BAB XXX: Kesalahan Fatal

4.9K 347 22
                                    




Mungkin memang ini takdirnya. Aku dan kamu dekat, namun tidak untuk bersama.

**

            "Kenapa sih lo?" tanya Dirga yang saat ini sedang mengunyah cemilan dari toples milik Rafa sambil memperhatikan salah satu sahabatnya memukul samsak dengan penuh emosi, bahkan peluh keringat sudah membanjiri kening Rafa. Saat ini, Dirga, Kelvin, Azka, dan juga Davino sedang berkumpul di kediaman Rafa atas permintaan Rafa sendiri. Dan seperti biasa, rumah Rafa selalu sepi karena papa-nya selalu disibukkan dengan urusan pekerjaan.

            Ketiga sahabatnya yang lain juga melakukan hal yang sama seperti Dirga, yaitu memperhatikan Rafa dengan penuh tanda tanya di otaknya. Hanya satu orang saja yang sepertinya berhasil menebak ada masalah apalagi yang menimpa sahabatnya itu saat ini.

            "Kenapa, Raf?" Giliran Kelvin yang bertanya kali ini dan tentu saja, Rafa tidak memberikan balasan apapun.

            "Gue pusing sendiri ngeliat lo jadinya, Raf." celetuk Dirga dan disetujui oleh Azka dengan anggukan sedangkan Davino hanya diam saja sedaritadi.

            "Gak pernah ngerti gue sama jalan pikiran cewek," Dan akhirnya, Rafa berhasil membuka suara setelah memutuskan berhenti memukul samsak –yang baginya mampu melampiaskan emosinya.

            Kelvin mengerti pembicaraan ini mengarah kepada siapa, karena ia satu-satunya yang mengetahui permasalahan sahabatnya itu.

            "Siapa sih? Alisha?" tanya Azka.

            Rafa mengambil botol berisi air mineral di dalam kulkas yang memang sengaja diletakkan di kamarnya sebelum akhirnya, ia teguk hingga tidak menyisakan air di dalam botolnya lagi. Mendengar lontaran pertanyaan dari Azka, mau tidak mau Rafa hanya bisa mengangguk. Untuk apalagi ia sembunyikan?

            "Kenapa lagi dia?" lanjut Azka penuh penasaran.

            Kelvin langsung melontarkan tatapan seperti 'jangan-kepo-bego!' ke arah Azka. Namun, memang sudah pada dasarnya Azka bodoh sehingga lelaki itu tidak mengerti jika Kelvin memberikan bahasa isyarat melalui tatapannya.

            "Lupain aja, lah," balas Rafa.

Ia kemudian langsung mendekati meja belajar miliknya dan mengambil kunci motor yang sebelumnya memang diletakkan disana. "Gue pergi dulu." ucap Rafa.

"Mau kemana woi?!" tanya Davino.

Kelvin lagi-lagi hanya bisa menggeleng tidak mengerti dengan sikap Rafa yang begitu tertutup dan misterius. Bahkan kepada sahabatnya sendiri saja, ia masih terlihat tertutup.

"Biarin aja," Kelvin kembali membuka suara setelah melihat kepergian Rafa dan seolah memberitahukan kepada ketiga sahabatnya untuk bersikap tidak terlalu kepo mengenai permasalahan Rafa saat ini.

**

Ting.. tong.. Ting.. tong..

Suara bel terdengar nyaring di telinga Dian dan juga Alisha yang sedang sibuk memasak untuk makan malam. Alisha merutukki tamu tersebut yang sangat tidak beretika untuk bertamu di malam hari seperti ini.

"Siapa sih, Ma? Ngapain coba malem-malem gini dateng ke rumah," ucap Alisha yang sedang serius memotong wortel menjadi potongan kecil.

Dian mengedikan bahu pertanda ia juga sama-sama tidak tahu. "Sana gih, kamu liat."

Alisha mendesis. "Males ah, Ma. Paling cuman orang iseng,"

"Alisha," Dian memberikan peringatan melalui tatapannya dan mau tidak mau gadis itu dengan langkah malasnya berjalan menuju pintu dpena untuk membukakan pintu.

Clandestine✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang