"Kurasa lebih baik aku kembali ke temanku," ujar Arabella. "Sekali lagi terimakasih atas bantuanmu tempo hari."
"Kurasa kita impas." Lincoln menjawab santai.
Arabella menaikkan bahunya kaku kemudian berdiri. Tersenyum sekali lagi pada Lincoln, ia tidak segera beranjak. Kakinya tidak mau diajak bekerjasama sehingga Arabelle sempat berjingkrak-jingkrak di tempat sebelum akhirnya sanggup membalikkan tubuh.
"Arabella."
Arabella memutar tubuhnya cepat saat Lincoln memanggilnya, terlalu cepat malah.
"Ya?" Ia terdengar terlalu antusias dalam menjawab panggilan pria itu. Detak jantungnya berdegup kencang hanya karena namanya keluar dari bibit Lincoln. She must be really insane right now, so out of her head. In other word, crazy.
Lincoln hanya berkata, "Senang bisa mengenalmu."
Begitu sopan dan ramah, Lincoln membuat Arabella melupakan manner-nya. Alih-alih membalas ucapan pria itu dengan kata-kata 'aku juga', Arabella malah bertanya sambil berseru cepat, "Bolehkah aku meminta nomor teleponmu?"
Lincoln sedikit terkejut dengan pertanyaan itu seketika membuat Arabella merasa tidak enak. Pria ini terlihat baik dan mungkin akan tidak enak jika menolak untuk memberikan nomor teleponnya. For God's sake, Belle! Kalian bahkan tidak benar-benar saling mengenal.
"Sure," ucap Lincoln.
"Tidak apa-apa, aku mengerti jika—" Ucapan Arabella berhenti mendadak saat menyadari bahwa Lincoln tidak menolak melainkan setuju untuk memberikan nomor teleponnya. "Apa?!"
Lincoln berdecak dan menggelengkan kepala kecil melihat ekspresi Arabella. Pria itu memindahkan Ava ke sisi pahanya yang lain kemudian merogoh saku celananya. Arabella memperhatikan dengan seksama saat Lincoln mencari sesuatu dari dalam dompet dan mengeluarkan selembar kartu nama berwarna hitam.
Gerakkan Lincoln berhenti selama sesaat dan memadang Arabella, menimbang sesuatu.
"Sebenarnya aku tidak boleh memberikanmu kartu nama ini," ucap Lincoln. "Tapi aku kehabisan kartu namaku yang lain."
Arabella tidak mengerti namun tanpa ragu menerima kartu nama hitam tersebut saat diulurkan oleh Lincoln. "Trims," gumam Arabella tidak percaya bahwa Lincoln memberikan nomor teleponnya. "Sekali lagi terimakasih telah meminjamkan sapu tanganmu padaku."
"The pleasure is mine, Dear," jawab Lincoln dengan suara rendah yang sanggup menjalari sekujur tubuh Arabella. "Kau sebenarnya tidak perlu mengembalikan sapu tangan itu, I got plenty at home."
"Ah, aku hanya kebetulan melihatmu masuk ke restoran ini dan ingat bahwa kau telah menolongku."
Pupil Lincoln bergerak dan melihat Arabella dengan sirat ketertarikan setelah mendengar ucapannya. "Maksudmu, kau mengikutiku masuk ke restoran ini?"
Arabella ingin menampar wajahnya sendiri. Bibirnya terbuka dan tertutup beberapa kali membuatnya terlihat seperti ikan koi tanpa satu kata pun yang keluar dengan sempurna dari dalam mulutnya.
Lincoln kemudian tergelak. "Tidak apa-apa. Ini bukan kali pertama aku mendapatkan stalker," ucap Lincoln sambil mengedipkan sebelah matanya. Arabella mengerti bahwa Lincoln hanya bercanda dan menggodanya tapi hal itu sukses membuat Arabella merasa tidak enak dan malu sekaligus.
"Maaf!" serunya. Tanpa berkata apa-apa lagi, Arabella hanya mengangguk dan dengan cepat membalikkan tubuhnya setengah berlari kembali menuju meja di mana Joshua masih duduk memperhatikannya.
Dari balik tubuhnya, Arabella dapat mendengar Lincoln berkata 'call me anytime' dengan nada setengah bergurau. Wajah Arabella tidak bisa menjadi lebih panas dari ini lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl Gone Bad [TMS #2]
Romance[ON GOING] Copyright © 2017 | Anave Tj | All Rights Reserved No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, mechanical, electronic, photocopying, recording or otherwise without...