Perih

905 92 28
                                    

"Bi imut, Bi ... ini gimana?" Langit tampak bingung harus melakukan apa.

"Aduh perih!" rintih Fathiya, ia berusaha membuka matanya, tetapi perih. Ia hendak berjalan, menuju wastafel tapi sulit karena kedua matanya terasa perih.

"Langittt ...! Cepat bantu Neng Fathiya ke wastafel!"

"Iya Bi, iya!" Langit segera mengangguk lalu meraih tangan Fathiya untuk menuntunnya ke wastafel yang ada di kantin itu.

"Jangan pegang-pegang!" Fathiya menghempaskan tangan Langit yang memegang tangannya tadi.

Langit melepaskan tangannya, lalu ia memegang bahu Fathiya untuk membantunya sampai ke wastafel.

"Jangan pegang-pegang! Kamu kasih tahu aku harus belok atau luru aja. Jangan pegang-pegang!" Fathiya mengingatkan.

"Susah dong kalau gitu!"

"Mataku sudah sangat perih, cepat beri aku intruksi harus jalan lurus atau belok."

Ini orang aneh banget! Orang aku cuman mau bantuin dia. Tapi nggak boleh ini, nggak boleh itu.

"Oke deh... kamu jalan lurus, lima langkah. Terus belok kiri... terus... awas di sana ada tong sampah... jalan ke kiri-kiri. Stop! Jalan ke kanan, lurus lagi... udah deh... di depan lo udah wastafel!" Langit berjalan tepat di belakang Fathiya, lelaki itu tampak sangat detail memberikan instruksi pada Fathiya.

Langit cepat-cepat memutar kran dan mengambil air. Ia berniat untuk membantu Fathiya untuk memasuh wajahnya.

"Biar aku saja, aku bisa sendiri!"Cepat-cepat Fathiya membasuh wajahnya dengan air. Untung saja serbuk cabe yang mengenai matanya hanya sedikit, sehingga matanya tidak apa-apa. Hanya terasa perih.

Langit berdiri, bersandar di tembok tepat di samping Fathiya. Ia melipat kedua tangannya seraya memperhatikan Fathiya yang sedang membasuk wajahnya, "Lo itu aneh ya. Gue mau nolong, tapi lo nggak mau ditolongin."

Fathiya tidak langsung menjawab pernyataan Langit. Ia mengambil tissue dan mengeringkan wajahnya. Kerudung yang ia kenankan jadi basah di sekitar wajahnya.

"Kerudung lo basah gitu, mendingan lepas dulu aja. Nanti pake lagi kalau udah kering!" Langit dengan santainya berkata seperti itu, hal tersebut behasil membuat Fathiya membelalakkan matanya di hadapan Langit.

"Aku lebih baik memakai kerudung basah, dari pada harus melepasnya!"

"Itu cuman saran dari gue aja sih." Langit sepertinya tidak mengerti dengan perkataan Fathiya.

"Terima kasih atas bantuannya." Fathiya segera meninggalkan Langit seraya memendam rasa kesal. 

Langit Terlalu PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang