KRINGGG
Bel yang ditunggu-tunggu daritadi oleh kebanyakan siswa pun berdering yang membuat mereka lega.
"Baik anak-anak, untuk pr kerjakan lks halaman 24 sampai 30." seru Pak Yana yang membuat anak sekelas mengeluh.Pak Yana memang guru killer yang selalu membuat pusing muridnya.
"Ha? Pak, itu 100 nomer masa iya dikerjain semua? Waktunya cuman seminggu lagi." protes Joe, ketua kelas. Memang ketua kelas ini rada gesrek.
"Kalau protes saya tambahin lagi, mau?"
"E..e nggak usah pak, makasih. Saya nggak jadi protes deh." Joe dan yang lain pun hanya bisa pasrah, mereka tidak mungkin bisa melawan guru yang satu ini.
Pak Yana keluar kelas dengan tampang puasnya. Anak-anak pun mengikuti keluar kelas dengan muka kusutnya. Mereka berlarian menuju kantin.
"Ta, Em, kantin yuk." ajak Fani, sahabat mereka, yang duduk berseberangan dengan mereka.
"Yuk, laper banget gue. Tadi nggak sempet sarapan gergara mau ditinggalin si Ata." jawab Emma.
"Yee malah nyalahin gue, lo aja yang kelamaan." balas Ata sembari membereskan buku-bukunya.
***
"Lo berdua mau pesen apa? Biar gue yang pesenin." tanya Ata kepada Fani dan Emma.
"Emm.. Gue bakso sama es jeruk aja deh." jawab Emma.
"Kalo gue siomay sama es jeruk." timpal Fani.
"Oke, lo berdua nyari tempat ya. Usahakan deket rombongannya Kak Henry. Hehe.. Gue pesen dulu." Ata nyengir dan langsung ngeloyor pergi.
"Disitu aja, Em." Fani menunjuk meja di tengah tengah. Kebetulan tidak ada rombongannya Kak Henry.
Ata celingukan mencari keberadaan Fani dan Emma. Ia membawa nampan berisi makanan pesanan mereka. Emma melambaikan tangannya ke arah Ata yang langsung di jawab dengan anggukan.
"Kak Henry dan kawan-kawan kok belum ke kantin ya?" tanya Ata.
Rombongan Henry ada 4 orang yang semuanya most wanted, antara lain Henry, Reynan, Dio, dan Beni. Yang paling ganteng dan populer diantara mereka adalah Reynan. Ya meskipun semuanya ganteng-ganteng dan populer.
Baru saja Fani akan menjawab pertanyaan Ata, Reynan dan kawan-kawan memasuki kantin yang membuat siswi-siswi menatap kagum ke arah mereka.
"Kyaaa!! Kak Reynan ganteng banget sumpah."
" Beni makan apaan sih, kok bisa se keren itu."
"DIO!! GUE SUKA SAMA ELO!!"
"Kak Reynan kuhh.."
"Alay banget sih kalian, gantengan juga Kak Henry."
Dan masih banyak lagi.
Emma tidak memperhatikan mereka, ia fokus kepada baksonya. Fani hanya menatap kagum mereka. Ia tidak se alay anak cewek lainnya. Sedangkan Ata, ia melambaikan tangan ke arah Kak Henry yang dibalas dengan senyumnya yang bikin orang diabetes saking manisnya.
"Kyaa!! Gue disenyumin sama Ka Henry!" Ata menutupi pipinya yang merona.
"Hai. Kita boleh duduk disini nggak?" tanya Reynan yang membuat mereka salting kecuali Emma, karena ia masih fokus pada baksonya. Sayang kalo cuma dianggurin. Begitu pikirnya.
Itu membuat anak lain ada yang menatap iri, ada juga yang menatap sinis.Ata dan Fani hanya mengangguk dan memberi tempat pada mereka. Reynan diapit oleh Ata dan Emma. Henry di samping kiri Ata. Sedangkan Dio dan Beni, mereka duduk di depan Emma, mengapit Fani.
"Makannya serius banget, sampe kita ngga dilirik." kata Reynan mengambil minuman Emma yang membuat Emma melotot.
"Ehh.. Kakak kok ada disini, ngapain?" Emma bertanya dengan lugunya.
Emma malu dan kaget karna minumnya di habisin sama Reynan, jantungnya berdegup kencang. Sedangkan Reynan yang ditanya hanya menghendikkan bahunya.
"Makasih ya minumnya, lanjutin gih makan baksonya." Reynan tersenyum sangat manis hingga Emma klepek klepek dan lanjut memakan bakso nya yang sempat ia abaikan.
"Kalian darimana? Kok tumben udah mau masuk gini baru nyampe kantin?" tanya Fani yang terlihat santai.
"Kenapa sayang, kangen ya." Beni menaik-turunkan alisnya.
Beni memang menyukai Fani, tapi ia belum mengatakannya. Takut kena tolak, soalnya Fani sepertinya hanya menganggap dia teman.
"Dihh.. Nggak jadi nanya gue."
"Kita emang sengaja, biar bisa bolos jamnya Pak Kumis." timpal Henry. Pak Kumis atau Pak Bejo, guru killer selain Pak Yana, adalah guru matematika kelas 11 yang paling mereka hindari.
"Eh Ta, Fan, kita abis ini jamnya siapa?" tanya Emma.
"Jamnya Bu Indah, kimia." jawab Ata.
"Gimana kalo kita bolos rame-rame aja? Bu Indah kan ngebosenin tuh kalo ngajar, dia ngajar sama ngedongeng gak ada bedanya."
"Bener banget tuh, Kak. Idenya Kak Dio cemerlang deh. Kita bolos aja yuk Ta, Fan." Emma setuju dengan perkataan Dio karena memang ia sudah memikirkan itu sebelumnya.
"Gak ah, gue gamau. Bisa-bisa reputasi gue sebagai anak rajin hancur lagi." Ata menolak mentah-mentah tawaran Emma.
Ata sudah dikenal sebagai anak rajin di kalangan para guru. Ia selalu mengerjakan pr nya, bahkan selalu mendapat poperingkat 3 besar di kelas. Itu membuat para guru killer sekalipun bisa berbaik hati pada Ata.
"Gue juga gak mau, gue udah ketinggalan materi kemaren karna gue ngedekem di uks, masa iya gue bolos lagi. Gue gak mau di cap buruk sama Bu Indah."jelas Fani.
Emma kecewa pada dua sahabatnya itu. Ia sangat ingin membolos kali ini. Selain karna ia membenci kimia, ia juga bisa membolos bersama dengan gebetannya, Kak Reynan.
"Gimana kalo lo bolos bareng kita aja?" Dio memberi usulan. Emma langsung mengangguk dengan antusias.
"Beneran kak? Gapapa nih?"
"Gapapa lagi. Lagian kalo ada ceweknya kan asik tuh." timpal Beni yang di setujui oleh Reynan dan Henry.
"Boleh deh."

KAMU SEDANG MEMBACA
When Zemblanity Become Serendipity
Teen FictionBukan pertama kalinya bagi seorang Emma merasakan jatuh cinta. Namun mengapa kali ini lebih rumit? Emma benar-benar merasa bahwa dirinya adalah seseorang yang paling bodoh di dunia. Ia tidak menyangka akhirnya akan seperti ini. -HIATUS ENTAH SAMPAI...