tersenyum setelah gadis itu menghilang dari pandangannya.

!

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang