6 - Spaces

8 4 1
                                    

'Spaces between us keep getting deeper. It's harder to reach ya. Even though i try.' -One Direction

***

Siang ini Ray sudah bersiap-siap dengan kaos hitam dan jam tangan di tangan kirinya. Ia sudah siap untuk 'menembak' seorang yang ia sayangi. Ray juga sudah mengecat rambutnya menjadi pirang.

Dea -Adik Ray- melihat Ray senyum-senyum sendiri segera bertanya, "Ka, ngapain senyum-senyum sendiri? Masih waras?"

Ray yang tadi masih senyum-senyum sendiri kini merubah raut wajahnya menjadi datar. "Ya masih lah, lo kira gue apaan ga waras."

"Lagian senyum-senyum ga jelas. Rambut sampe di cat lagi. Emang ga takut di omelin guru?"

"Santai. Bilang aja 'bu maafin saya ya bu. Nanti ga akan saya ulangin lagi deh. Janji deh bu.' " Ucap Ray.

"Idih. Enak banget kalo ngomong, gimana mau di terima."

"Eh bentar. Lo kok tau gua mau nembak?"

"Ya tau lah kan kemaren gue baca chat lo sama siapa tuh Yas-yas-yas yas siapa sih namanya?"

"Kepo." Ray langsung meninggalkan Dea yang sudah kesal dengannya.

Punya adek kok laknat banget. Batin Ray.

***

Suasana salah satu Mall di Jakarta sedang tidak terlalu ramai. Ray sedang berada di basement, ia sedang menunggu teman-temannya datang untuk membantunya.

Terdengar suara klakson mobil dari belakang, Ray langsung keluar dari mobil untuk melihat siapa di belakangnya. Ternyata yang datang adalah Andre, Vito, Edwin dan Dhika.

"Wey! Udah siap lo?" Tanya Andre sambil ber-tos ria dengan Ray.

"Siap lah, kapan lagi coba gue gini."

"Widih. Tengil gaya lo! PJ boleh lah."

"Heh kutil badak! Gue aja belom nembak main minta PJ aja lu," ucap Ray sambil menoyor kepala Andre.

"Santai dong."

"Udah-udah. Jdi sekarang gimana rencana lo?" Tanya Edwin

Ray menjelaskan bagaimana nanti ia menembak Yasmin. "Udah? Aneh anjir," ucap Vito.

Ray hanya mengedikan bahu tanda tidak peduli. "Ya biarin aja. Gue ini yang nembak, lagian juga cara itu kan langka. Emang pernah liat anak SMA nembak pake cara itu? Paling juga kalo seumuran kita nembaknya di kantin, di taman, di kelas. Bosen gue liatnya,"

Yang lain hanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Beda hal nya dengan Vito, sedari tadi ia hanya diam. Ia sedang memikirkan perasaan Adeeva, ia tidak tega melihat Adeeva yang selalu sakit hati ketika melihat Ray dengan Yasmin.

"Vit? Kok lo diem aja?" Tanya Dhika.

Vito yang tadi hanya diam akhirnya mengangkat bicara, "Eh...ga kok gapapa. Jadi gimana? Yasmin nya disuruh kesini?"

"Iya tolong telfon dia ya. Ga mungkin gue yang telfon soalnya. Eh tapi, ajak Adeeva dan kawan-kawan juga soalnya kalo gue di terima gue traktir lo semua."

InfineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang