BAB XXIV: Tired

5K 352 11
                                    




Kadang, kita memilih untuk memendam semua rasa dalam hati dan mendiamkan diri. Itu lebih baik. Meluahkan, bukan semua akan memahami.

**

KELAS XI IPS 2 –milik Rafa– berlangsung riuh, suara desas-desus dari masing-masing tempat duduk membuat suasana kelas semakin ramai. Alasannya adalah setelah ulangan Matematika setelah istirahat berlangsung, Bu Endang dengan santainya berbicara bahwa nilai akan diberitahu hari itu juga dan tentu saja seisi kelas langsung heboh, kecuali Rafa. Ia tetap menanggapi dengan wajah datar dan sama sekali tidak berniat berbicara apapun.

            "Gila! Kayaknya sih gua fix remed ini!" ucap Azka yang kali ini sedang di lantai tepat dibelakang kursi milik Rafa dan Kelvin. Ia memang bisa duduk dibelakang kali ini karena Bu Endang sedang sibuk mengoreksi seluruh ulangan harian Matematika yang beberapa jam lalu dilaksanakan.

            "Gue juga sih kayaknya," saut Davino.

            "Ah, gue gak mau remed kali ini. Udah belajar mati-matian semalem juga!" protes Dirga yang mulai memamerkan ke-ambis-annya terhadap Matematika.

            "Kalo menurut lo gimana, Raf?" tanya Azka.

            Rafa tetap duduk mengarah ke depan selagi Azka, Dirga, dan Davino mengambil posisi duduk di lantai –tepat dibelakang kursinya. Bahkan, Rafa juga lebih fokus memainkan handphonenya dibandingkan menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Azka barusan.

            "Et, orang! Ditanya malah diem aja, hobi bener." lanjut Azka.

            "Yaelah, Rafa mah gak remed kali, dia kan udah belajar bareng Alisha." Dan kali ini bukan sebuah jawaban dari Rafa yang didapatkan oleh Azka melainkan sahutan dari Davino yang Azka dengar.

            Dirga mengangguk setuju mendengar lontaran kalimat Davino. "Bener banget tuh!"

            Rafa segera menoleh menatap sumber suara tersebut –Dirga– yang berasal dari belakang tubuhnya dan memberikan tatapan tajam bermaksud untuk memperingati agar ia tidak usah ikut bicara.

            "Sensi amat si, Raf." ledek Dirga lagi.

            Kelvin yang duduk di samping Rafa hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah teman-temannya. Karena memang diantara mereka berlima, Kelvin-lah yang paling bijaksana dan paling peka terhadap lingkungan sekitarnya.

            "Berisik lo semua." ucap Rafa pada akhirnya, lalu kembali memainkan handphonenya yang entah sedang melakukan hal apa di dalam benda pipih berwarna hitam legam tersebut.

            "Anak-anak, kembali ke tempat masing-masing! Ibu akan bagikan hasil ulangan kalian sekarang!" suara Bu Endang kali ini mulai terdengar di telinga murid-murid kelas XI IPS 2 dan tentu saja seluruh murid di dalam kelas langsung kembali ke kursi masing-masing.

            "Yang remed di kelas ini ada lima orang." tambah Bu Endang sambil membenarkan kacamata baca miliknya yang bertengger di pangkalan hidung.

            "Ibu panggil nama kalian satu persatu ya dan ambil kertas hasil ulangannya di depan," ucap Bu Endang.

            "Iya, Bu!" jawab seisi kelas dengan kompak.

            "Azka Risjad!" panggil Bu Endang yang mulai mengalihkan pandangannya mencari-cari sosok Azka di dalam kelas dan merasa namanya dipanggil –Azka segera beranjak dari kursinya menuju ke meja guru di paling depan sambil berdoa dalam hatinya agar hasil ulangannya setidaknya pas KKM.

Clandestine✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang