Part 10

46 4 0
                                    

Banyak pasang mata menatap mereka pagi ini. Padahal tadi mereka berangkat sangat pagi, mengapa sepertinya ini sudah mau bel masuk? Oh iya, mereka hampir lupa kalau tadi Karen sempat menepikan mobilnya cukup lama dan juga mereka harus mengisi bahan bakar mobil Karen lebih dulu.

'Apakah ada yang salah denganku pagi ini?' batin mereka berdua. Emma dan Karen. Mereka pun tidak memedulikan tatapan-tatapan itu dan berlalu begitu saja.

Ketika sampai di kelas Karen, 11 IPA 2, Karen langsung nyelonong masuk tanpa memedulikan Emma. Sepertinya ia lupa jika pagi ini berangkat dengan gadis itu.

Emma menatap Karen tak percaya. Bisa-bisanya dia melupakan Emma. Emma berdecak kesal dan menuju kelasnya. Tapi di koridor kelas 10 ia mendengar bisikan-bisikan yang membuatnya keheranan.

"Eh, kok Kak Karen bisa bareng sama Emma sih?"

"Iya, padahal Kak Karen itu terkenal cuek banget."

"Apa mereka pacaran ya?"

'Karen cuek? Tapi gue rasa enggak kok. Mereka saja yang nggak tau aslinya Karen gimana.' pikir Emma sambil berlalu dari hadapan mereka.

Ketika Emma memasuki kelas, sudah ada Ata di sana, tapi dia duduk dengan Fani. Berarti dia harus duduk dengan Edo, teman sebangku Fani sebelumnya.

Baru saja Emma mau menduduki kursinya, Edo menyapa Emma yang membuat mereka jadi bahan tontonan.

"Halo Emma, lo duduk sama gue ya? Wah si Fani emang pengertian banget jadi temen, nggak jadi rugi deh temenan sama dia." Fani hanya mendengus. Sedangkan teman-teman yang lain cekikikan nggak jelas.

Emma malah menjauhi bangku Edo dan mendekat ke arah Lita yang sebangku dengan Tomi. Memang di kelas ini banyak yang duduk cowok-cewek.

"Lit, lo duduk sama Edo ya. Gue sama Tomi." pinta Emma dengan memelas. Lita mau menyanggupinya, tapi Edo menarik lengan Emma dengan lembut.

"Yah, Em. Gue nggak mau duduk sama Lita. Lo sama gue aja deh ya? Lita kan jahat banget sama gue, lo mau gue dijahatin Lita?" Edo memasang tampang anehnya.

Sebenarnya Emma masih ingin menanggapi perkataan Edo, tapi ia sedang tidak mood untuk melakukan itu. Ia sudah makan ati dicuekin Karen. Ia rasa bertemu Karen adalah zemblanity untuknya.

Mau tak mau, Emma duduk dengan Edo yang katanya naksir sama Emma sejak Emma masih dalam kandungan. Bahkan jika Edo diberi foto bayi Emma pun ia tak akan tau bayi dalam foto itu siapa.

"Em, sori ya. Gue diminta Ata buat duduk sama dia." Fani meminta maaf, padahal bukan dia yang salah.

"Iya gapapa. Lagian gue juga pengen nyari pahala dengan nyenengin Edo."

Emma langsung memakai headseat nya menunggu guru masuk ke kelas. Sebelumnya ia melihat mulut Edo berkomat-kamit seperti mengajaknya ngobrol, tapi ia tidak mendengarnya. Emma memilih menghendikkan bahunya cuek.

***

ATA'S POV

Setelah Emma berangkat, aku juga memutuskan untuk berangkat menaiki mobilku yang jarang ku gunakan ke sekolah.

Aku berfikir pasti itu teman barunya Emma. Karena semua teman cowok Emma pasti ku kenal, dan aku tidak mengenal pria yang satu ini.

Kulihat mobil mereka menepi, aku acuh tak acuh saja dan melanjutkan perjalanan ku ke sekolah.

Pagi ini sekolah masih sangat sepi. Hanya anak-anak rajin dan rumahnya jauh saja yang sudah ada di sini. Jika tidak ada Emma, aku pasti juga seperti mereka.

When Zemblanity Become SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang