"Kita mau kemana nih kak?" tanya Emma yang sedari tadi hanya pasrah tangannya digandeng oleh Reynan.
Disentuh seperti itu membuat jantung Emma rasanya mau melompat.
"Ke rumah gue. Dan lo bareng sama gue, gue sekalian mau ngomong sesuatu." kata-kata Reynan membuat Emma penasaran. Meskipun Emma bisa membaca pikiran Reynan, ia tak ingin melakukannya sekarang. Ia lebih suka kejutan.
Reynan menyuruh Emma memasuki mobilnya bersama dengan Henry. Ya. Reynan dan Henry semobil. Sedangkan Beni semobil dengan Dio. Emma duduk didepan dengan Reynan, dan Henry dibelakang.
Suasana di dalam mobil Reynan sangat canggung, hanya ada suara Adele yang terus terputar. Sedangkan di mobil Dio, mereka sedang curhat-curhatan.
"Ben, menurut lo Emma suka nggak sih sama gue? Dia cocok nggak sama gue?" tanya Dio. Beni sudah mengerti jika sahabatnya itu lagi kasmaran.
"Kayaknya sih gitu, soalnya dari obrolan tadi, dia keliatannya seneng banget ngobrol sama lo. Kalo masalah cocoknya sih, dia cocok kok sama lo." jawab Beni membuat Dio semakin yakin dengan perasaannya.
Di lain tempat..
"Em Kak Reynan tadi mau ngomong apa?" Emma memecah keheningan antara mereka.
"Oh iya, gue sampe lupa. Gue mau tanya, cewek itu sukanya dikasih apaan sih sama cowok? Trus lo suka sama bunga ato coklat nggak?" Reynan bertanya dengan senyum menghiasi bibirnya. 'Sepertinya dia mau nembak seseorang, tapi siapa? Kok nanyanya ke gue? Apa jangan-jangan.. Udah ah.' batin Emma
Emma senyum-senyum sendiri. Ia membayangkan jika Kak Reynan mau menembaknya. Aaaa pasti Emma bakal bahagia seumur hidup. Lebay deh.
"Kalo menurut gue ya Kak, cewek itu sukanya sama sesuatu yang bisa bikin mood dia berubah, kayak moodboster gitu. Gue sendiri suka banget sama es krim. Kalo Si Ata paling suka banget sama buku. Eh jadi bahas Ata. Trus gue juga suka sama coklat, tapi nggak terlalu suka sama bunga." jelas Emma panjang lebar.
"Gitu ya? Kalo mau nembak cewek, cowoknya harus gimana biar si cewek suka?
"Ya gimana ya, mm dia nembaknya sambil main gitar gitu. Jadi ngungkapinnya lewat lagu, pasti seneng deh."
Henry yang merasa topik ini mengarah pada perasaan memilih memainkan gadget nya.
"Lo minggu besok ada acara nggak?" Reynan semakin ngebuat Emma berbunga-bunga.
"Enggak kok kak, kenapa?"
"Gue mau ngajak lo ketemuan, minggu jam 10 gue jemput di rumah lo ya."
"Iya."
Emma terus menahan degup jantungnya yang semakin melebihi ritme. Ia takut jika begini terus, bisa-bisa Emma mengidap penyakit jantung stadium akut.
***
Suara deruman mobil sampai di depan rumah besar bercat putih senada dengan pagarnya yang tinggi menjulang. Rumah Emma.
"Makasih ya kak, udah dianterin." ucap emma dengan senyum masih terukir di wajah cantiknya.
"Iya sama sama, jangan lupa minggu besok gue jemput. Dandan yang cantik ya, ya meskipun lo udah cantik sih." goda Reynan.
"Iya kak, kakak bisa aja deh."
Mobil itupun melaju menjauhi pemilik rumah yang masih tersenyum di tempatnya tadi. Emma melangkah ke dalamrumah dan mendapati adiknya di depan tv sambil melihatnya keheranan."Lo kenapa sih? Sakit?"
Emma tak memedulikan pertanyaan adiknya itu dan langsung ngeloyor ke kamarnya. Ganti baju dan merebahkan dirinya yang masih tersenyum di tempat tidur berukuran queen size nya itu membentuk bintang besar. Tak lama kemudian ia mulai memejamkan matanya.
Minggu masih dua hari lagi, Emma tak sabar dengan apa yang akan dikatakan oleh Kak Reynan nya itu. Sampai menyuruhnya untuk dandan yang cantik.
Ia tak menyangka bisa sedekat itu dengan Reynan dan teman-temannya. Biasanya mereka hanya mengobrol biasa. Namun kali ini, mereka bercanda gurau di rumah sang pujaan hati Emma. Mereka sudah menganggap Emma bagian dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Zemblanity Become Serendipity
Teen FictionBukan pertama kalinya bagi seorang Emma merasakan jatuh cinta. Namun mengapa kali ini lebih rumit? Emma benar-benar merasa bahwa dirinya adalah seseorang yang paling bodoh di dunia. Ia tidak menyangka akhirnya akan seperti ini. -HIATUS ENTAH SAMPAI...