"Hidup bagaikan roller coaster kadang kau harus naik dan turun. Berteriak dan tertawa, sebelum pada akhirnya permainannya selesai."
Beberapa Tahun kemudian..."Mom! Ada monster datang." Teriak seorang anak perempuan yang berlarian dari luar rumah dan bersembunyi dibalik kedua kaki ibunya. Sementara itu wanita itu kebingungan dan akhirnya semuanya menjelaskan sesuatu, putranya dan pamannya terlihat bersenang-senang menjahili putrinya.
"Grahhh... Dimana mangsaku yang lezat itu?" Raung Liam dan laki-laki yang bersamanya. Bahkan kedua anak kecil itu tidak menyadari kehadiran wanita di sana. "Kau mengejutkanku, wajar saja bukan? Menghabiskan waktu bersama mereka menyenangkan." Ketika menyadari kehadiran Michelle ia segera mengganti dari bocah kecil menjadi seorang pria yang sudah dewasa.
"Aku senang jika kau bersenang-senang dengan mereka. Carolus, bermainlah dengan adikmu. Mom ingin berbicara dengan paman kalian." Laki-laki yang dipanggil Carolus itu menurut dan menggandeng tangan adiknya, meninggalkan kedua orang dewasa itu berbicara diruang tamu.
"Bagaimana dengan penelitianmu? Jika kau butuh sesuatu, aku bisa membantu." Sejak saat itu, Liam berhasil membuat dunia menjadi gempar berkat melanjutkan proyek kakaknya yang belum selesai itu. Sejak itu, Liam lebih sering menghabiskan waktunya untuk melakukan penelitian lainnya kadang ia juga menghadiri acara besar berkat kerja kerasnya.
Liam tersenyum. "Masih banyak yang harus aku teliti, tapi berkat semua catatan dari kakakmu itu benar-benar membantu." Michelle senang mendengarnya, dan mungkin kakaknya juga akan senang jika mendengarnya. Perbincangan mereka sempat terhenti karena, pria dewasa yang mereka tunggu sudah datang. "Kakak sudah pulang, kalau begitu aku pergi dulu. Ada rapat yang harus kuhadiri." Liam mengedipkan matanya, Michelle tahu maksudnya dan akhirnya Michelle membalas kedipannya juga.
"Bagaimana? Apa mereka merepotkanmu lagi?" Yukio langsung memeluk istrinya dan tak lupa mengecup keningnya.
"Mereka baik-baik saja, mereka bersenang-senang dengan Liam." Michelle membalas pelukannya dan membiarkan semua rasa lelah itu menghilang. Disaat wajah keduanya saling berdekatan, kedua buah hatinya datang. Untunglah, Michelle segera memberi jarak antara mereka berdua.
"Dad sudah pulang. Aku benar-benar merindukan Dad!"
Yukio mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan buah hatinya, "oh iya? Violence merindukan dad?" Anak itu mengangguk lalu memamerkan senyumnya. "Bagaimana sekolahmu?" Tanya Yukio sambil menggendong Violence di punggungnya.
"Begitulah. Ayolah dad, aku lebih baik diajarkan oleh kakak daripada harus berada di sana." Yukio sudah menduganya kalau putrinya akan berkata seperti itu, putri kecilnya memang sulit untuk diajak bersekolah. Begitu juga dengan putranya. Mereka memang memiliki sikap yang sama soal sekolah, keduanya selalu saja menolak untuk bersekolah hanya satu alasan. "Mereka semua berisik."
"Dad, malam ini aku ingin tidur bersama dad." Putri kecilnya itu memiliki trik yang begitu ampuh untuk membuat siapa saja langsung merasa ingin bersamanya.
"Baiklah. Akan dad temani, lalu bagaimana dengan Carolus?"
"Aku tidur bersama mom." Memang, keduanya adalah kembar. Hanya saja Violence paling dekat dengan ayahnya ketimbang ibunya, begitu juga dengan Carolus. Walaupun mereka berbeda sifat, mereka memiliki 1 sifat yang sama yaitu tenang sekolah. Tak jarang membuat Michelle dan Yukio harus memindahkan putra putrinya ke sekolah yang menurut mereka nyaman. Ternyata selama ini tidak ada sekolah yang pas untuk mereka.
"Baiklah, mom senang Carolus bisa bersama mom. Sekarang sudah sore, bersihkan diri kalian. Mom akan siapkan makan malam yang spesial." Keduanya langsung mengangguk dan melesat kekamar mereka masing-masing. Michelle hanya terkekeh kecil melihat tingkah laku buah hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Alterego [End]
FantasyAlterego. Apa yang kalian bayangkan ketika mendengar atau melihat kata tersebut? Jiwa baru? Gangguan mental? Manusia yang baru? Double personality? Atau yang lainnya? Satu kata untuk menjelaskan seorang remaja perempuan yang baru saja ditinggal oleh...