"Hah?! Aku harus latihan bersama anak lainnya?" Sebuah keterkejutan bagi Michelle yang diharuskan latihan bersama remaja perempuan lainnya.
"Tentu. Kau tidak akan pergi sendiri, George akan menemanimu. Itu akan membantumu bisa berkenalan dengan gadis lainnya yang seumuran denganmu." Jelas Yukio sambil membaca sebentar dokumen lainnya.
"Tapi kakak... Kenapa tidak memberitahuku dari kemarin?" Michelle yang masih tidak terima berusaha untuk menolak tawaran dadakan itu. Yukio menghentikan kegiatannya, lalu melepaskan kacamatanya dan menatap adiknya itu.
"Turuti saja, jangan membuatku marah. George sudah menunggumu, jangan buat kakakmu ini kecewa." Setelah itu, ia kembali memakai kacamatanya dan kembali sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan, Michelle masih diam dihadapan meja kerja kakaknya. Ia masih belum niat untuk beranjak dari tempatnya ia berdiri.
"Ada apa? Masih belum mengerti juga? Kau bisa memilih untuk pergi atau jalani hukumanmu." Michelle hanya mengepal hingga buku jarinya memutih. Lalu, pada akhirnya ia pergi keluar dari ruangan kakaknya tanpa berkata apapun.
"Nona, kita harus bersiap-siap untuk pergi." Ucap George yang sudah menunggunya di depan pintu. Michelle hanya diam, lalu berjalan mengikuti langkah George.
***
Saat berkumpul disebuah taman kediaman keluarga Kannonzawa, Michelle hanya sibuk memperhatikan remaja perempuan lainnya yang saling sibuk. Sementara dirinya hanya duduk sendirian dan menyelesaikan beberapa tugas, George yang berdiri dibelakang Michelle hanya diam dan memperhatikan tulisan nona mudanya.
Hujan
Senja itu hujan turun, menyapu segala yang dilaluinya. Aroma darah menguar di udara. Yuu tidak beranjak seincipun dari tempatnya berdiri, mematung, membiarkan tetes-tetes air membawa serta noda darah dan melunturkannya. Jika saja, pikirnya, jejak dalam hatinya bisa dibawa juga...
Tidak saya duga, nona ahli dalam menulis. Apa nona tidak pernah menunjukkannya pada siapapun? "Karya yang bagus, nona. Ada baiknya jika nona memperlihatkannya kepada orang lain."
Michelle berhela nafas, "tidak... Karya mereka jauh lebih bagus. Mungkin aku harus membuat ulang." Gumam Michelle pelan.
"Tidak nona, itu sudah bagus. Ah... Nona Anna." Merasa seseorang menghampirinya, Michelle langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Tidak ingin bergabung, Michelle? Mungkin kita bisa berbincang sambil menikmati Afternoon Tea yang sudah disajikan." Tawar remaja yang dipanggil Anna itu, sekaligus ia adalah tuan rumahnya.
"Baiklah. Tapi-" Anna benar-benar tidak ingin Michelle menyelesaikan kalimatnya, sehingga buku dan pena yang ia gunakan jatuh.
"Selamat bersenang-senang, nona." Setelah itu, ia mengambil tulisan yang sudah Michelle tulis dan menyimpannya.
Sementara di meja Afternoon Tea...
"Sepertinya, kita belum berkenalan dengan nona Asanuma. Perkenalkan, saya Naomi Hidden. Senang bisa berkenalan dengan anda." Kata gadis yang duduk disampingnya sambil memperkenalkan diri.
"Senang juga bisa berkenalan denganmu." Mungkin bagi Michelle ini akan menjadi pertemuan yang panjang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Alterego [End]
FantasíaAlterego. Apa yang kalian bayangkan ketika mendengar atau melihat kata tersebut? Jiwa baru? Gangguan mental? Manusia yang baru? Double personality? Atau yang lainnya? Satu kata untuk menjelaskan seorang remaja perempuan yang baru saja ditinggal oleh...