Part 12

26 5 0
                                    

Happy reading guys 😊

***

AUTHOR'S POV

"DIOOOO!!! LO APAIN MUKA GUEE!!!"

"GUE CUMAN NYORET MUKA LO PAKE SPIDOL PERMANEN KOK, REY." Balas Dio tak kalah berteriak sambil berlari terbirit-birit menjauhi Reynan yang sedang murka.

Sabtu ini Dio, Reynan, Henry, dan Beny sedang berkumpul di rumah Henry. Mereka sudah biasa melakukan ini bersama sejak mereka smp.

"Udah nggak usah kejar-kejaran. Rey, Yo, Hen, DOD kuy!" ajak Beni. Mereka sering memainkan ini ketika mereka sedang berkumpul. Dare or dare. Kenapa tidak TOD? Karna mereka sudah mengetahui rahasia satu sama lain. "Boleh tuh." Reynan menangkap Dio yang sedang lengah dan membawanya duduk di lantai bersama Beni dan Henry. Beni mengambil botol kosong yang sebelumnya sudah ia habiskan isinya.

Henry mulai memutar botolnya dan.. Botol itu menunjuk ke arah Henry sendiri. Ini sih senjata makan tuan namanya. Semuanya tertawa. "Oke sekarang Dare or Dare?"

"Apa gue punya pilihan lain selain Dare?"

"Gue aja yang ngasih. Lo masih sayang sama Nadine kan? Lo minta balikan sama dia sekarang." Dio membuat rahang Henry mengeras. "Lo mau sahabat lo ini disakitin lagi sama lucifer itu?" Henry rasanya ingin menampar Dio. Sedangkan yang lain hanya diam tidak berani membuka suara. Henry memang pendiam, tapi jika sudah marah, hancurlah semua yang ada di sekitarnya.

Semenjak kejadian dua tahun silam, tidak ada yang berani menyebut nama Nadine lagi. Tapi entah mendapat keberanian darimana, Dio lancar menyebut nama wanita itu di depan Henry.

"Apa salahnya sih ngasih dia kesempatan lagi? Dia juga selalu berusaha buat minta maaf tapi selalu lo abaikan. Lo nggak nyadar kalo dia juga masih sayang sama lo? Seharusnya sebelum lo memutuskan sesuatu yang serius, lo harus denger penjelasan orang yang bersangkutan dulu." Dio berusaha menyadarkan Henry. Henry beranjak dari sana dan mengambil handphone-nya.

Henry terlihat seperti sedang mencari sesuatu di layar ponselnya. Ketika sudah menemukannya, Henry menarik napas dalam dan mengeluarkannya perlahan.

"Halo."

"..."

"Gue mau balikan sama lo."

Klik.

Henry langsung memutuskan sambungan tanpa memperdulikan suara orang yang diseberang telepon yang terlihat sangat terkejut bercampur bahagia.

Henry kembali duduk bersama sahabatnya. "Tunggu lima menit." ucap Beni yang sudah dimengerti oleh ketiga sahabatnya.

Lima menit kemudian.

Tok! Tok! Tok!

Reynan menyuruh Henry untuk beranjak membukakan pintu dan langsung di-iyakan oleh semuanya.

Cklek.

Bruk.

Terlihat seorang wanita yang memakai kaos oblong dan celana jeans pendek selutut serta mengenakan sendal jepit langsung memeluk Henry erat. Sedangkan yang lainnya hanya tertawa. "Henry lo beneran ngajak gue balikan? Itu artinya lo udah maafin gue?" ucap wanita itu dengan mata berkaca-kaca menahan tangis bahagia. "Itu cuma permintaan Dio sebagai dare gue. Dan ya, gue lagi berusaha maafin lo."

Wanita itu langsung menoleh ke arah Dio dan dibalas anggukan pelan oleh Dio. Wanita itu sempat terlihat kecewa, tapi secepat mungkin raut wajahnya kembali ceria. Semuanya mengerutkan alis heran dengan perubahan raut wajah yang sangat cepat oleh wanita itu. "Nggak papa deh, yang penting gue bisa ngeliat lo lagi. Semangat buat berusaha maafin gue." wanita itu mengecup pipi Henry sekilas dan langsung berjalan ke arah Dio, Reynan, dan Beni. "Dio makasih banget. Gue kangen sama kalian semuaa.." mereka berpelukan melepas rindu setelah dua tahun tidak bertemu. Henry tersenyum kecil melihat Nadine miliknya telah kembali. Dan semoga saja, ia masih dan terus menjadi Nadine kekasihnya seperri dulu. Hubungan yang tak pernah memikirkan kata putus. Bahkan kata itu tak pernah terlintas sedetik pun di benak keduanya.

When Zemblanity Become SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang