"Gunting, batu, kertas!" Empat gadis itu berkata bersamaan namun mengeluarkan tanda yang berbeda dari tangan mereka.
Omong-omong, sebelum masuk ke cerita ada baiknya kalau kita berkenalan dulu.
Pertama, Kim Jihoo anak kelas 2-1 berambut hitam. Kim Jiho ini banyak fansnya, sering disebut sebagai Queen. Kim Jiho pacarnya Jung Jaehyun, satu-satunya diantara mereka yang sudah memiliki kekasih. Kalau sekali lihat sih biasanya pada bilang Jiho itu elegan, manis dan cantik. Tapi aslinya, bobrok! Receh squad bareng Rosé atau nama aslinya Park Chaeyoung. Si rambut oranye ini anak musik. Muka boleh polos tapi genre musik rock. Keliatannya sih anak baik-baik tapi suka banget melanggar peraturan. Nyebelinnya meski ketahuan sama guru, tetep dimaafin --keuntungan punya muka polos.
Ada juga Choi Yuju. Ini anak osis, jabatannya bendahara. Pelit banget, eh pas jadi bendahara makin pelit. Anti ngasih traktiran, maunya gratisan. Galaknya minta ampun, tapi kalau sama Dokyeom langsung sok imut. Cuma Dokyeom kayanya yang bisa bikin Yuju sok manis kaya gitu.
Nah, terakhir ada Lalisa Manoban. Rambut sebahu dan diwarnai pirang ini kalah main gunting-batu-kertas karena tiga temannya mengeluarkan batu sementara dia kertas. Yah, gak heran sih karena Lisa ini yang paling sial diantara mereka.
"Ah, curang nih! Kalian janjian ya!" Seru Lisa tak terima karena dia sendiri yang mengeluarkan kertas.
Jiho tertawa, sampai memukul meja. "Lah, tadi kita bilang ya kalau mau ngeluarin batu, lonya aja yang gak percaya."
Lisa berdecih, benar sih apa yang Jiho katakan tapi tetep aja!
"Ulang ih! Gak aci!"
Yuju menggeleng, menghapus air mata yang berada di sudut matanya karena tertawa. "Gak. Abis ini gue mau ke Dokyeom. Nah sekarang hukumannya deh."
Rosé menepuk tangannya sekali, membuat perhatian tertuju padanya. "Nembak Taeyong!"
"Who the fack* is Taeyong?" Lisa mendecih sebal. Taeyong saja gak tahu, masa main nembak?
Yuju langsung melirik Lisa tajam. "No cursing, Lis."
"Refleks, sorry. Jadi, siapa Taeyong ini?"
Bukannya menjawab Jiho malah memukul kening Lisa. "What is that for?"
Jiho mencebik, "For being stupid. Makanya kalau lagi apel tuh jangan tidur mulu! Masa ketua osis sendiri gak tau. Upacara cabut, apel tidur. Mau jadi apa?"
Lisa malah balas memukul kening Jiho. "At least, gue masih tetep rangking. Daripada lo, udah ikut upacara sama apel tetep aja remed."
Jiho langsung tertawa, "Lah, iya juga. Kalau gitu besok gue ikutin lo aja ah, sapa tau rangking lima."
Yuju cuma bisa menggeleng, gak mengerti lagi sama jalan pikiran teman-temannya. "Kalo nembak terlalu ekstrim deh. Kalau ngasih cokelat gimana?"
"Its, september, not february." Lisa memutar manik matanya, sebal.
"You loss, so shut up." Perkataan Rosé langsung membungkam Lisa. "Gue ada roti cokelat, nah lo kasih ke Taeyong aja."
Lisa memutar manik matanya, lagi. Kemudian mengulurkan tangannya, "mana? Buru ah."
Rosé nyengir kemudian mengeluarkan roti bungkus dari loker mejanya. Gadis itu memberikan rotinya pada Lisa dengan senyuman jail. "Taeyong lagi olahraga," dia menunjuk ke arah lapangan, memperlihatkan siswa 2-4 yang sedang berolahraga.
Satu alis Lisa terangkat, penasaran. "Yang mana sih orangnya?"
Jiho berdiri, menunjuk ke arah laki-laki dengan headband berambut hitam. "Tuh!"
"Anjir mukanya gak woles!" Komentar Lisa. "Abang gue kayanya gak segitunya dah."
"Sebelas dua belas yak sama Abang lo." Rosé tak terima, "Malah sereman Abang lo. Di jidatnya kaya ada tulisan, senggol bacok."
Lagi, Lisa memutar manik matanya. "Ya udah gue kasih ke dia deh." Bukannya Lisa ngebet, tapi dia mau cepet-cepet kelar.
Lisa melangkahkan kakinya keluar kelas, melewati koridor yang sepi karena kelas lain masih dalam proses belajar mengajar. Kakinya menuruni anak tangga dengan cepat kemudian berbelok menuju lapangan. Matanya mengedar, mencari sosok berheadband hitam. Ia tersenyum kala mendapati sosok yang dicarinya tengah duduk di pinggir lapangan sambil minum.
Lisa menghampiri sosok itu, kemudian berjongkok. Gadis itu menarik ujung kausnya membuat lelaki itu menatap langsung ke arah Lisa. Lima detik, keduanya bertatapan. Lisa bersumpah, belum pernah ia melihat tatapan yang tajam dan dalam seperti itu. Ingat dengan tujuan awalnya, Lisa mengulurkan roti yang berada dalam genggamannya.
"Buat lo." Hanya itu. Setelah menaruh roti di pangkuan Taeyong, Lisa berdiri. "Terserah mau diapain, tapi gak boleh dibuang."
Sementara Lisa berbalik untuk kembali ke kelas, Taeyong hanya menatap ke arah roti bungkus dan Lisa bergantian. Dia bahkan gak tahu nama gadis pirang aneh itu. Taeyong mengangkat bahunya, tak peduli. Ya udah lah, yang penting dapet makanan gratis.
* * *
hayo yang udah pernah baca, apa perbedaannya? hehehe
-amel