Day's 10 Extra Part 2

372 33 16
                                    

Hari ini, Michelle berniat untuk mengunjungi makam orang tuanya dan kakaknya. Ia tidak pergi sendirian. Yukio dan Liam juga ikut menemaninya, "ayah, ibu, kakak, aku pulang." Ia tersenyum manis dihadapan ketiga batu nisan yang berdiri tegak. "Maaf, jika aku terlalu lama untuk menemui kalian." Yukio langsung memeluk erat istrinya yang nyaris saja akan mengeluarkan cairan bening.

"Tenanglah. Kau tidak ingin menemui mereka seperti ini bukan? Jika kau sedih, mereka juga akan ikut sedih." Ucap Yukio sambil menghapus jejak air mata istrinya.

Mereka bertiga menghabiskan waktu cukup lama di sana, dan akhirnya mereka memutuskan untuk berpamitan dan mengisi perut mereka disebuah restoran terdekat. "Kak Michelle tertidur?" Tanya Liam yang masih fokus dengan jalanannya.

"Iya, Sepertinya dia terlalu lelah menangis tadi. Ada apa?"

Liam melirik sebentar pasangan yang duduk di bangku penumpang dari kaca mobilnya, "aku melihat mereka."

Alis Yukio terangkat sebentar lalu menunggu penjelasan berikutnya dari Liam. "Mereka meminta kak Michelle untuk sesekali pulang ke mansionnya. Itulah yang aku dengar." Sekarang Yukio mengerti, pantas saja dari tadi pikirannya tertuju pada mansion Michelle.

"Hngh.. sepertinya aku tertidur." Gumam Michelle sambil mengeratkan pelukannya pada Yukio.

"Ayo, Liam sudah memesan tempat untuk kita. Sekarang dia sudah didalam." Ajak Yukio lalu membantu Michelle perlahan keluar dari mobilnya. Dan mengajaknya untuk masuk kedalam.

"Ayah, ibu kalian tahu? Aku merasa bahagia bisa bersama dengannya, awalya aku mengira tidak bisa menikahi pria sepertinya. Tapi, sepertinya Yuki sudah menungguku juga. Dia memiliki perasaan yang sama denganku. Aku harap semua ini adalah dongeng yang tidak akan ada akhirnya." Batin Michelle sesekali melirik Yukio yang masih mengecek menu yang akan mereka pesan.

"Michelle, apa kau baik-baik saja? Wajahmu pucat." Panggil Yukio membuat lamunannya buyar begitu saja. "Apa perlu kita pergi ke dokter untuk mengeceknya?" Michelle menggeleng pelan, itu membuat kedua pria dewasa yang ada didepannya semakin khawatir.

"Aku baik-baik saja. Aku akan pergi ke toilet sebentar." Ia langsung bergegas meninggalkan tempat duduknya dan menuju toilet yang berada di pojok ruangan. Tak lupa mengunci pintu kamar toilet, ia langsung menyandarkan tubuhnya pada pintu. Nafasnya mulai tidak beraturan lebih terkesan tersengal-sengal, "tenanglah... Semuanya akan baik-baik saja." Batin Michelle untuk menyemangati dirinya.

Saat dirinya ingin keluar dari toilet, kedua tungkainya mendadak sulit untuk digerakkan. Pandangannya juga mulai mengabur, "siapapun... Tolong..." Lirihnya sebelum kegelapan menguasai kesadaran dirinya.

***

"Apa ini terlalu cepat?" Suara yang begitu familiar terdengar, itu adalah suara suaminya. Tapi, mengapa suaranya terdengar seperti ia panik dengan sesuatu. Apa sesuatu sedang terjadi? Perlahan Michelle mulai membukakan matanya dan menatap wajah satu persatu yang ada disampingnya.

"Kau sudah sadar? Apa masih ada yang sakit?" Tanya Yukio bertubi-tubi sepertinya ia benar-benar menghawatirkan istrinya. Ia terkejut melihat mata Yukio membengkak apa karena dia baru saja menangis? "Jangan diam saja Michelle, katakan sesuatu." Ucapnya sedikit melunak dari pada tadi terkesan cukup tergesa-gesa.

"Tenanglah kakak, dia baru saja sadar." Liam berusaha menenangkan kakaknya. Untunglah cara Liam menenangkan kakaknya cukup ampuh dan membuat Yukio menjadi tenang. Setelah menjalankan beberapa pemeriksaan, hasil pemeriksaan mengatakan bahwa didalam perut Michelle terdapat sesuatu yang hidup.

Selama perjalanan pulang, Michelle masih diam dan sesekali memegang perutnya. Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar, sesuatu yang hidup tumbuh di dalam perutnya. "Apa kau baik-baik saja? Tenanglah." Ucap Yukio sambil menggenggam erat tangannya.

My Alterego [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang