Part 11#

303 18 2
                                    

Alvin hanya diam, setelah ini ia berniat untuk tetap mengikuti ayahnya, ia tidak ingin terjadi apa-apa pada kedua orangtua.
-
Pradipta langsung masuk ke dalam rumahnya dan mencari sumber suara teriakan minta tolong istrinya itu.

BRAAAKK...
Pradipta membuka kasar pintu kamarnya.
"Bajingan kamu Johan!" maki Pradipta saat melihat apa yang sudah di lakukan oleh Johan terhadap istrinya itu.
"Hei Pradipta, kau lihat? Apa yang sudah kami lakukan, istrimu sungguh menggoda Pradipta, hahaha," ucap Johan sambil tertawa puas.
"Kurang ajar kamu Johan," Pradipta ingin melayangkan bogeman mentahnya pada Johan namun langsung di pegangi oleh teman-teman Johan.
"Ikat dia! biar kan dia melihat aksi kita!" ucap Johan.
Puas dengan apa yang mereka lakukan, Johan beserta teman-temannya pun lalu berniat untuk membakar Pradipta dan juga Shizuka hidup-hidup untuk menghilangkan jejak.
Alvin, bocah berusia 5 tahun itu gemetar ketakutan melihat kedua orangtuanya yang tengah di siram dengan bensin.

Alvin berlari keluar rumah berusaha mencari pertolongan di luar.
-
Usahanya sia-sia,
Saat ia kembali kerumahnya bersama rombongan warga.
Api sudah melahap seluruh rumahnya hingga tak ada yang tersisa lagi.
"Papaaaa...Mama..." teriak Alvin seraya berlari mendekati kobaran api tersebut, namun langsung di cegah oleh warga.
-
Semenjak saat itu, Alvin di ajak oleh omanya untuk ikut tinggal di Malang.
6 tahun Alvin tinggal di malang bersama Omanya, saat lulus SD Alvin memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di Jakarta.
Pamannya Tn.Umari selaku ayah dari Ify sudah mengajak Alvin untuk tinggal bersama, namun Alvin menolak.
Sejak usia remaja, Alvin tinggal sendiri di salah satu rumah yang ia beli dari sisa warisan kedua orangtuanya.
-
"Papa, Mama, Alvin akan balas semua perbuatan Johan, apapun caranya, Alvin akan cari tau dimana alamat rumah lelaki yang bernama Johan," gumam Alvin saat berada di makam kedua orangtuanya.
PLASHBACK OFF.
-
-
Shilla menggeleng keras, ia tidak percaya atas apa yang sudah menimpa keluarga Alvin, dan semua itu karna ulah ayahnya.

"Jangan mengarang cerita bohong Vin, Lo sahabat gue dari SMP," ucap Rio.

"Gue gak bohong, lo bisa tanya sendiri sama om lo yang brengsek itu!" ucap Alvin seraya menunjuk wajah Tn.Johan.

"Om, apa benar yang di katakan Alvin barusan?" tanya Rio.

Tn.Johan hanya diam.
"Jawab! Atau putri lo ini gue bunuh," ancam Alvin yang kini sudah berada di belakang Shilla dengan pisau yang kini bertengger di leher jenjang Shilla.
Shilla hanya dapat menangis pasrah.

"Jangan, jangan bunuh anakku! Iya semua yang di ceritakan itu benar adanya," ucap Tn.Johan.

"Sekarang kalian lihat? Siapa yang lebih jahat? Gue atau lelaki tua itu?" tanya Alvin dengan nada suara yang keras.

Shilla, Rio, Cakka, Sivia dan Juga Gabriel hanya diam, tak bisa berkata apa-apa lagi.

"Kalian gak tau kan gimana penderitaan gue selama ini? Di usia 5 tahun gue lihat orangtua gue di siksa dan di bakar hidup-hidup di rumah ini, sejak saat itu, kehidupan gue berubah total, kasih sayang yang dulu gue dapetin dari orangtua gue, sekejab hilang gitu aja, gue iri sama kehidupan kalian, gue pengen kayak kalian, tapi apa, dia sudah merebut semua itu dari keluarga gue," ucap Alvin menunjuk Tn.Johan.

"Sejak SMP, gue bertekat buat nyari keberadaan orang yang sudah merusak keluarga gue, dan setelah gue tau, ternyata orang itu adalah ayah dari gadis yang gue cintai selama ini, pikiran gue semakin kacau, gue terpaksa menghapus semua rasa itu, demi membalas dendam kedua orangtua gue," ucap Alvin.

"Angkat tangan!" beberapa polisi tiba-tiba datang.

Sontak Alvin mengangkat tangannya dan melepaskan sebilah pisau yang sedari tadi ia pegang.

"Sorry, kita harus lakukan ini!" ucap Rio.

"Haha ok fine, silahkan tangkap gue!" teriak Alvin.

Beberapa polisi langsung menangkap Alvin dan membawa Alvin pergi.
-
-
Kantor polisi#
Alvin menceritakan semua yang ia lakukan terhadap Tn.Johan.

"Johan pantas mati pak polisi, dia udah membunuh orangtua saya!" ucap Alvin di sertai dengan tawa serta tangisan layaknya orang yang sakit jiwa.
-
Setelah berhasil mendapatkan keterangan dari Alvin, salah seorang Psikolog anak mengatakan kalau Alvin memiliki kepribadian ganda, akibat kejadian pilu yang ia alami di masa kecilnya, hingga menimbulkan rasa benci dan dendam berkepanjangan.
Alvin dapat berubah sikap kapanpun. Perubahan itu bisa terjadi dalam waktu cepat dan bisa berlangsung lama, kadang ia menjadi anak yang baik, kadang kasar, ia bisa menjadi siapapun, hingga tak heran saat ia melakukan aksinya itu, tak ada seorang pun yang mencurigai gerak geriknya.
-
Sejak saat itu Alvin di rehabilitasi, Shilla dan Cakka masih setia menemani Alvin, setelah sebelumnya Rio, Ify, Sivia dan juga Gabriel memilih untuk pulang duluan.

"Gue harap lo cepet sembuh Vin," ucap Shilla.
Alvin hanya diam, pandangannya kosong.

"Kita pulang sekarang ya Shill, besok kita kesini lagi," ucap Cakka.
Shilla hanya mengangguk.
-

"Ayah, ayah serius mau melakukan semua ini? Bagaimana dengan Shilla dan juga mama yah?" ucap Shilla saat mendengar keputusan ayahnya yang ingin menyerahkan diri ke kantor polisi.

"Kamu dan mama akan baik-baik saja, biar bagaimana pun juga, ayah harus menebus semua kesalahan ayah yang lalu nak," ucap Tn.Johan.
Shilla hanya dapat menangis.

"Rio, om titip Shilla ya!" ucap Tn.Johan sebelum akhirnya pergi menyerahkan diri ke kantor polisi.
-
Sejak saat itu, Ny.Aretina selaku Ibu dari gadis yang bernama Ashilla Jovita Aretina memilih untuk menetap di Indonesia, tinggal bersama Shilla dan juga keponakannya yaitu Rio.

"Ma, Shilla pergi dulu ya!" ucap Shilla saat mobil Cakka sampai di halaman rumahnya.

"Iya, hati-hati," ucap Ny.Aretina.
-
Semenjak kejadian itu, Shilla tak pernah lagi ketus pada Cakka, bahkan saat ini ia begitu dekat dengan Cakka, karna Cakka lah yang selalu bersedia untuk menemaninya kemana pun ia pergi termasuk untuk menengok ayahnya di tahanan dan juga menjenguk Alvin yang kini masih dalam tahap rehabilitasi.
-
"Maafin gue ya Kka, selama ini gue selalu ketus sama lo, semenjak adanya teror itu gue makin benci sama lo, karna gue ngira kalau pelakunya adalah elo," ucap Shilla.
Cakka tersenyum manis seraya memandang wajah cantik Shilla.
"Gak papa kok, gue udah maafin lo, makasih ya udah izinin gue buat deket sama lo," ucap Cakka.
Shilla hanya mengangguk.
-
Kini sampailah mereka di tempat rehabilitasi.
Shilla dan juga Cakka langsung berjalan menuju ruang rawat Alvin.

Kalau di lihat sekilas, Alvin nampak baik-baik saja, hari ini ia terlihat ceria, tidak seperti sebelumnya.
Saat Shilla dan Cakka mengunjunginya, ia menyambutnya dengan baik.

"Hei Shilla, Cakka, bagaimana keadaan kalian?" tanya Alvin.

Bukannya menjawab, Shilla malah bersembunyi di belakang tubuh Cakka, semenjak mengetahui apa yang di derita Alvin selama ini membuat Shilla sedikit takut jika harus berhadapan dengan penderita kepribadian ganda.

Cakka seakan mengerti dan langsung memegang erat tangan Shilla.

Alvin melirik genggaman tangan itu,
"Kalian kenapa?" tanya Alvin yang kini mulai mendekat.

"Ee..gak kok, emm lebih baik kita duduk di sana," ucap Cakka seraya menuntun Alvin.

Alvin hanya menurut, tatapannya masih terfokus pada gadis yang ada di sebelah Cakka.

"Lo kenapa liatin Shilla kayak gitu?" tanya Cakka.

"Dia Cantik!" puji Alvin.

"Owh, bagaimana keadaan lo sekarang?" tanya Cakka basa-basi.
Shilla hanya dia saja.
"Gue, gue baik, gue sehat kok, nih gue sehat kan, tapi kenapa kalian bawa gue kesini? Kenapa? Kalian gak mau lagi temenan sama gue?" tanya Alvin seraya berdiri tegap.

"Bukan gitu, kita lakukan ini demi kebaikan lo Vin," ucap Cakka memegang tangan Alvin.

"Kalian jahat!, kalian lebih bela pembunuh itu di banding gue, sekarang mana Johan? Mana dia?" teriak Alvin, emosinya kini mulai meluap.
-
-
-
Bersambung...!!!

Lelaki MisteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang