BAB XL: surprise, bitch

5.6K 330 26
                                    

           

Melepaskan dengan tulus sesuatu yang amat kita inginkan tidak selalu berarti kita lemah. Melainkan sebaliknya, kita sangat kuat untuk membiarkan sesuatu itu pergi. Kita sangat kuat untuk meyakini bahwa esok lusa, jika memang berjodoh, pasti akan kembali.

**

            TEPAT pukul sebelas siang–waktu yang sudah dijanjikan oleh kedua belah pihak–Rafa sudah mengambil posisi tempat duduk favoritnya yaitu, meja dekat jendela sehingga ia bisa dengan leluasa memperhatikan orang-orang yang sedang berlalu lalang di luar.

            "Sori, udah nunggu lama ya?" tanya orang tersebut yang berhasil mengalihkan perhatian Rafa yang terlihat sedang begitu serius memperhatikan pemandangan melalui jendela.

            "Santai," balas Rafa. "Jadi lo mau ngomongin apa?" lanjutnya to-the-point.

            Rachel menduduki kursi yang kosong tepat di sebrang Rafa sehingga alih-alih menjawab langsung pertanyaan lawan bicaranya tersebut –ia justru menatap lekat kedua bola mata sesosok laki-laki yang sudah begitu lama ia rindukan.

            "Chel," panggil Rafa.

            Gadis bernama Rachel itu langsung tersadarkan dari lamunannya yang begitu serius menatap Rafa. "I-iya, Raf?"

            Bodoh. Satu kata yang cukup mendeskripsikan sikap Rachel saat ini, untungnya, ia langsung tersadar.

            "Maaf, maaf. Sebenernya tujuan gue ngajak lo kesini itu mau ngelurusin semuanya, Raf," Rachel mulai menjelaskan. "Gue mau minta maaf buat kepergian gue yang secara tiba-tiba waktu itu, bahkan gue gak ngebales semua kiriman pesan yang udah lo kirim. Perasaan gue kaca pada saat itu, jujur, mungkin lebih kacau dari lo. Gue emang sengaja buat gak ngebales pesan apapun itu dari lo," lanjutnya.

            "Bokap gue emang dipindahin sama kantornya buat kerja di Seattle dan mau gak mau sekeluarga juga harus ikut, termasuk gue,"

            Rafa masih tetap mendengarkan penjelasan Rachel tersebut. Jujur, memang butuh waktu yang cukup lama untuk melupakan perasaannya terhadap perempuan yang saat ini berada di hadapannya.

            "Gue kangen sama lo, Raf." Dan kalimat yang diucapkan Rachel saat ini berhasil membuat perasaannya yang sudah mulai membeku sedikit mencair. Namun dengan cepat, ia langsung menghilangkan perasaan itu mengingat ia sudah bersama Alisha dan ia sangat mencintai gadisnya itu dengan sungguh-sungguh.

            Rafa berusaha untuk mengalihkan kalimat terakhir yang diucapkan Rachel. "Makasih buat penjelasannya, Chel. Lagipula, gue juga udah maafin lo dari jauh-jauh hari,"

            Rachel tersenyum tipis. Gadis itu sangat tahu bahwa laki-laki dihadapannya tak akan mungkin marah untuk waktu yang cukup lama kepadanya.

            "Kejadian itu juga udah jadi masa lalu gue, karena sekarang gue udah bahagia sama Alisha," Dan tepat setelah kalimat tersebut terlontar dari bibir Rafa, senyum di wajah Rachel perlahan-lahan menghilang dan berganti menjadi tatapan nanar.

            Apa gak ada ruang kosong lagi di hati lo buat gue, Raf? tanya Rachel dalam hati.

            "Gue tau kok, Raf. Gue turut seneng, semoga lo bahagia sama cewek lo yang sekarang ya." ucap Rachel.

            Kali ini giliran Rafa yang tersenyum menanggapi ucapan Rachel. Kemudian entah datangnya darimana, keheningan tiba-tiba saja menyelimuti keadaan keduanya sampai tiba-tiba suara nada dering yang berasal dari handphone Rafa berbunyi menandakan ada telefon masuk.

Clandestine✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang