Kaki kecil itu melangkah pasti menuju tempat yang selalu ia impikan, wajahnya terlihat senang serta kaki kecil yang terus berjalan tanpa henti.
"Kau senang?". Wanita parubaya yang tengah menuntun jalannya bertanya dengan gemas.
Anak kecil imut itu mengangguk.
"Ne, ibu".
"Baiklah Baekhyun.. Ibu pergi dulu, kau baik-baik di sini oke?".
Lagi, Baekhyun mengangguk.
.
"Byun Baekhyun imnida".
Cukup menyenangkan bisa mulai bersekolah, Baekhyun selalu menantikan hal ini dari lama. Ia suka belajar dan yang paling penting ia senang akhirnya bisa bersekolah.
Ketika akhirnya satu hari berakhir dengan bunyi bel yang nyaring, Baekhyun berjalan pelan menghampiri anak kecil bertubuh tambun, wajah anak itu mengeras tanpa alasan dan yah.. sedikitnya membuat Baekhyun kecil ingin bertanya.
"HUWAHHAAAHAA.. Apa itu lollipop di kepalamu?". Tapi Baekhyun malah menertawainya.
Anak tersebut memperhatikan dengan betul bagaimana wajah tawa Baekhyun yang meledak, membuatnya ingin meledak kapanpun.
"Yakk.. Kemana kau?". Baekhyun berkacak pinggang saat anak itu pergi, bukannya malah menjawab pertanyaan Baekhyun.
"Aish.. Bocah aneh, aneh sekali".
.
Ia kini berada di sebuah supermarket, ia yakin harus mengisi perutnya walaupun dengan se cup ramen. Itu sudah cukup, ia juga tidak ingin pulang dulu kerumah berhubung ibu dan ayahnya sedang pergi.
Setelah suapan pertamanya seseorang datang dan dengan entengnya duduk di hadapan Baekhyun. Baekhyun mendengus.
"Kris".
"Kupikir kau tidak mengenalku?". Baekhyun menyeruput ramennya dengan buru-buru.
"Itu tidak mungkin, Kris". Kris mengangguk. Dia membuka ramen yang sama lalu memakannya dengan lahap.
"Setelah aku pikir, cinta itu ingin membuatku semakin gila.. Ah?? Aku tidak tahu jika aku masih sangat mencintai tao hingga sekarang". Baekhyun berhenti mengunya.
"Kenapa tidak kau perjuangkan dia".
"Memang mudah mengatakannya, tapi ibuku.. Dan juga Tao, aku tak bisa meninggalkan semua itu".
"Aku tidak mengerti, tapi yang pasti lakukan dengan hatimu". Kris melihatnya. "Wah?? Kau pasti sangat mencintainya?". Kris mengangguk.
"Sangat terlihat".
Baekhyun berdiri dengan dua buah kantong plastik di tangannya. Tapi ia masih sempat untuk memainkan ponsel.
Tidak ada yang tahu jika Baekhyun merekam percakapan tadi lalu mengirimnya pada pujaan hati Kris.
"Kalau begitu aku pamit dulu". Baekhyun mendahului Kris, tapi sebelum itu ia harus berterima kasih pada Baekhyun. Walaupun harus memeluknya.
"Maaf... Terima kasih". Baekhyun sendiri tidak mengerti kenapa tubuhnya tidak bereaksi untuk memukul atau menendang Kris yang nyatanya tengah memeluknya.
Tapi sepertinya Kris tidak bermaksud melakukan hal yang tidak senonoh padanya. Hanya memeluk.
"YAKK.. KALIAN!!". Semua itu terhenti saat Chanyeol ternyata tengah berdiri di sebrang jalan. Ia menyebrang dengan tergesa-gesa.
"Chanyeol?".
"Apa yang kalian lakukan?". Ia masing-masing fokus pada bibir Kris dan Baekhyun yang agak merekah. "Kalian!?!__". Baekhyun langsung mengelak.
"Tidak. Tak terjadi apapun antara kami". Baekhyun menjawab.
"Lalu yang barusan aku lihat apa!?". Sebenarnya, yang Chanyeol lihat hanya punggung Kris. Serta panas dan pedasnya ramen tadi membuat bibir keduanya menjadi sedikit membengkak.
Chanyeol siap dengan tangan melayangnya sesaat ketika Baekhyun menghentikannya.
"Ini tidak seperti yang kau bayangkan, tenanglah". Tapi Chanyeol sudah mendidih sekarang, ia harus menuntaskannya sesegera mungkin.
Tapi, lagi-lagi Baekhyun menahannya, Chanyeol di bawa menjauh dari tempat itu.
.
"Kau ini kenapa, Kris tidak mencoba untuk melakukan apapun.. Apalagi menciumku".
"Dia kan pernah berniat demikian, lalu aku melihat kalian berpelukan.. Dan astaga?? Bibir kalian berdua berubah". Baekhyun meraba bibirnya, padahal ini hanya efek panas dari makan ramen tadi.
"Jika itu yang kau pikirkan, ya sudah". Chanyeol melotot.
"Yakk.. Mana bisa ya sudah begitu saja, apa benar yang aku katakan tadi?".
"Aku bilang terserah pada pemikiranmu".
"Baek__".
"Kris hanya bercerita tentang kekasihnya, lalu aku memberinya nasehat".
"Benar begitu?". Chanyeol memastikan.
Baekhyun mengedikan bahunya. "Terserah kau mau percaya padaku atau tidak?". Ia lalu membawa serta belanjaannya dan berjalan terlebih dahulu.
"YAKK!! Mana bisa begitu.. Baekhyun?".
.
"Aku lelah".
"Baekhyun? Apa yang kau katakan barusan!".
Baekhyun menatap jengah Chanyeol, wajah yang di pandang itu tengah bermuka masam.
"Terkadang kau kekanakan dan kadang kau juga terlalu over, aku tidak terlalu suka".
"Kau bilang aku kekanakan! Terlalu over. Tidak menyangkan bagimu, kau terganggu begitu?!".
Baekhyun menggeleng, ia pusing.
"Sekarang kau sangat kekanakan.. Aku tidak bisa terus mengatasimu, aku. Chanyeol aku sungguh tidak bisa mengerti dirimu"
"Oh sungguh.. Aku juga tidak mengerti, kau juga sama childishnya saat itu".
"Itu dulu".
"Tidak! Kau selalu ingin menang dalam hal apapun".
"Baik, terserah padamu".
Bukan ini yang di inginkan Baekhyun, ini juga bukan keinginan Chanyeol. Ini bukan keinginan mereka berdua.
Tapi ini terjadi..
.. Sudah terlambat untuk memperbaikinya.
"Kupikir kita tidak lagi berada di jalan yang sama".
Whats next chapter is ending..
Bakal happy atau sad ending, tergantung voment dari readers sekalian.And, sorry buat kelanjutan cerita yang lama banget. See you again
BOW.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunbae? [COMPLETE]
FanfictionBaekhyun. Sangat benci dengan kesenioritasan, di pertemukan dengan kakak kelas yang menyebalkan tingkat dewa. "Ya Tuhan.... Kenapa kau ciptakan orang sepertinya". "Karna aku tampan". Bunuh. Aku. Saja.