Asya memutar-mutar pulpen ditangannya. Kejadian kemarin benar-benar membuat Asya resah.
Setelah stalking instagram Hazell, Asya benar-benar tau dia perempuan yang bad. Asya memijat keningnya. Tiba-tiba terasa mual. Asya menepuk keningnya, mengingat Asya sama sekali belum menyentuh makanan pagi ini.
Tapi anehnya dia malah pagi-pagi buta datang kesekolah. Asya bodoh sekali.
Dengan langkah gontai Asya berjalan menuju kantin sekolah sendirian. Karna memang belum ada siapa-siapa dikelas.
Mata Asya membulat saat geng Arsyad sedang tertawa keras sekali dikantin. Mereka sedang nongkrong sepertinya. Tapi kenapa pagi-pagi sekali?
"Eh neng Asya." Goda Reno mengambil roti yang ingin Asya ambil di warung kantin. "Mang, Reno ambil roti satu nanti Reno bayar!" Teriak Reno kembali ke tempat ia duduk.
Arsyad melirik Asya. Hanya melirik, tidak menyapa.
"Mang rotinya gak ada lagi ya?" Tanya Asya saat melihat keranjang khusus untuk roti benar-benar kosong.
"Iya nih neng, Soalnya masih pagi. Rotinya baru ada nanti jam istirahat pertama baru dianter." Ucap penjual warung kantin.
"Yah, yaudah deh makasih ya mang." Ucap Asya berjalan lemas untuk kembali ke kelas. Arsyad menatap Asya yang berjalan lemas. Tangannya mencengkram seragam bagian perutnya.
"Ren sini roti lo," Ucap Arsyad.
"Buat apaan?" Tanya Reno yang menghentikan tangannya yang baru saja ingin membuka bungkus rotinya.
"Udah sini nanti gue ganti dua kali lipat," Pinta Arsyad. Reno nyengir. Masalah uang memang Reno yang paling pintar.
"Duit aja lo langsung ijo matanya." Ucap Dino menoyor kepala Reno. Arsyad segera mengambil alih rotinya dan mengejar Asya.
Saat jaraknya dengan Asya hampir dekat, Arsyad berjalan pelan. Sebelumnya Arsyad membenarkan jambul nya dikaca kelas lalu kembali berjalan menyusul Asya.
"Nih makan." Ucap Arsyad yang langsung berdiri di depan Asya. Asya menyentuh keningnya saat tubuhnya tak sengaja menabrak Arsyad.
"Eh sorry." Ucap Arsyad menyentuh pundak Asya.
"Arsyad! Bisa gak sih gak ngagetin tiap muncul! Sakit tau!" Omel Asya menyentuh keningnya.
"Ulululu tayang, mana yang sakit?" Ucap Arsyad melihat dan mengelus kening Asya perlahan. Karna gemas Arsyad malah memukul kening Asya pelan.
"Syad!!!! Sak..."
"Nih makan, belum sarapan kan? Nanti magh lo kambuh. Lo kan harus olahraga nanti," Ucap Arsyad.
"Lo dapet darimana roti ini? Bukannya dikantin abis ya?" Tanya Asya.
"Tadi gue beli roti terus gak ke makan. Nih ambil," Ucap Arsyad. Asya mengambilnya secara perlahan dengan rasa ragu.
"Gak gue racun kok Sya," Arsyad nyengir. Asya memukul bahu Arsyad pelan.
"Yaudah, semangat ya nanti olahraganya. Gue mau balik ke kantin dulu." Ucap Arsyad menepuk puncak kepala Asya dua kali.
Asya menatap kepergian Arsyad dengan sedikit senyumnya. Lalu Asya tak sadar jika dirinya sudah berada di depan kelas nya.
Asya masuk kedalam kelasnya dan mendapati Bella yang tengah duduk manis sambil menatap Asya. Sejak ada Arsyad di depan kelas, Bella memang menatap keduanya lewat kaca.
"Eh, tumben udah dateng Bell?" Tanya Asya duduk di samping Bella. Saat Asya duduk, Bella malah bangkit pergi entah kemana.
"Bell lo kenapa?" Tanya Asya yang tidak digubris sama sekali oleh Bella. Asya menghembuskan nafas pelan.
Akhir-akhir ini Bella menjadi aneh. Asya tidak tau mengapa. Tiba-tiba saja nafsu makannya hilang. Rotinya dibiarkan ditaruh dikolong mejanya.
Masalah apa lagi sih ini?
*****
Priiittttttt!
Bunyi pelurit dari pak Eko sudah berbunyi. Sekarang jam olahraga. Semua murid yang tadinya berbaris, sekarang mengelilingi lapangan dengan lari jarak pendek.
Perut Asya sedari tadi berbunyi. Sambil berlari, perlahan Asya menetralkan sakitnya. Mencoba melupakan sakitnya. Bukan melupakan dia dari hatinya ya, eh?
"Sya, ada kak Arsyad tuh duduk dikursi deket pintu gerbang kantin." Ucap Keyna. Asya mengangguk tanda dia tak mau tau.
Memang sekolah Asya dibagian kantin ada gerbangnya. Jadi saat jam pelajaran kosong tidak ada yang lari ke kantin.
Tapi tidak tau dengan gengnya Arsyad yang entah kenapa masih saja bisa nyelonong ke kantin.
"Bro, cewek lo olahraga." Ucap Dino menyenggol Arsyad. Arsyad yang sedang menggigiti lidi tiba-tiba menoleh.
"Manis banget ya cewek lo," Ucap Reno. Arsyad menatap Reno tajam.
"Dia lari megangin perut mulu kenapa ya?" Tanya Bagas.
"Hah?" Tanya Arsyad meminta agar Bagas mengulangi omongannya.
"Dia lari dari tadi megangin perut mulu, kaya ngeringis sakit, tapi gak tau juga sih," Ucap Bagas. Arsyad mengkerutkan keningnya bingung.
Apa dia gak makan roti dari gue ya? Mungkin dia sangka roti itu abis gue kasih racun makanya dia gak makan. Batin Arsyad.
Asya menghembuskan nafas lelah. Langkahnya semakin melambat. Keringat sudah bercucuran dikeningnya dan meluncur bebas ke lehernya.
Matanya tiba-tiba buram. Suara pluit dari pak Eko mendengung. Langkah Asya terhenti tepat di depan Arsyad. Jaraknya lumayan jauh tapi tepat depan Arsyad.
Arsyad dan lainnya berdiri menatap Asya. Saat Arsyad sudah tau ada yang tidak beres, Arsyad segera berlari menuju Asya.
Tapi sayang, tubuh Asya tertabrak oleh Fara yang juga sedang berlari. Fara adalah teman sekelas Asya juga.
Tubuh Asya ambruk begitu saja. Semuanya berhenti berlari. Begitupun Arsyad yang menghentikan langkahnya.
"Asyaa!!!" Teriak Keyna dan Nata yang langsung berlari menuju Asya yang sudah jatuh tak sadarkan diri.
Bella hanya menatapnya dari jauh. Sedangkan yang lainnya sudah mengerumuni Asya.
"Sorry gue gak sengaja, gue gak liat Asya berhenti lari." Ucap Fara menepuk pipi Asya agar tersadar.
"Asya! Sadar Sya!" Ucap Keyna yang sudah menaruh kepala Asya dipangkuannya.
"Misi, cogan mau lewat." Ucap Arsyad melewati kerumunan. Semuanya memberi jalan dan menatap Arsyad dengan tatapan kagum. Tidak dengan laki-laki.
"Sini, biar Asya gue yang bawa ke UKS."
_______________________________________
(Finish Edit)
25 maret 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
After Being Hurt
Teen FictionSudah tersedia di Gramedia Membaca cerita ini membuat kalian mengerti bagaimana rasanya menjadi gadis yang rapuh. Membuat kalian mengerti bagaimana rasanya memiliki sahabat yang tiba-tiba menyukai lelaki yang sama. Mengajari mu artinya belajar mengh...