Angel terkejut dengan pengakuan Dewa. Ia bingung harus menanggapi seperti apa perkataan Dewa. Ia hanya tahu, bahwa ia merasa senang dengan penuturan Dewa.
"Tapii..." ucap Angel terpotong.
"Lo nggak perlu jawab perkataan gue. Anggep aja ini cuman pernyataan gue bukan pertanyaan. Kalo lo terganggu, lo bisa anggep gue nggak pernah ngomong hal ini ke lo" cegah Dewa sebelum Angel menyelesaikan pembicaraannya.
"Apa-apaan barusan? Lo suruh gue ngelupain? Dengerin ya, entah gue bales perasaan lo, entah gue nggak bales perasaan lo pastinya gue tetep merasa terganggu dengan pernyataan lo tadi. Tapi untuk ngelupain, bisa segampang itu ya lo minta gue lupain, lo pikir hati gue apaan, bisa lo mainin?" teriak Angel kesal.
Dewa sempat terkejut dengan jawaban Angel. Ia tidak bermaksud mempermainkan hati Angel. Ia hanya ingin Angel tidak merasa terbebani dengan pernyataannya.
"Gue cuman mau lo nggak terlalu mikirin pernyataan gue, sehingga lo terbebani" terang Dewa
"Terserah lo deh!! Gue nggak ngerti jalan pikiran lo. Kenapa lo nggak mau gue jawab pernyataan lo itu. Kalo lo nggak mau gue jawab, nggak seharusnya lo ngomong ke gue" maki Angel
"Terus gue harus gimana? Dari awal lo nggak suka sama gue kan? Saat ini perasaan gue nghak bisa nahan buat jujur ke lo, tapi disisi lain gue belum siap denger penolakan lo." terang Dewa mencoba memberi penjelasan.
"Tau dari mana lo bakal di tolak?" tanya Angel sebal
"My Feeling"
"Sayang banget feeling lo nggak berguna kali ini" jawab Angel.
"Maksud lo?" tanya Dewa tidak paham.
"Lo pikir aja sendiri, kalo nggak mau lupain aja!!" balas Angel kepada Dewa.
" kok bisa gue suruh ngelupain?" tanya Dewa penasaran.
"Sebel kan lo digituin, gue juga sama" teriak Angel.
Angel pergi meninggalkan Dewa yang masih terus mencoba mencerna maksud perkataan Angel.
"Angell!" panggil Dewa sembari menarik tangan Angel.
Dejavu
Angel teringat kembali saat kejadian tanganya yang pernah ditarik oleh Dio. Saat ini ia melakukannya bersama Dewa. Berbeda, itu yang Angek rasakan saat ini. Saat bersama Dio hatinya memang berdebar, namun saat bersama Dewa justru debaran itu semakin kuat. Ia merasa berada ditengah-tengah ambang kematian yang harus memutuskan sebuah pilihan dari dua pilihan yang sulit. Apabila ia boleh jujur, ia senang dengan kepribadian Dio yang baik tetapi ia sangat tertarik dengan pembawaan Dewa. Ia benar-benar putus asa dengan apa yang ia alami saat ini.
"Gue anter lo pulang" ucap Dewa menyadarkan Angel dari lamunannya.
Angel tidak bisa berbuat apa-apa lagi apabila Dewa telah memutuskan sesuatu. Ia seperti telah terhipnotis oleh pembawaan Dewa, bahkan menolak sesuatu pun terasa berat bagi Angel. Angel masuk kedalam mobil Dewa dengan perasaan berkecamuk.
"Mau apa lo?" tanya Angel was-was.
Angel terkejut saat Dewa mendekatkan tubuhnya ke Angel. Angel yang sedang dipenuhi pikiran yang rumit, langsung berpikir Dewa akan melakukan sesuatu yang dibencinya.
"Jangan aneh-aneh mikirnya, gue mau pasangin sabuk pengaman" terang Dewa.
Saat ini yang ingin Angel lakukan adalah melarikan diri dari Dewa. Ia sangat malu dengan beberapa pikiran ambigunya.
"Lo emang suka ngerokok ya?" tanya Dewa memecahkan keheningan.
"Hmmm...sebenernya nggak juga sih. Gue ngerokok bisa diitung jari kok" jawab Angel.
"Oh gitu"
"Kalo lo?" tanya Angel balik.
"Gue udah kecanduan gitu" terang Dewa.
"Lo nggak takut ketahuan bawa rokom disekolah?" tanya Angel penuh selidik.
"Lo sendiri nggak takut ngerokok bareng gue waktu itu, padahal lo tau lo itu cewek dan pasti bakal lebih ribet urusannya kalo sampe ketahuan?" Tanya Dewa balik menohok hati Angel.
"Abis gue lagi stres banget waktu itu. Terus gue lihat lo jadi tambah nekad gue" jelas Angel.
"Jangan dilakuin lagi, lo kan cewek. Biar gue aja yang nakal lo jangan" ucap Dewa seperti memerintah.
"Hm"
Lagi-lagi Angel tidak bisa melawan Dewa. Setiap perkataan yang keluar dari mulut Dewa seakan-akan menjadi prioritas bagi Angel.
"Gue nggak akan mau denger jawaban lo sebelum lo bisa bedain mana cinta dan mana obsesi Ngel" ucap Dewa tiba-tiba.
"Apa sih yang lo suka dari gue? Banyak diluar sana yang lebuh dari pada gue wa" tanya Angel masih belum bisa mempercayai bahwa Dewa menyukainya.
"Ada satu alasan yang buat gue milih lo"
"Apa?"
"Gue bakal jawab, tapi nggak sekarang" balas Dewa.
"Asal lo tau, gue bukan tipe cewek yang bisa terbuka sama orang lain" jelas Angel.
"Tapi sekarang lo ngobrol banyak sama gue" ucap Dewa sedikit heran.
"Itu karena lo punya sesuatu yang bikin gue mau terbuka sama lo" terang Angel
"Apa?"
"Karena lo nggak pernah berubah jadi diri yang lain didepan gue. Dewa ya Dewa, nggak ada pencitraan yang keluar dari lo selama lo bilang suka ke gue" Angel berkomentar
"Emang ada yang spesial tentang itu?" tanya Dewa
"Jelas ada, kebanyakan dari orang yang jatuh cinta selalu berusaha jadi seseorang yang diinginkan oleh yang dia suka. Tapi lo tetep jadi diri lo, lo tetep sayang sama diri lo dan nggak drama kayak yang lain, itu yang membedakan"
"Jadi gitu" Dewa manggut-manggut.
Mobil Dewa telah sampai di depan rumah Angel. Ada rasa sulut melepas moment yang terjadi saat ini. Entah mengapa ia berharap moment seperti ini berjalan lebih lama. Mendengar semua penuturan Dewa hari ini, membuat Angel mengerti sisi lain dari Dewa. Angel keluar dari mobil Dewa. Sebelum keluar dari mobil Dewa, Angel menatap Dewa sekilas.
"Thanks ya" ucap Angel tidak dapat menahan senyum yang dari tadi ia tahan
"For what?" tanya Dewa
"Hari ini lo udah bikin seorang Angel merasakan gimana jadi perempuan normal. Udah buat gue berharap kalo cewek kayak gue juga pantes untuk dikagumi" jelas Angel.
Dewa tercengang mendengar perkataan Angel. Tersirat rasa sesak didadanya mendengar penuturan Angel. Ia melihat sisi lain seorang Angel. Angel yang lemah, Angel yang rapuh. Dewa hilang kendali, ia keluar dari mobil dan menghampiri Angel.
"Gue yang harusnya berterima kasih sama lo. Lo udah mau dengerin ungkapan cinta cowok brengsek didepan lo ini" tutur Dewa
Dewa memeluk Angel erat. Tanpa ia sadari air matanya kini jatuh. Ia merasa lemah saat bersama Angel.
"Biarin kayak gini sebentar aja Ngel" pinta Dewa.
Angel hanya bisa memberi anggukan kecil. Perlahan Angel membalas pelukan Dewa. Damai, itu yang Angel rasakan saat ini. Baru kali ini ia merasa terlindungi. Angel mengetahui Dewa sedikit meneteskan air mata sehingga Dewa enggan melepas pelukannya. Angel tahu Dewa berusaha menyembunyikan titik lemahnya.
Angel mengusap lembut pundak Dewa berusaha menenangkan Dewa. Angel ikut hanyut dalam perasaan kalut Dewa. Angel bisa merasakan apa yang Dewa rasakan, begitu pula Dewa.
"Gue balik ya" pamit Dewa sembari melepaskan pelukan Angel.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang sedang menatap mereka dari kejauhan. Orang itu mengabadikan moment tersebut. Ada pandangan kecewa dari mata tersebut.
Dio menghela nafasnya panjang
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Love
RomanceSekolah baru, rumah baru, kehidupan baru, suasana baru. Seperti sebelumnya kekacauan baru akan dimulai. Permainan akan dimulai, tinggal tunggu tanggal mainnya. Pada saat itulah perasaan yang disebut cinta itu muncul.