BAB XXXIV: Hari Bahagia

4.8K 353 20
                                    




Sebuah awal yang baik atau sebuah awal yang lagi-lagi menimbulkan sebuah permasalahan?

**


RAFA benar-benar sama sekali tidak pernah bisa diduga oleh Alisha –kali ini lelaki itu mengajak Alisha menuju ke Kota Tua, entah untuk alasan apa.

            "Kok tiba-tiba kita kesini sih, Raf?!" tanya Alisha sambil mengernyitkan dahinya, ia benar-benar bingung sekaligus kaget karena jarak sekolah mereka ke Kota Tua dapat dibilang cukup jauh.

            "Kenapa? Lo gak suka ya gue ajak kesini?" Dan Rafa justru berbalik bertanya kepada Alisha yang membuat gadis itu melotot mendengar kalimat yang terlontar dari Rafa.

            Alisha buru-buru menggeleng. "Enggak gitu, cuman besok kan masih sekolah, Raf. Lagipula gue juga belom izin sama mama gue,"

            Tiba-tiba saja Rafa mengulurkan tangannya seolah meminta sesuatu dan hal itu tentu membuat Alisha kembali mengernyit bingung.

            "Siniin hp lo," ucap Rafa.

            "Buat apa?" tanya Alisha curiga, masalahnya di gallery handphone-nya terdapat banyak sekali foto-foto Rafa yang ia kumpulkan dari berbagai teman-temannya atau bahkan ada foto yang ia abadikan secara diam-diam dan juga foto Rafa di berbagai media social milik teman-temannya. Astaga, sepertinya Alisha memang benar-benar belum move on!

            "Ck," Rafa mendecak sebelum akhirnya, ia memilih untuk mengambil handphone Alisha secara sepihak dari salah satu genggaman gadis itu dan kejadian itu sukses membuat detak jantung Alisha berdetak tidak normal lagi –hanya karena secara tidak sengaja Rafa menyentuh tangannya.

            Alisha terpaku dengan pemandangan yang begitu indah baginya dihadapannya saat ini, ia memerhatikan Rafa yang berdiri tepat di depannya dengan wajah serius sambil mengetikkan sesuatu di layar handphone milik Alisha.

            "Lo ngapain sih?" tanya Alisha penasaran.

            "Izin sama nyokap lo." balas Rafa dan jawaban itu sukses membuat Alisha menganga kaget.

            "Hah?!" Oke, lagi-lagi kembali dengan sikap bodoh milik Alisha yang sepertinya memang sudah mendarah daging.

            Rafa hanya menatap Alisha datar walaupun dalam hatinya, ia juga tak kuasa melihat sikap Alisha yang begitu menggemaskan. Namun, ia tetap bersikap layaknya seorang Rafa –datar dan tak pernah terduga. Biarlah saja ia mencintai Alisha dengan caranya sendiri.

            Mereka berdua memutuskan untuk berjalan menuju tempat duduk dekat gerobak-gerobak beraneka ragam jajanan. Keduanya diselimuti keheningan sampai pada akhirnya, Alisha-lah yang mulai membuka percakapan.

            "Tadi katanya lo mau jelasin," ucap Alisha. "jelasin apa?"

            Rafa menengok menatap Alisha disampingnya dan menatap gadis itu sejenak sebelum akhirnya memilih untuk menatap lurus sambil mulai menjawab pertanyaan Alisha, "Gue udah pernah bilang kan waktu itu sama lo, kalau perasaan gak ada yang bisa dipaksain, Sha,"

            Kali ini giliran Alisha yang menengok untuk menatap Rafa yang terlihat sedang menjelajahi pandangannya menatap keramaian Kota Tua di hari Rabu ini. Gadis itu tetap menyimak sambil tetap berusaha keras menetralisir detak jantungnya yang seolah tidak pernah mau untuk dikendalikan, ketika berada bersama Rafa.

            "Gue serius tentang hal itu dan gue akhirnya memilih buat jujur tentang perasaan gue ke Fera. Gue bilang sama dia, kalau gue sayang sama lo." Penjelasan terakhir lagi-lagi membuat pikiran Alisha bercabang kemana-kemana, terutama mengenai keadaan selanjutnya yang akan terjadi. Gadis itu sangat yakin bahwa Fera pasti akan semakin mendiamkannya.

Clandestine✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang