BAB XXXIX: Birthday

4.8K 328 17
                                    




Aku tidak ingin lagi terlalu menggenggam karena yang terlalu akhirnya malah menyakitkan.

Aku sadar, bahwa tidak semua harus selalu diperjuangkan berlebih, seperti saat aku memeluk seseorang dengan erat, bila ternyata dirinya bukan untukku entah –bagaimanapun caranya dia akan tetap pergi.

**

            SUARA grasak-grusuk yang berasal dari depan kamar Alisha membuat gadis itu mengerjapkan matanya untuk melihat pukul berapa saat ini. Pandangannya menatap layar handphonenya yang menunjukkan pukul 00.00 sehingga itu berarti hari ini sudah memasukki bulan Maret.

            Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dan sudah ada mamanya yang membawa kue dengan lilin yang menyala diikuti Alvian dibelakangnya, serta Fera –teman sebangkunya. Alisha benar-benar kaget akan hal itu, pasalnya, ini baru pertama kalinya ia diberikan surprise dini hari oleh orang-orang terdekat. Bahkan melihat Fera yang terlihat begitu kesusahan membawa balon gas helium itu membuat Alisha terkekeh geli sekaligus tersenyum lebar karena, wajah Fera sudah ditekuk berlipat-lipat.

            "HAPPY BIRTHDAY ALISHA! HAPPY BIRTHDAY ALISHA!" Suara Fera dan Alvian benar-benar mendominasi ruangan kamar Alisha saat ini.

            "Selamat ulang tahun yang ke-17, sayang," Kali ini Dian yang memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada anak keduanya sambil membawa kue.

            "Make a wish dulu dong!" usul Alvian dan Fera ikutan mengangguk setuju.

            Alisha-pun memejamkan matanya untuk berdoa kepada Tuhan yang terbaik untuk dirinya serta orang-orang yang ia sayangi dalam hati. Tak lupa, gadis yang baru memasukki usia tujuh-belas tahun ini berdoa agar hubungannya dengan Rafa bertahan lama. Setelah itu, barulah Alisha meniup lilin dengan angka 17.

            "Makasih buat surprise kecil-kecilannya ya," ucap Alisha seolah tak mau menghilangkan senyum lebarnya dari wajah manisnya saat ini.

            Dian langsung memeluk Alisha. "Sama-sama, Nak,"

            Setelah acara pelukan ala teletubbies itu, baik dengan mamanya, kakaknya, ataupun Fera. Kini tinggalah Fera yang masih menetap di dalam kamar Alisha, dikarenakan permintaan gadis itu yang menyuruh Fera agar menginap saja terlebih dahulu di rumahnya dan pulang pada esok hari. Toh juga hari ini adalah hari Sabtu sehingga kegiatan belajar-mengajar ditiadakkan seperti biasanya.

            "Rafa udah ngucapin belum, Al?" ledek Fera bermaksud menggoda Alisha dan berharap sahabatnya itu membalas dengan anggukan serta senyuman lebar.

            Namun harapan Fera sirna begitu saja setelah mendapati gelengan dan wajah murung dari teman sebangkunya ini.

            "Mungkin dia gak kebangun jam segini kali, Al. Positif thinking aja, oke?" Fera menyemangati Alisha, agar sahabatnya itu tidak bersedih lagi. Lagipula, ini kan hari ulang tahunnya mengapa harus bersedih?

            Jika kalian bertanya apakah Fera sudah sepenuhnya merelakan Rafa, maka jawabannya adalah iya. Fera sudah menyadari bahwa selama ini, ia hanya berjuang sendirian dan tak sepatutnya menyalahkan Rafa ataupun Alisha. Karena memang disini Fera-lah yang berharap berlebihan. Ia juga mengakui bahwa sepertinya ia hanya terobsesi dan tidak memiliki perasaan suka sebesar Alisha kepada Rafa, bahkan perasaan Alisha itu sudah tidak dapat dibilang rasa suka melainkan rasa sayang bagi Fera.

            "Udah ah tidur lagi, gue ngantuk." ucap Alisha.

**

Clandestine✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang