8

604 53 30
                                    

"Mina, apa kau mau bertemu denganku?" ucapku sambil memakai kemeja hitamku.

Udara pagi ini terasa sangat dingin untuk seukuran pria banyak masalah sepertiku. Aku membutuhkan kehangatan, aku ingin minum pagi ini juga.

"Maaf, ini siapa?" tanyanya sopan diujung telfon. Aku hanya berdeham pelan mengingat Mina sama sekali tak tahu namaku. Sedetik kemudian terdengar teriakan yang berhasil membuat telingaku berdenging ngilu. "Ajeossiii!!!"

Mendengar teriakan girang dari anak SMA itu sempat membuat senyuman tipis di bibirku, tapi teriakan menganggu itu juga berhasil membuatku kesal, dia masih saja memanggilku ajeossi. "Ya, ini aku." ucapku pasrah tanpa komplen.

Satu persatu kukaitkan kancing kemejaku sambil menjepit ponsel sialan di leherku. "Aku mau ajeossi, mau sekali! Baik aku akan ganti baju sekarang," Mina masih terdengar sangat girang.

"Kau sekolah saja dulu," Aku mengoreksi ucapannya yang akan ganti baju untuk menemuiku sekarang juga.

"Aku tunggu kau di café pertama kita berjumpa siang ini."

"Ne ajeossi, domanayo......" dia menghentikan sejenak ucapannya, lalu kembali bersuara tetapi kali ini sangat lembut, "Saranghae."

Aku tersenyum menatap ponsel yang sudah dengan layar mati itu.

Dia menutupnya dengan cara yang berbeda ya?

Pagi, Markas Zoldyck

Lorong Zoldyck ini seharusnya berwarna merah muda agar tidak seseram ini. Bangunan tertutup tanpa jendela dan hanya mengandalkan AC ini sangat kubenci.

Apa lagi penggunaan cat hitam dan lampu gantung bercahaya jingga yang tertempel pada tembok dengan jarak tertentu membuat tempat ini sangat mudah ditebak sebagai sarang bandit.

Jujur, walaupun aku sudah berada disini selama sepuluh tahun lebih, tetap saja lorong menuju ruang kerja Mino ini sangat menyebalkan. Aku mengeryit saat memegang gagang pintu ruangan kerja Mino.

Sejenak aku berhenti untuk memperhatikan pintu yang di depanku, dia mengganti pintunya dengan pintu berukiran kerangka hewan. Orang itu memang gila!

"Ada apa memanggilku?" Aku melangkahkan kakiku masuk dan tiba-tiba seseorang berhambur memelukku.

"Aku sangat merindukanmu kumamonku," serunya memeluk manja tubuhku.

Tae Hyung dan Jungkook yang saat itu juga ada disana terkekeh pelan diatas penderitaan yang kualami. Aku menggigit bibir sambil berusaha melepaskan Rose tanpa mengindahkannya.

"Apa mau mu?" tanyaku lagi sambil menatap Mino yang duduk diruang kerjanya.

"Aku ingin kau menjadi partner jobku kali ini." Perempuan bersurai merah disampingku itu menjawab pertanyaan yang bukan kuajukan untuknya.

Kutatap matanya tajam. Sialnya lagi dia malah memajukan kepala kearahku dan menatapku balik. "Wae? Kau tidak mau?"

"Kau bisa minta ditemani Jungkook ataupun Taehyung," ucapku lagi dengan malas.

"Aku tidak mau dengan Jungkook!" ucap lantang Rose dengan cepat yang langsung membuat Jungkook menatapku sendu.

"Dan aku juga tidak bisa. Hari ini aku janji akan berkencan dengan kekasihku," jelas Taehyung yang masih sibuk dengan ponselnya. Aku sempat terkejut mendengarnya. Sejak kapan dia mempunyai kekasih?

Aku menghindari pelukkan Rose dengan berjalan dan duduk di samping Jungkook, "Kenapa harus aku?"

"Tentu saja, karena kau kekasihnya," ucap Jungkook menatapku heran yang disambut dengan anggukan Rose. Dan si keparat Mino itu sama sekali tak bertanggung jawab karena telah membawaku kesini. Dia, orang itu masih saja sibuk dengan kertas-kertas dimejanya.

Aku hanya berdeham pelan sambil mengumpulkan suaraku sambil mencari kotak heroin disakuku, "Aku sudah tidak ada hubungan lagi dengannya." Sontak semua mata tertuju padaku. Sorotan tak percaya dapat aku rasakan walaupun mataku masih terfokus pada kapsul-kapsul kecil ini.

"Sejak kapan?" akhirnya Mino mengeluarkan suaranya, membuatku menoleh kearahnya. Aku hanya bergedik tak peduli sambil memasukkan dua kapsul heroin ke dalam mulutku, "Baru saja."

"Itu sama sekali tidak benar?!" kini Rose memandangku dengan ekspresi kacaunya, "Kita baik-baik saja kan Yoongi?" bujuknya sambil duduk dan melingkarkan lengannya ditanganku.

"Apa kau mau dia mati layaknya kekasihku yang kau bunuh itu? Hei jangan lupakan kenyataan itu bodoh!" bisik Rose mengancam.

Sontak aku langsung menatapnya kaget, tapi sialan. Perempuan ini terlalu pintar untuk berpura-pura. Wajah sok manisnya sangat berbeda dengan perkataan bengisnya padaku tadi.

Aku menghela napas dan bangkit berdiri, "Baiklah, aku akan melakukannya."

Setelah itu tanganku langsung meraih lengan Rose dan menariknya keluar dari ruangan.

Perasaan kesal merambat dalam diriku. Bukan hanya kelakuannya yang kotor, tetapi pikiran dan taktiknya untuk mendapatkan segala sesuatu yang diinginkannya sangat menjijikan. Dia benar-benar membuatku muak.

Rose yang tangannya kutarik secara paksa terus memberontak. "Lepaskan!!"

"Kenapa kau melakukan itu?" tanyaku sambil memojokkannya ketembok sehingga dia tak bisa pergi kemanapun.

Rose yang awalnya terkejut mulai memasang senyum seringgainya. Dia memandangku dengan mata penuh kemenangan. "Karena aku menginginkanmu."

"Kenapa kau harus sampai sejauh itu?"

Dia memutar bola matanya, berlagak berpikir. "Aku hanya ingin mempraktekkan apa yang juga kau lakukan pada Wooziku." Dia menatapku tajam.

Aku membuang muka sambil menjambak rambutku kasar. Semua ini sangat membuatku kesal. "Lalu apa mau mu?" tanyaku pelan tanpa menatap wajahnya.

"Cium aku."
"Lupakan dia dan kembalilah bersamaku." Lanjutnya pelan.

"Aku benar-benar mencintaimu Yoongi."

Rose memegang pipiku dan membuatku menatap wajahnya lalu dia melumatkan bibirku dengan lembut. Aku tidak bisa menolaknya lagi.

Semua ini memang sudah sepantasnya datang dan menghancurkanku.

.
Siang ini, sudah saatnya aku bertemu dengannya. Tapi sampai sekarang dia belum juga datang.

Bahkan seorang waitress sudah tiga kali kembali padaku untuk menanyakan pesananku. Hingga akhirnya pintu kayu dengan lonceng itu terbuka dan mengeluarkan suara dentingan kecil di musim dingin.

 Hingga akhirnya pintu kayu dengan lonceng itu terbuka dan mengeluarkan suara dentingan kecil di musim dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sosok gadis berseragam dengan balutan mantel merah dan syal yang membalut rapat lehernya. Dia mengedarkan pandangannya dengan gelisah lalu tersenyum setelah melihatku.

"Mian ajeossi. Seharusnya aku datang kesini sendiri. Tapi oppaku tetap saja ingin ikut." Gadis itu terhuyung menghampiriku.

Aku terkejut mendengarnya. Hingga terlihat dimataku sesosok pria yang selalu ada dalam benakku. Sosok yang ada dalam kenanganku dengan teriakkan tak menyenangkan hati.

Bahkan tatapan ketakutannya masih membekas dalam benakku.

Mingyu, Ya. Orang itu benar-benar Mingyu.

Tbc

LUCIFER • Fallen Angel • || SugaBtsxTwice||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang