Matahari bersinar terlalu terik hari ini, bahkan untuk ukuran musim panas yang tiba setiap tahunnya. Lee Seok melenguh lelah, seakan panasnya udara belum cukup, kepalanya kini terasa sama panasnya. Raja muda itu sudah menduga kalau para petinggi dan mentrinya akan mulai menuntut penyelesaian dari masalah-masalah di Ibukota belakangan ini.Memang benar, musim panas kali ini menuntutnya untuk diam di paviliun dan tidur sepanjang hari, namun sayang sekali tugasnya yang menumpuk tak kunjung selesai dan tanggungjawabnya sebagai Raja malah membuatnya wajib berkeliling ke setiap sudut Istana Gyeongbok.
Tanpa disadarinya, banyak sekali yang terjadi di Istana dan ia rasa kepalanya akan meledak tak lama lagi.
Banyak persediaan gandum, beras, dan sayur-sayuran hilang di gudang, belum lagi beberapa masalah politik yang hingga hari ini belum ia temukan pemecahannya. Lee Seok memijat pelipisnya yang mulai terasa sakit, jika saja tidak ada Yoongi mungkin ia bisa gantung diri sekarang. Bahkan ia yakin masih ada berita dan informasi yang terlewat dan tak tersampaikan padanya.
Beruntunglah ia bisa memilih beragam tempat untuk berdiskusi sambil berjalan-jalan bersama beberapa mentrinya, mungkin bukan hanya Lee Seok yang merasa penat dengan suasana tempat utama Geunjeongjeon. Biasanya ia akan memilih paviliun terbuka dan duduk diatas lantai kayunya dengan banyak kudapan dan teh yang nikmat, berbicara dengan suara pelan dan diselingi candaan santai beberapa kali.
Hari ini, secara khusus ia memilih paviliun tak terpakai di sebrang paviliun para selir. Dua paviliun itu terpisah oleh sebuah danau buatan yang besar, dengan banyak ikan dan teratai yang mengambang diatasnya, dihubungkan sebuah jembatan dengan pinggiran kayu merah. Tentu saja, ia menyukai paviliun kecil dipinggir danau itu, bahkan menyukai satu jendelanya yang rusak dan bobrok.
Mungkin sebenarnya, jendela itu adalah alasan mengapa ia menyukai paviliunnya. Jendela besar yang tak bisa tertutup, menghadap ke arah paviliun wanita yang dicintainya. Lee Seok lebih menyukai ide itu, memandangi paviliun Selir Joo hingga jendelanya terbuka dan menampilkan wajah sang wanita, sedang tersenyum lebar – jika Seok beruntung.
Ocehan salah satu mentrinya membuat sang Raja semakin malas menyimak, membiarkan Yoongi mewakilinya untuk mendengarkan apapun yang diocehkan mentrinya yang lain. Walau begitu, Lee Seok merasa sedikit khawatir akan keadaan Petinggi Min yang belakangan ini nampak mengerikan.
Bukan ia tidak mendengar berita kalau tangan kanan sekaligus teman baiknya itu keluar malam dan banyak minum, ia melihat sendiri keadaannya yang tidak baik setiap kali mereka bertemu, walau sang pemuda berkulit pucat tiba dengan keadaan seratus persen sadar. Pria itu memutuskan untuk mengajak Yoongi minum teh usai rapat nanti, mungkin pembicaraannya tidak akan terpaku pada urusan kerajaan kali ini.
Seakan belum cukup, pikirannya kembali mengawang ke orang lain, kali ini menuju istrinya sekaligus wanita paling berpengaruh di Hanyang. Petinggi Yoo nampak sedikit kesal karena menyadari kalau ia tak memperhatikan apa yang dikatakannya, memilih untuk melamun. Lee Seok tahu kalau pria tua itu sedang membicarakan bahan makanan yang hilang di gudang, merasa risih karena mereka baru menyadarinya sekarang, sementara mereka sudah kehilangan stok makanan cukup banyak.
Lee Seok melenguh, merasa kalau kondisi Permaisuri Son lebih penting daripada bahan makanan yang hilang. Lee Seok memang kecewa karena putra atau putrinya yang pertama tidak lahir dari wanita yang dicintainya, matanya bahkan memicing ke arah paviliun Selir Joo yang belum terbuka hingga sekarang ini.
Namun, ia tak bisa menyembunyikan rasa senang yang meluap di hatinya ketika berita itu terdengar sampai telinganya.
Ia tidak mencintai Seungwan, memang benar adanya seperti itu. Jika ada yang bertanya mengenai rasa kasih sayang, tak diragukannya lagi – sudah pasti ia akan menjawab kalau ia menyayangi Seungwan. Dengan cara yang sama seperti ia menyayangi Taehyung, Yerim, dan Yoongi. Dialah satu dari empat orang yang bisa dipercayanya. Selain itu, tak mungkin ia tak menyayangi buah hatinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
• under the sky
FanficWalau kini ia berdiri di tempat yang sama, perasaannya tidak sama lagi.Entah mengapa ia tidak sabar menunggu bunga bunga bermekaran, ia akan menunggu momen itu. Momen dimana angin masuk kedalam Jibokjae melalui jendela yang sama, kali ini dengan ke...