13

352 16 0
                                    

Aku mengeliat malas ketika merasakan sentuhan basah dan kenyal di leherku.

"Daren, lepas deh" kataku sambil berusaha menjauhkan tubuhku darinya. Daren memang menghentikan aktivitasnya, namun dia tidak mau melepaskan pelukannya dan membenamkan wajahnya semakin dalam di ceruk leherku. Aku melihat jam yang baru menunjukkan pukul 3 pagi.

"Aku masih ngantuk Daren" aku berusaha menyingkirkan tangan Daren dari tubuhku.

"Ya tidur aja"

Ya kali, mana bisa aku tidur dengan posisi seperti ini.

"Na.."

"Hhmm.." aku bergumam malas menanggapi panggilan Daren

"Aku nggak suka kamu terlalu dekat sama Arash"

"jangan mulai lagi deh" aku segera merubah posisiku agar dapt melihat wajah Daren. ya beberapa kali Daren memang menyuarakan ketidaksukaannya terhadap kedekatanku dengan Arash maupun Leo. Tangan Daren terulur menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajahku.

"Aku nggak suka" segera setelah mengatakan kata-kata tersebut, Daren menarik tengkukku dan mencium bibirku lembut. Dari ciuman itu aku dapat merasakan kelembutan Daren, seakan dia begitu memujaku. Aku terlena dan mulai membalas ciuman Daren, rasanya benar-benar memabukkan. Ketika aku merasa akan kehabisan nafas, segera ku dorong dada Daren. Aku merasa wajahku terasa panas dan jantungku berdetak begitu kencang. Daren mulai mencumbuiku, tanpa aku sadari, tangannya sudah merayap masuk kedalam baju tidurku. Otakku member peringatan jika ini terlalu jauh, namun sepertinya tubuhku berkhianat karena aku mulai menikmati semua ini. Persetan dengan cinta, aku ingin merasa dimiliki oleh Daren saat ini juga. tidak akan aku sesali semua ini esok hari, Kupasrahku diriku sepenuhnya kepada orang yang paling aku cintai, Berdua kami berusaha berbagi kenikmatan satu sama lain. Hingga akhirnya rasa kantung menguasai setelah pencapaian yang begitu hebat yang pernah aku rasakan. Aku mencintai laki-laki ini, dia suamiku, dan itu lebih dari cukup untukku menyerahkan segalanya kepadanya.

***

Badanku terasa pegal-pegal saat aku bangun, mengingat kejadian sebelumnya membuat aku merasa malu dan canggung. Segera aku menyingkirkan tangan Daren yang tengah memelukku. Menyadari ketelanjangaku, aku segera melirik kea rah Daren, dan merasa lega saat melihat dia masih terlelap. Kupandangi wajahnya yang begitu tenang. Tak dapat kusembunyikan rasa yang membuncah di dalam dadaku. Pelan-pelan aku berusaha turun dari ranjang, berharap tak membangunkannya. Rasa-rasanya ku belum siap berhadapan langsung dengannya. Kuraih kaos Daren yang dipakainya semalam dan segera aku kenakan. Setelahnya aku berjalan menuju kamar mandi.

Aku bersyukur saat keluar dari kamar mandi, Daren masih terlelap dalam indah mimpinya. Segera aku melintasi ruangan menuju ke arah lemari pakaian. Langkahku terhenti saat melihat ada sebuah kotak kado di meja riasku. Aku tersenyum dan bergegas mendekatinya dan membukanya. Kado ulang tahun yang setiap tahun selalu aku dapatkan, tapi tidak pernah tahu siapa pengirimnya. Bagaimana kado itu bisa ada disini? Aku menyentuh dan mengusap pelan kotak kado tersebut. Sepertinya semalam belum ada, apakah ada orang yang masuk ke sini? Aku bergidik ngeri, namun menyadari adanya Daren disini membuat aku menyingkirkan fikiran itu. Aku bergegas menuju balkon, pintunya terkunci, memastikan jika pintu kamarku pun terkunci. Kualihkan pandanganku ke Daren, apakah ini darinya? Apakah selama ini dia yang diam-diam mengirimkan semua hadiah itu? Dadaku berdebar kencang memikirkan hal ini. Aku tidak dapat menahan tarikan bibirku membentuk sebuah senyuman, rasanya aku tidak tertolong lagi, aku benar-benar telah terjatuh pada laki-laki ini. Di saat bersamaan aku ingin menangis, bukan karena merasa sedih, namun karena perasaan haru yang membuncah.

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang