EMMA'S POVAku baru pulang sekolah dengan keadaan sangat lelah. Sampainya di depan pintu rumah, aku mendengar suara gaduh dari dalam. Saat aku membuka pintu, aku melihat Mama sedang beradu mulut dengan Papa.
"Jangan menuduhku sembarangan!" Papa berteriak di depan wajah Mama.
"Aku tidak menuduhmu, tapi memang kenyataannya seperti itu! Kau bilang sedang ada rapat di kantor tapi aku melihatmu sedang bermesraan dengan bitch itu." Mama tak kalah berteriak.
"JANGAN KAU SEBUT DIA BITCH!"
PLAK.
Papa menampar Mama.
Selama ini aku tidak pernah melihat orang tuaku bertengkar. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan menutup telinga. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan.
Padahal aku sangat dekat dengan Papa, aku kira dia menyayangiku lebih dari Ata. Tapi sepertinya dia hanya berpura-pura.
"Lihat! Kau menamparku hanya demi membela wanita jalang itu!" Mama meneteskan air matanya.
Aku tidak sanggup melihat Mama menangis. Aku memasuki rumah dengan air mata berderai dan melewati mereka begitu saja. Mereka melihatku. Tapi mereka tetap bertengkar.
Aku melihat Ata lewat pintu kamarnya yang terbuka. Dia menangis sesenggukan sambil memeluk kedua lututnya. Aku mengelus-elus punggungnya dan keluar dari kamar Ata. Aku kembali berdiri di tangga menyaksikan mereka beradu mulut.
"Lihat! Emma pasti akan sangat kecewa padaku. Ini semua gara-gara kamu yang menyangkut-pautkan wanita itu." setelah memecahkan guci besar di sebelahnya, Papa memukul Mama hingga Mama pingsan.
"MAMA!!" Aku berteriak histeris dan menuruni tangga ketika melihat keseimbangan Mama limbung dan akhirnya tergeletak di lantai. Papa menatapku.
"Emma, tolong maafkan Papa. Papa tidak sengaja, nak."
"SEKARANG PAPA PERGI DARI SINI! EMMA NGGAK MAU LAGI NGELIAT MUKA PAPA!!" aku berteriak kepada Papa yang memasang wajah bersalahnya. Aku tidak peduli.
"BI MINAH! CEPAT PANGGIL AMBULANS!" pinta Ata sambil menuruni tangga setelah mendengarku berteriak.
Papa keluar dari rumah itu dengan lemas.
"MAMA!!" aku berteriak dan membuka mataku. Nafasku tersengal-sengal. Tenggorokanku tercekat. 'Huh. Mimpi itu lagi.' kemarin aku juga memimpikan hal yang sama.
"Ada apa sayang? Kenapa? Kamu mimpi buruk?" ucap Mama sambil berjalan ke arahku dan membelai rambutku. Di belakang Mama ada Ata yang menatapku cemas.
Aku mengalihkan tatapanku ke Mama yang membelai lembut rambutku.
"Iya,Ma. Aku mimpi itu lagi." cerita ku pada Mama yang sudah tau mimpiku kemarin sambil mengatur nafasku.
Mama mengambil air putih yang ada di nakas dekat tempat tidurku dan menyuruhku meminumnya. Aku mulai bisa bernafas teratur.
"Belajarlah melupakan kejadian itu, Em. Mama tau kamu sangat dekat dengan Papamu. Mama juga tidak menyuruhmu untuk melupakan Papamu, bukan? Jika kamu sudah mau menemui Papamu, katakan pada Mama. Mama akan mengatakannya pada Papamu. Dia sangat merindukanmu, Em." kata Mama.
Sejujurnya aku sangat tidak ingin menemui Papa. Bahkan menyebut namanya saja sangat sulit. Tapi hatiku berkata lain. Aku sangat merindukannya.
Mama keluar dari kamarku setelah aku mulai tenang menyisakan aku dengan Ata.

KAMU SEDANG MEMBACA
When Zemblanity Become Serendipity
Genç KurguBukan pertama kalinya bagi seorang Emma merasakan jatuh cinta. Namun mengapa kali ini lebih rumit? Emma benar-benar merasa bahwa dirinya adalah seseorang yang paling bodoh di dunia. Ia tidak menyangka akhirnya akan seperti ini. -HIATUS ENTAH SAMPAI...