Day's 7: Pulang!

419 51 2
                                    

Seminggu setelah Michelle melakukan perawatan terakhir, kini ia bisa pulang ke rumahnya. Kali ini, ia tidak akan bisa lari lagi.

Saat perjalanan pulang, ia masih memikirkan mimpinya. Ayah dan ibunya memintanya untuk kembali ke Manchester untuk mengambil sesuatu. Mungkin, ia harus meminta izin pada kakaknya.

"Sepertinya, aku harus pergi ke Manchester." Ucap Michelle tiba-tiba. Kedua laki-laki yang duduk dihadapannya hanya terdiam dan mencoba mencerna perkataan yang dilontarkan oleh adiknya. "Aku harus mengambil sesuatu disana." Lanjutnya.

"George, putar arah. Kita akan pergi ke Manchester." Perintah Yukio, dan George mengangguk mengerti dan memutar jalannya menuju Manchester.

Michelle menarik nafas panjang, "terima kasih..." Suaranya terdengar kecil tetapi kedua laki-laki itu masih bisa mendengarnya.

Membutuhkan waktu sekitar 59 menit untuk sampai di Manchester. Tapi untunglah jalanan sore ini tidak terlalu macet, jadi George bisa dengan mudah melaju kencang.

***

"George berhenti. Kita sudah sampai," ucap Michelle lalu terlebih dahulu keluar dari Limousine dan disusul oleh Yukio dan Liam. Ketika berada di luar Limousine, Yukio dan Liam hanya bisa mengucapkan kalimat kekaguman terhadap mansion Visigoths yang bergaya Victoria. Meskipun, sudah lama ditinggalkan bangunan itu benar-benar memanjakan mata siapapun bagi mereka yang melihatnya.

"Ini mansionmu dulu?" Tanya Yukio yang masih terkagum-kagum melihat sekeliling mansion milik adiknya dulu.

Michelle mengangguk pelan, dan memasukan kunci aneh pada lubang pintu masuk. Kemudian membukanya dengan perlahan, "ayah, ibu, aku pulang..." Lirihnya sambil menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyuman. "Kakak... Aku sudah pulang. Kapan kita mengurus taman lagi?" Rasanya percuma saja ia berbicara seperti itu, karena tidak akan ada yang membalasnya.

Yukio dan Liam hanya mengikuti langkah Michelle dan memandangi betapa mewahnya mansion ini.
Dengan perlahan, ia berjalan dan sekarang ia sudah berada didepan pintu kamar orangtuanya.

Tangannya masih ragu untuk membuka knop pintu, dan terlihatlah kamar yang begitu rapi dan gelap karena tidak ada cahaya yang masuk. "Sudah lama sekali..." Setelah membuka pintu, Michelle memutuskan untuk masuk disusuli oleh kedua kakaknya.

"Apa yang kau cari?" Tanya Liam sambil melihat-lihat koleksi buku yang tertata rapi dirak buku kamar orangtuanya Michelle.

"Aku sudah menemukannya." Tangannya mengambil beberapa surat yang dicap dengan lilin merah dan kembali menutup laci mejanya. "Suratnya masih tersegel, sebelum itu..." Jedanya sambil keluar dari kamar orangtuanya. "... Aku ingin melihat kamar kakakku."

Masih dengan suasana yang sama dengan kamar orangtuanya, begitu gelap dan pengap. Sama sekali tidak ada cahaya matahari yang masuk, dengan tatapan yang kosong ia masih tidak percaya saja.

Kalau seluruh keluarganya pergi karena dirinya, "sudahlah. Jangan dipikirkan, itu hanya membuat mereka ikut sedih." Tegur Yukio sambil mengelus rambut adiknya.

"Apa yang dikatakan kakak itu benar. Kau seharusnya senang, dengan begitu mereka juga akan senang melihatmu." Tambah Liam yang diikuti anggukkan kepala Yukio.

"Sebelum pulang, aku ingin mengunjungi mereka." Tanpa membuang waktu lagi, Michelle langsung berjalan keluar dan menuju taman dibelakang mansionnya.

Terlihatlah 3 batu nisan yang berada dibawa pohon yang besar, sehingga membuat siapapun dapat berteduh di bawah pohon tersebut.

"Ini..."

"Iya. Ini adalah makam asli mereka. Aku sengaja menyembunyikannya di sini, karena aku tahu mereka akan mengincar orangtuaku dan juga kakakku."

My Alterego [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang