'It's so hard to look at you and think we were so close. We were best friends. And now. I'm nothing to you.' -unknown
***
Pagi ini, seperti biasa Adeeva harus berangkat sekolah. Tapi, dia rasa hari ini akan berbeda. Ray tidak akan menjemput nya lagi, karena ia pasti harus mengutamakan 'princess' nya. Adeeva yang sudah siap pun segera menuruni tangga dengan wajah yang kurang enak di lihat.
Tristan -Kakak Adeeva- merasa ada yang aneh segera bertanya, "Dek, lo kenapa? Muka kok kusut amat kayak hati gue."
"Gapapa ka. Emang kenapa? Hati lo kusut?" Adeeva balik bertanya.
"Iya, lo tau lah masalah apa," ucap Tristan.
"Oh iya tau," Adeeva mengangguk. "Emang masalah apa, ka?" Tanya Adeeva polos.
"Yeh bocah! Tadi katanya tau!" Ucap Tristan sambil memukul lengan Adeeva.
"Ih sakit tau! Kasar banget mainnya."
"Main apa hayoo?" Tanya Tristan sambil menyeringai.
"Jangan ambigu deh. Masih pagi, lagian gue anak alim ga mau bahas gituan."
"Yee. Emang bahas apa? Maksud gue kan main bola. Itu mah otak lo aja yang menjurus ke situ."
Adeeva malu mendengar perkataan kakaknya. Ia langsung pergi ke ruang makan dan memakan sarapan nya.
"Loh, kok tumben baru turun? Biasanya kamu langsung ke bawah," tanya Shania -Mama Adeeva-
"Iya tadi ngebacot dulu sama Ka Tristan hehe," ucap Adeeva sambil nyengir.
"Ga baik loh pagi-pagi udah berantem," kata Anton -Papa Adeeva-
"Tuh denger! Apalagi kalo berantem sama kakak sendiri. Dosa lo!" Tristan yang merasa mendapat pembelaan pun langsung memojokan Adeeva.
"Heh! Apaan sih lo! Ikutan aja. Mending habis ini lo anterin gue ya ke sekolah."
Tristan yang sedang berjalan pun tiba-tiba berhenti. "Kenapa harus gue? Kan biasanya lo bareng si Ray Ray itu. Dia pacar lo kan?"
Seketika wajah Adeeva menjadi kusut kembali. "Bukan sih. Lagian juga nanti dia mau nembak cewe," ujar Adeeva kesal.
"Lo galak ya kalo lagi cemburu."
"KA TRISTAN!!!!"
Tristan yang merasa nyawa nya terancam langsung melarikan diri.
"Bener ya kata orang, cewe kalo lagi galau bisa kayak singa," gumam Tristan.
***
Sesampainya di Sekolah, Adeeva langsung turun dari motor Tristan.
"Lo kalo naik motor yang beneran dikit dong! Bikin rambut gue acak-acakan aja." Adeeva sedang merapikan rambutnya yang berantakan karena tadi Tristan ngebut.
"Iya iya,Adeeva. Ih kamu lucu banget sih kalo lagi marah," ucap Tristan sambil mencubit kedua pipi Adeeva.
Bisikan iri pun mulai terdengar lagi. Tapi Adeeva dan Tristan tetap tidak peduli.
"Apaan sih! Lepas ah! Malu tau gue di liatin banyak orang." Adeeva melepas tangan Tristan dari pipinya. Dan segera pergi meninggalkan Tristan.
Tristan yang memang sudah dilahirkan jahil segera mencekal pergelangan tangan Adeeva. "Kamu belajar yang bener ya,Sayang."
Cup!
Tristan sengaja mencium pipi Adeeva. Ia ingin tau apa reaksi teman-teman Adeeva setelah melihat kejadian tadi. Melihat Adeeva yang segera marah, Tristan langsung melajukan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infine
Teen FictionDalam bahasa italia 'in' berarti 'di' dan 'fine' berarti 'akhir'. Ketika semuanya terjadi di akhir. Menyesal di akhir. Peka di akhir. Sadar di akhir. Di tulis 12 Maret 2017.