• lima

2.1K 383 48
                                    




Yang Mulia Raja Seok tidak bisa berhenti memikirkan Selir Joo, membayangkan wajahnya saat tersenyum dan mengingat suaranya yang tak disangka dapat menawan hatinya.

Disaat yang bersamaan, hatinya juga diselimuti rasa bersalah karena hal itu. Ia tahu seharusnya ia merasa khawatir pada Permaisuri Son, yang mana ia memang merasakannya, walau nampaknya perasaan itu tidak tersalurkan dengan baik. Tempo hari ia mengunjunginya di Gyotaejeon karena rasa khawatirnya tidak lagi tertahan, ia memutuskan untuk datang ke paviliun Permaisuri untuk menjenguk beliau. Ratu Son, secara fisik terlihat baik baik saja. Selain itu, para dayang melapor kalau sang Permaisuri makan dan istirahat seperti biasanya, seharusnya ia tidak perlu khawatir.

                Yang membuatnya khawatir adalah mimik wajah sang Permaisuri, nampaknya ia sudah tak lagi terganggu perihal ritual penyatuan kamar, padahal wajahnya sendiri masih bersemburat malu mengingat malam itu. Permaisuri Son malah menyambutnya dengan suasana hati yang baik segera setelah ia memasuki Istana Gyotaejeon, menyuguhinya segelas teh hijau yang pahit. Kalau begitu, ia menyimpulkan, sang Permaisuri memiliki alasan lain untuk tidak keluar dari bilik di paviliunnya yang membosankan.

Ia bertanya-tanya alasan apa yang membuat istrinya begitu terganggu dan marah sampai sampai tidak mau keluar dari Gyotaejeon lagi.

Patut ia syukuri karena pagi ini suasana hati sang Permaisuri kembali berubah.

Kabar itu ia dengar dari Putri Yerim yang datang untuk melakukan kunjungan hari ini, ia mengatakan semua keluh kesahnya tentang sang istri yang bersikap aneh selama beberapa hari, namun semua keluhannya ditepis oleh Putri Yerim. Putri Yerim mengaku bertemu dengan Permaisuri Son dijalan menuju Gangnyeongjeon, beliau sedang duduk dibawah pohon gundul sambil menyulam di kain putih, merasa senang karena musim dingin sudah usai dan musim semi akan tiba.

Putri Yerim menambahkan fakta kalau Permaisuri Son tersenyum lebar hingga ia yakin bibirnya akan terasa pegal nanti. Apakah ini yang mereka sebut sebut sihir musim semi?

Nampaknya memang ada sihir semacam itu, jika tidak, mana mungkin Min Yoongi datang dengan wajah berseri-seri, langkah yang pasti dan lebar, ditambah lagi tatapan matanya yang menghangat seiring melelehnya salju di seluruh penjuru Hanyang.

Bukannya tidak nyaman melihat salah satu orang kepercayaannya –teman baiknya merasa senang, tapi Yoongi yang seperti ini tidak terlihat seperti Min Yoongi dan Lee Seok merasa sekujur tubuhnya merinding. Suara deritan pintu besar Geunjeongjeon membuatnya menoleh dan mengabaikan teori sihir musim semi yang muncul dipikirannya. Ia tidak terkejut ketika ia bertemu pandang dengan Pangeran Taehyung, lengkap dengan busur dan panah di belakang punggungnya.

Diyakininya, sang adik baru saja pulang berburu di hutan, ia menyadarinya karena bau pohon pinus yang basah oleh lelehan salju tercium oleh salah satu panca inderanya.

"Hyungnim! Kau mau bicara denganku hari ini?" Seluruh petinggi di Geunjeongjeon menatap sang Pangeran dengan tatapan syok, seakan akan pemuda itu mengatakan sesuatu yang tabu atau kotor dihadapannya, seorang Raja. Punggawa yang berjaga di depan Geunjeongjeon menunjukan wajah penuh penyesalan karena membiarkan Pangeran Taehyung masuk seenaknya tanpa salam walaupun ia tahu Seokjin tidak akan mempermasalahkan hal itu. Sementara itu, ia sendiri mulai tertawa dengan kepala yang terus menggeleng ke kiri dan kanan dengan semu. "Wah, jarang sekali aku masuk ruangan ini. Rasanya tegang juga. Apakah ada sesuatu yang penting?"

Raja Lee Seok tidak mengarahkan Pangeran Taehyung untuk memanggilnya dengan benar, seluruh isi Istana Gyeongbok juga tahu setidaknya sang Pangeran harus memanggilnya dengan tutur jusang-jeonha. Ia tidak menyalahi sang Pangeran, ia memang kakaknya. Bukan suatu kesalahan jika ia memanggilnya hyungnim. Sebelum ia mengajak Pangeran Taehyung bicara, suara gonggongan anjing terdengar didalam Geunjeongjeon, membuat para petinggi porak poranda kesana kemari. Seekor anjing dengan bulu hitam kecokelatan, berlarian didalam ruang diskusi Raja dan berhenti di singgasana segera setelah Seokjin mengulurkan tangannya untuk membelai bulu bulu lembut anjing hitam tersebut.

• under the skyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang