8 - Masa Lalu

12 4 0
                                    

'Be careful of your thoughts, they may become words at any moment.' -unknown

***

Setelah kejadian 2 hari yang lalu, Adeeva dan Ray tidak pernah saling menyapa lagi, bahkan bertatap muka saja enggan. Jika mereka tidak sengaja bertemu, mereka akan membuang muka. Ditambah lagi Yasmin yang semakin menghasut Ray untuk menjauhi Adeeva.

Pagi ini, Adeeva tidak sengaja bertemu dengan Ray. Adeeva sudah membuang muka karena ia sudah muak dengan Ray tapi tiba-tiba saja Ray menahan pergelangan tangan Adeeva. Ray memajukan wajahnya dan berbisik, "Nanti pulang sekolah, temuin gue di Taman belakang. Kalo ada Yasmin, jangan kabur! Kalo lo kabur, liat aja nanti."

Adeeva hanya mengangguk dengan santai dan langsung menyentak-kan tangannya sehingga tangan Ray terlepas dari tangan-nya. Lalu Adeeva berjalan ke kelasnya.

Pelajaran pertama sudah selesai, sekarang waktunya pelajaran kedua yaitu Penjaskes. Adeeva malas dengan pelajaran yang satu ini. Karena apa? Karena cowo-cowo yang otaknya tidak beres pasti akan modus.

Adeeva melangkahkan kakinya ke Lapangan setelah ganti baju di Toilet tadi. Ia duduk di kursi pinggir Lapangan sambil bersenandung. Saat sedang asik bersenandung, Tiba-tiba...

Bug!

Sebuah bola basket mendarat mulus di pipi Adeeva. Adeeva hanya meringis kesakitan sambil memegang pipi-nya dan menahan tangisnya. Vito langsung menghampiri Adeeva.

"Deev ayo ke UKS aja!" Ucap Vito sambil memapah Adeeva.

Adeeva hanya mengangguk pelan sambil terus meringis dan memegangi pipi-nya. Vito tidak tega melihat Adeeva seperti itu, ia langsung menyenyuh pipi Adeeva. Hal pertama yang Adeeva rasakan adalah jantungnya yang berpacu menjadi lebih cepat, sama hal nya dengan Vito yang kini sedang menetralkan jantungnya.

Tapi tanpa mereka sadari, Ray daritadi hanya menonton kejadian itu, ingin rasanya Ray menolong Yasmin. Tapi ia tidak ingin dibilang modus jadinya ia hanya bisa melihat mereka berdua.

Vito sudah berhasil memapah Adeeva sampai ke UKS, Adeeva langsung duduk diatas kasur. Sedangkan Vito langsung mengambil sapu tangan dan es batu yang ia titip tadi. Vito mulai mengompres pipi Adeeva dengan sangat hati-hati.

"Aw! Gila perih banget." Adeeva meringis kesakitan.

"Tahan ya. Biar pipi lo ga bengkak nih." Vito mulai mengompres pipi Adeeva lagi.

Tok Tok Tok

Masuklah Pak Mulyanto selaku guru Penjaskes. Beliau masuk lalu memandangi Adeeva dan Vito yang sedang dalam posisi sangat dekat. Vito langsung menurunkan tangannya dari pipi Adeeva.

"Ehem. Kalian masih SMA, jangan bertindak yang tidak senonoh ya. Mending kalian belajar dulu yang bener, pacaran nanti aja kalo udah lulus. Kamu juga Vito gausah modus!" Ucap Pak Mulyanto sambil menjewer telinga Vito dan membawanya keluar.

Adeeva hanya terkekeh. Ray melihatnya dari pintu UKS tapi ia hanya diam saja. Ia terus memandangi Adeeva dari kejauhan sampai akhirnya Adeeva merasa ada yang memandangi nya pun menoleh. Ia beratatap mata sebentar dengan Ray lalu langsung mengalihkan pandangannya.

Ray langsung pergi berlari ke lapangan indoor. Disana ia sudah memegang bola basket berwarna coklat dan melempar nya ke ring dengan penuh amarah. Tadi ia melihat mata itu. Mata yang selama ini dikaguminya. Ya, Ray mengagumi mata indah milih Adeeva. Mata yang berwarna hazel.

InfineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang