Chapter Sixteen

26.2K 1.2K 80
                                    

"Ayolah, sayang. Berhentilah mengurung diri di kamarmu yang sempit itu dan bersenang-senanglah bersamaku di luar."

Untuk ke sekian kalinya Emma kembali mengetuk pintu kamar Scarlett. Dia masih berusaha membujuk Scarlett untuk berhenti bermuram durja dan keluar dari kamar tidurnya. Sejak pertama masuk ke dalam kamar hingga malam hampir menjelang, Scarlett belum juga mau menyudahi musim hibernasinya. Hingga membuat Emma harus berulang kali memanggilnya keluar untuk sekedar mengisi perutnya. Bahkan corn soup buatan Emma – yang merupakan salah satu makanan favorit Scarlett, tidak juga menarik minat perempuan bermata emerald itu untuk keluar dari tempat persembunyiannya.

"Kau bahkan tega membiarkan corn soup buatanku menjadi dingin dan keras," keluh Emma menghiba, hanya demi mendapatkan simpati Scarlett dan membuat sahabatnya segera kembali berkumpul dengannya.

"Maaf, Em. Ternyata aku tertidur sejak tadi." Akhirnya pintu kamar Scarlett pun terbuka, disusul dengan sang pemilik kamar yang berwajah sembab dan terlihat masih mengatuk.

"Oh, my God. Apa tadi aku telah membangunkanmu? Maaf, sayang. Aku kira kau sedang bermuram durja dan masih menangisi entah apa itu." Emma sungguh-sungguh terlihat menyesal, karena telah membuat sahabatnya terbangun dari tidurnya. Persis seperti apa yang baru saja dikatakannya, Emma berpikir jika Scarlett hanya sedang berkubang dalam rasa sedihnya saja.

"Aku merasakan sedikit jet lag. Jadi aku memutuskan untuk tidur sebentar. Aku tidak tahu jika hari sudah beranjak malam," ujar Scarlett sambil menguap. Dengan bertelanjang kaki dan hanya menggunakan celana pendek dan kaus kebesaran, Scarlett pun melangkah menuju pantry – dengan Emma yang membuntut di belakangnya.

"Jadi apa kau sudah siap untuk membagi cerita sedihmu denganku?" tanya Emma, setelah duduk di kursi makan yang bersisian dengan meja pantry. Sementara Scarlett sedang membuka kulkas dan mengambil botol orange juice dari dalamnya.

"Bisakah aku mendapatkan corn soup-ku terlebih dulu?" tanya Scarlett sebelum menuangkan cairan orange juice ke dalam gelas dan meminumnya hingga tak bersisa.

"Berterima kasihlah karena aku sudah menghangatkannya khusus untukmu," ujar Emma sambil menunjuk sebuah panci kecil dari aluminium yang masih berada di atas tungku kompor.

"You're the best, Em. Thank you," ucap Scarlett seraya tersenyum. Kaki jenjangnya melangkah untuk mengambil sebuah mangkuk dari dalam lemari kabinet, sebelum mengisinya hampir penuh dengan corn soup buatan Emma. Wanita itu kemudian mengambil tempat duduk tepat di sisi Emma, dan mulai menikmati makanannya.

"Walaupun sudah menghabiskan semangkuk corn soup, sebenarnya aku masih lapar. Setelah kau menghabiskan makananmu, bisakah kau menemaniku makan di luar. Aku ingin menikmati makanan yang lebih mengenyangkan perut daripada hanya memesan seloyang pizza delivery." Scarlett kembali tersenyum di sela-sela kunyahannya. Emma dan perut karetnya sudah bukan merupakan kejutan baru baginya. Tapi ide untuk keluar rumah rasanya sedikit membuatnya malas.

"Bisakah kita delivery makanan lain, Em? Aku benar-benar masih terlalu lelah untuk pergi keluar rumah." Scarlett pun akhirnya menolak dengan hati-hati. Dan berharap jika Emma bisa mengerti keadaannya dan tidak akan memaksanya.

"Baiklah. Tapi berjanjilah jika kau tidak akan bersembunyi lagi di dalam kamarmu. Kau memiliki aku yang bisa kau ajak bicara dari hati ke hati." Sesuai perkiraan Scarlett, Emma tidak memaksakan kehendak padanya untuk makan malam di luar rumah. Rupanya perempuan itu paham jika sahabatnya membutuhkan waktu untuk bisa kembali pulih seperti semula.

"Apa kau keberatan jika aku pergi keluar sebentar dengan Kevin untuk makan malam? Aku bisa menghubungi Tony untuk menemanimu sementara aku pergi," tanya Emma kemudian. Wajahnya tengah serius memandangi layar ponselnya, sebelum jari-jari mulai bergerak untuk mengetik sesuatu di layar ponselnya.

Virgin...In My Bed ( Gairah Cinta )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang