Disinilah Asya, Arsyad, dan Vino dipagi hari. Yang lain sudah mengerjakan tugas dari guru pada jam pertama, ketiganya malah berdiri diruang BK.Laporan dari Pak Asep membuat guru mengetahuinya. Arsyad memasukan kedua tangannya disaku celana. Matanya menatap kearah yang lain. Sedangkan Asya yang berada di tengah hanya diam menunduk. Vino? Sedang menatap guru yang akan bicara soal ini.
Rahang nya cukup memar. Asya hanya bisa meminta maaf dan meringis melihatnya.
"Kenapa kalian berantem hah? Berebutan Asya?!" Bentak Bu Yati. Selaku guru yang mengurus anak yang bandelnya seperti Arsyad.
Asya bergidik ngeri saat Bu Yati memukul penggaris besi miliknya di atas meja.
"Dia yang memukul saya lebih dulu karna saya membela Asya Bu," Ucap Vino. Arsyad berdecak.
"Banci emang gak pernah mau ngalah emang," Bisik Arsyad. Asya melirik Arsyad yang masih membuang muka, sedangkan Vino hanya tersenyum miring.
"Kalian bertiga saya scors selama tiga hari," Ucap Bu Yati. Asya membulatkan matanya.
"Tapi Bu! Saya besok ada pengambilan nilai olahraga. Terus saya harus bilang apa sama tante saya?" Tanya Asya. Vino menatap Asya, begitupun Arsyad.
"Saya sudah membuat surat scors untuk kalian bertiga. Selamat menikmati hari libur kalian," Ucap Bu Yati. Asya mengepalkan tangannya lalu dengan terpaksa mengambil surat scors miliknya.
Kakinya segera bergerak keluar. Arsyad dan Vino menyusul.
"Asya maaf." Ucap keduanya bersamaan menyentuh tangan Asya.
"Lo gak usah ikutin gue anjir." Maki Arsyad. Vino menghembuskan nafasnya lelah. Ia malas jika harus berdebat dengan Arsyad.
"Asya pulang sama aku. Biar aku yang bilang ke Tante atau Justin soal ini," Ucap Vino. Asya menatap Vino, saat mulutnya terbuka untuk menjawab, Arsyad memotongnya.
"Emangnya lo siapa nya sih. Sama aku aja ya Sya kamu kan pacar aku," Ucap Arsyad. Asya menatap Arsyad saat Asya ingin menjawab kata-katanya kembali diputus oleh Vino.
"Gak usah dengerin dia Sya. Jangan deket sama orang aneh kaya dia," Ucap Vino.
"Eh maksud lo apa! Gue cowoknya. Gue yang berhak atas segalanya tentang Asya." Asya menatap keduanya bingung.
"Asya tetep sama gue." Ucap Vino kekeuh.
"Duh, udah deh kalian. Gue bisa pulang sendiri," Ucap Asya. Arsyad melongo. Masih terkejut Asya berani menggunakan lo-gue.
"Ini semua gara-gara lo tau gak!" Bentak Vino mengejar Asya. Tak mau kalah Arsyad ikut mengejarnya.
Setelah mengambil tas masing-masing Vino dan Arsyad mengikuti Asya di belakangnya. Seperti bodyguard yang siap 24 jam menjaga Asya.
Asya masuk kedalam angkutan umum. Tak peduli dengan kendaraan yang Vino dan Arsyad bawa, keduanya malah ikut masuk kedalam angkutan umum.
"Ih kalian ngapain sih kok malah ikut gue." Ucap Asya yang kanan kirinya sudah diapit dua cogan.
"Mau jagain lo." Ucap Arsyad sok cuek sebenarnya dalam hati ia peduli.
"Mau liat kalo lo sampe rumah tanpa lecet sedikit pun," Ucap Vino. Asya menghembuskan nafas lelah. Menerima apa yang ia lihat sekarang.
Tak lamanya mereka sampai di depan kompleks rumah Asya. Asya turun dan segera membayar. Arsyad sudah lari menyusul Asya duluan sedangkan Vino masih ingin membayar.
"Mas kurang tiga ribu. Temennya belum bayar yang cowok tadi." Ucap supir angkot membuat Vino melongo.
"Sialan," Umpatnya saat tau Arsyad tak membayar. Vino segera membayar dan berlalu pergi.
"Asya maafin aku dulu." Ucap Arsyad menarik tangan Asya yang sudah masuk kedalam rumah. Asya menghentikan langkahnya.
Matanya beralih menatap Vino yang berlari tergopoh-gopoh.
"Gue capek, mau tidur." Ucap Asya yang langsung masuk kedalam. Arsyad menatap Vino tajam lalu berlalu pergi. Vino menghembuskan nafasnya lalu berlalu pergi juga.
****
Vino Grasio
Malam ini aku kerumah. Aku udah bilang sama tante kamu. Soal kamu di scors juga dan tante kamu maklumin. Minggu depan dia jenguk kamu.
Asya membulatkan matanya. Lalu ia menarik guling untuk menutup wajahnya. Pesan dari Vino jam 3 sore tadi baru ia baca. Dan pasti sebentar lagi ia akan datang.
Tok tok!
"Non, ada tamu." Ucap pengurus rumah Asya. Asya menghembuskan nafasnya lalu ia duduk di atas kasurnya.
"Suruh masuk aja Bi." Jawab Asya yang sudah tau tamunya adalah Vino.
Tak lamanya pintu terbuka. Asya menunduk menatap handphonenya. Membuka aplikasi wattpad untuk melanjut ceritanya. Karna tiba-tiba saja ia mendapat inspirasi kalau tidak segera ia tulis ia akan lupa.
"Sibuk?" Tanya laki-laki yang membuat Asya melongo dan segera menatap lelaki itu.
"Arsyad?" Tanya Asya. Asya melongo dan segera menepuk kedua pipinya.
"Kok kaget sih?" Tanya Arsyad yang langsung mengambil novel Hurts To Love yang ada dimeja belajar Asya.
"Suka baca?" Tanya Arsyad lagi sambil membuka novelnya dan sedikit membaca.
"Gak terlalu," Ucap Asya. Tangannya kembali mengetik diatas layar handphonenya. Larut dalam dunia orange miliknya.
Arsyad duduk dikursi. Memperhatikan Asya yang sedang sibuk mengetik sesuatu di handphone. Menurutnya objek yang paling menarik untuk ditatap sekarang adalah Asya.
Tak lamanya pintu kamarnya terbuka. Asya menatap siapa yang masuk. Bersamaan dengan itu Arsyad ikut menatap siapa yang masuk.
"Lah elo?!" Ucap Arsyad bangkit. Asya menepuk keningnya. Ia yakin sebentar lagi akan mulai keberisikan.
"Ngapain lo disini?" Ucap Vino dengan wajah terkejutnya.
"Gak gak gak lu gak boleh disini, pulang sana." Ucap Arsyad mendorong Vino keluar dari kamar Asya. Asya membulatkan matanya dan bangkit dari duduknya.
"Eh udah udah." Ucap Asya menengahi.
"Apaan sih lo gue mau nemenin Asya malem ini," Ucap Vino. Dengan perkelahian yang sudah dimulai Asya hanya menghembuskan nafas dan masuk kedalam kamarnya. Tak lupa mengunci pintu, Asya lebih memilih memejamkan matanya sebentar dikamar sampai perdebatan selesai.
****
Asya mengerjapkan matanya lalu menatap jam dinding.
"Jam 11 malam?!" Ucapnya yang langsung bangkit duduk. Ia sampai ketiduran selama ini.
"Mungkin udah pada pulang," Pikirnya.
Asya bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk kedapur. Untuk menghilangkan hausnya.
Tapi saat Asya membuka pintu kamarnya sesuatu yang aneh langsung terjatuh.
"Arsyad?! Vino?!" Teriak Asya saat keduanya terjatuh saat Asya membuka pintu. Rupanya ia tertidur bersandar di pintu kamar Asya.
"Hehehe," Tawa keduanya. Asya hanya menghembuskan nafas dan menggeleng pelan.
Bener-bener hidup gue gak tenang lagi. Batin Asya.
______________________________________
(Finish Edit)
18 Mei 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
After Being Hurt
Teen FictionSudah tersedia di Gramedia Membaca cerita ini membuat kalian mengerti bagaimana rasanya menjadi gadis yang rapuh. Membuat kalian mengerti bagaimana rasanya memiliki sahabat yang tiba-tiba menyukai lelaki yang sama. Mengajari mu artinya belajar mengh...