Day's 8: Dark Side

476 48 4
                                    

Seulas senyum ramah seperti biasanya tersungging di wajah seorang pria dewasa begitu mendapatkan kabar baru mengenai 'kelinci percobaan', "sebuah keajaiban. Ketika kami menyuntikkan beberapa obat, dirinya langsung beraksi. Dan sepertinya, akan lebih banyak lagi 'jiwa-jiwa' lain yang akan masuk." Jelas pria yang pernah ditemui waktu itu.

"Menarik. Kalau begitu, lanjutan. Aku tahu ia sedang bersembunyi di sana." Pinta pria dewasa yang sama. Kita lihat, seberapa lama kau akan bertahan Michelle Visigoths. Batinnya sambil menyeringai lebar.

***

Pagi-pagi sekali, bahkan kedua kakaknya belum bangun dari tidurnya. Inilah kesempatan Michelle untuk pergi mengunjungi mansionnya, untunglah George mau menghantarnya. Setelah sampai, Michelle langsung meminta George untuk pulang agar kedua kakaknya akan mengurangi kecurigaan mereka. Walaupun akhirnya mereka pasti akan mencarinya.

"Good Morning... Bagaimana kabar kalian? Michelle harap kalian baik-baik saja." Gumam Michelle sambil menatap ketiga batu nisan yang sudah berada didepannya. "Happy birthday to you, Michelle." Lirihnya sambil berlutut didepan nisan orangtuanya dan juga kakaknya. Akhirnya, ia memutuskan untuk masuk kedalam dan membersihkan seluruh mansionnya. Itu tidak menjadi masalah untuknya, jika ia harus bekerja sendiri.

Ditengah-tengah ia sedang menyusun buku, ia mendengar seseorang tengah berbisik padanya. Awalnya, ia mencoba untuk mengabaikannya. Tapi, lama-kelamaan suara itu menjadi berisik dan memenuhi kepalanya.

"Kaulah yang membunuh mereka."

"Seharusnya, kau tidak mengajak mereka jalan-jalan waktu itu."

"Dasar pembunuh."

"DIAM! HENTIKAN!" Michelle berteriak sambil meremas rambutnya dan tatapannya penuh dengan air mata.

"Kau yang membunuh mereka bukan?"

"Mengakulah. Dan kembalilah pada pamanmu."

Suara itu benar-benar menyiksanya, "kakak... T-tolong..." Lirih Michelle yang masih meremas rambutnya dengan kuat. "A-aku... Su.. dah mem... Bunuh.. mereka?" Suaranya mulai terdengar bergetar dan matanya sudah mengeluarkan cairan bening yang sebesar bulir jagung. "Kenapa mereka menuduhku, bahwa aku sudah membunuh mereka?"

"Karena kau yang mencelakai mereka. Dan kau ditakdirkan untuk membunuh." Bisik suara yang sama kedengarannya seperti kalimat yang seharusnya tidak ia dengar. Perlahan pandangannya mulai mengabur dan ia merasakan tubuhnya menghantam lantai yang keras.

Gelap. Aku ada dimana? Gumamnya sambil menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang begitu menyilaukan. Ia terkejut ketika kedua tangan dan kakinya tidak dapat ia gerakkan, kondisinya saat ini terikat mencoba untuk memberontak hanya memeberika rasa sakit pada tangan dan kakinya. "Paman! Apa yang kau lakukan!"

Sosok yang dulu selalu ia anggap sebagai peri penolong kini berubah menjadi seseorang yang siap menyabut nyawanya. "Kau sadar juga. Akhirnya, aku menemukan jiwamu yang sebenarnya. Seharusnya, kau berterima kasih pada pamanmu yang sudah memberikanmu hadiah yang begitu unik." Terlihat pamannya menyeringai lebar menatap Michelle yang masih mencoba untuk melawan.

"Jika Helena melihat ini, dia akan kecewa melihat paman seperti ini!"

"Jangan pernah menyebutkan nama bocah yang tidak berguna itu didepanku. Kau mengerti?" Sebuah cengkraman kuat membuat Michelle harus menerimanya. Ia tidak bisa melawan tenaga pamannya. "Sekarang kau takut? Kau lihat Zack? Putrimu sedang meminta pertolongan." Kini suara pamannya benar-benar menyeramkan. Seolah-olah itu bukanlah dirinya, apa jangan-jangan paman memiliki kepribadian ganda?

My Alterego [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang