Dering panggilan masuk terus terdengar beriringan juga dengan suara penanda pesan masuk. Gaduh, bahkan itu sampai terdengar ke ruang tengah, tapi gadis bertubuh mungil itu tidak ada niatan untuk membuka ponselnya, Ia lebih memilih untuk menyembunyikan dirinya dibalik selimut berwarna putih gading itu.
Jangan tanya kenapa, karena ini masih ada hubungannya dengan kejadian tadi sore. Jongin ? Ia terus mengomel, terdengar omelannya lebih kencang dari suara ponsel Yeri. “Yak ! Ini sudah malam. Matikan saja ponselmu”
Teriak Jongin yang sedang berada di ruang televisi.
Benar juga, kenapa tidak Yeri matikan saja ponselnya, atau bisa Ia silent bukan ?.
Merasa terganggu, Jongin melangkahkan kakinya dengan lebar menuju kamar Yeri. Ahh malam ini Jongin tidak mau di ganggu karena ada kartun Sinchan kesukaannya sedang di putar di stasiun TV kabel.
*klek
Jongin, lelaki berambut tebal itu menghela napasnya ketika Ia melihat Yeri menyembunyikan diri di balik selimut dan ponsel yang tergeletak di atas meja belajar, ponsel yang tengah mengisi energinya itu masih berdering.
Merasa ada yang aneh dengan sikap Yeri, Ia sebagai kakak yang tadi kurang peka, sekarang ingin menjadi kakak yang peka dan perhatian.
“Yerimie...”
Panggil Jongin dengan nada yang lembut. Tidak ada tanda-tanda dari Yeri merespon panggilan kakaknya. Yeri dengar, hanya Ia masih kesal, kesal dengan semuanya.
“Yer..”
Panggil Jongin lagi, kali ini Ia mengguncang-guncang tubuh adiknya yang masih tertutupi selimut.
Cukup, ini membuat Jongin jengkel, langsung saja Ia menarik paksa selimut Yeri.
“Waeeee?”
Tanya Jongin seraya duduk disamping adiknya. Ia mengurungkan niatnya untuk mengomel, bagaimana tidak ? sekarang Ia sedang melihat pipi adiknya dipenuhi dengan air asin dan tidak lupa dengan mata yang sedikit bengkak.
Yeri bangkit dan duduk menghadap lelaki kecokelatan itu, Ia menghapus air matanya kasar dan menggeleng cepat. Jongin tidak sebodoh yang orang-orang pikirkan, Ia tahu pasti ada sesuatu dengan adiknya ini.
“Ceritakanlah” Yeri menatap sinis kakaknya dan itu membuat Jongin terheran, apakah ia penyebab Yeri menangis pikirnya.
“Nappeun”
“Yaak ! kau bilang apa ? dasar tidak sopan” cibir Jongin yang tidak terima dipanggil dengan kata kasar
“Neo ! Jika saja kau—“
Yeri menggantung omongannya. Bukan sengaja, tapi Ia tidak sanggup bicara lagi, ada sesuatu yang buat Ia menghentikan omongannya, sesak.
Dan sekarang tangisnya pecah. Terasa sakit di dadanya, tegang di bagian tengkuknya, berat dibagian kepalanya. Jongin, Ia terheran.
“Yaak ! Kau ini kenapa !??” tanya Jongin dengan nada yang sedikit Ia taikkan, tangannya tidak menganggur, tentu tangannya Ia pakai untuk mengguncang-guncang bahu Yeri.
Yeri, Ia hanya bisa meluapkan kekesalan pada kakaknya dengan menangis sekeras-kerasnya seraya memukul dada Jongin, dan merutuk di benaknya.
Ya Yeri kesal. Sungguh kesal, andai saja Jongin berada di dekatnya saat itu, andai saja Jongin pulang bersamanya, andai saja Jongin tidak bertemu Soojung, mungkin Yeri tidak akan menangis seperti sekarang.
Bukan berlebihan, Ia hanya baru mengalaminya saja.
Jongin terdiam, tangannya Ia turunkan, ini kedua kalinya Ia melihat Yeri menangis seperti orang gila. Banyak pertanyaan yang ingin Jongin tanyakan, tapi Ia urungkan karena Ia tahu ini bukan waktu yang tepat. Biarlah Yeri memukul kecil dada bidangnya jika memang itu yang Yeri butuhkan saat ini, pelampiasan amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Talk to Me ; Mark & Yeri ✔
FanficThe less you talk, the more it hurts. Maaf bila ada kesamaan tokoh atau cerita. ©2017, frurple