"Jika kau tak mau memilikinya, biarkan ia menjadi milikku"
***
Hal pertama yang di lakukan Adeeva pada hari Sabtu pagi ini adalah bermain ponselnya di ruang tamu dengan setoples makanan ringan di pangkuannya sambil duduk bersila di atas sofa.
Tristan meenghampiri Adeeva dan langsung merebut toples dari pangkuan Adeeva. Adeeva berdecak kesal dan melirik Tristan sinis. Tristan hanya pura-pura tidak melihat dan duduk di samping Adeeva. "Ngapain lo di samping gue?"
"Suka-suka gue lah. Gue juga owner."
Adeeva berdecak dan berdiri, ia melihat siapa yang menelfonnya.
Ervito's calling...
Adeeva langsung menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
"Halo."
"Hai Deev! Gimana?"
"Hai juga! Gimana apanya?"
"Ya perkembangan hubungan lo sama Ray lah."
"Ck.Frontal amat sih."
"Gue kode lo ga peka-peka sih. Jadi orang tuh peka dong, harus sampe kapan gue kodein lo? Sampe doi gue peka?"
"Bawel banget lu kayak emaknya si Andre kalo arisan. Lagian juga gue ga ada hubungan apa-apa kok sama dia."
"Ah masa sih. Kamu jangan malu-malu ah...ngaku aja kamu."
"Najisun. Jadi mules denger lu ngomong."
"Anjir jahat banget ya. Teman macam apa lo!"
"Emang lo punya temen?"
"Bunuh dede di rawa-rawa bang."
"Sini gue bunuh."
"Deev, pernah gue cium ga?"
"Gue matiin ya vit."
"Eh iya jangan. Galak amat si mbak."
"Ish bacot lo. Mending sekarang lo ke rumah gue ya, gue tunggu. Kalo dalam 10 menit lo belom dateng, awas aja lo."
"Berasa jadi babu masa."
"Cepetan!"
Tut.
Adeeva mematikan panggilannya dan kembali duduk di sofa. Tristan menampilkan smirknya, siap untuk menggodai Adeeva.
"Cowo baru tuh kayaknya. Gue hasut ah biar gausah deket-deket sama Adeeva."
Adeeva langsung melemparkan tatapan membunuh kepada Tristan, lalu mencubit pinggangnya. "Eh eh lepas! Gila lo sakit anjir! Lepas woi! Jadi adek jangan durhaka!"
Adeeva langsung melepas cubitannya. "Lo juga jadi kakak jangan durhaka! Baru di cubit udah sakit, makanya makan nasi biar kuat jangan makan hati."
Tristan langsung memasang wajah ingin menangis. Adeeva yang melihat itu langsung mengambil bantal dan meleparkannya ke wajah Tristan. Tristan mengaduh kesakitan dan terdengar suara pintu di ketuk.
Adeeva beranjak dari duduknya dan membukakan pintu. Terlihat Vito dengan senyumannya berdiri di depan pintu. "Ngapain senyum-senyum ga jelas?" Sarkas Adeeva.
"Kan senyum itu ibadah. Apalagi kalo senyumnya ke lo."
"Gombal lo ga mempan!" Adeeva memukul lengan Vito. Sebenarnya ia salah tingkah, cuma ia malu untuk mengakui itu. Adeeva menarik tangan Vito ke kamarnya, sedangkan Vito hanya mengikut saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infine
Teen FictionDalam bahasa italia 'in' berarti 'di' dan 'fine' berarti 'akhir'. Ketika semuanya terjadi di akhir. Menyesal di akhir. Peka di akhir. Sadar di akhir. Di tulis 12 Maret 2017.