Hempasan kuat yang mendorongnya terbang hingga langit ke tujuh adalah hal paling menakjubkan yang pernah Arabella alami. Ia dapat merasakan dirinya seakan meledak kemudian terjun bebas di antara bintang-bintang.
Arabella bahkan tidak sadar bahwa dirinya menjerit, menegang, dan terisak karena kenikmatan tersebut. Yang ia tahu adalah, rasa panas dalam tubuhnya tersalurkan. Keresahan dan dorongan kuat dalam dirinya seakan menemukan pelepasan dan Arabella merasa cukup puas.
Untuk pertama kalinya, akhirnya Arabella mengerti apa itu puncak kenikmatan duniawi. Hal yang sebelum ini hanya dibacanya dari buku terjadi pada dirinya, dan jujur, Arabella menikmatinya.
Meskipun tubuhnya berada dalam pengaruh obat dan tidak dapat dikendalikan, namun sebagian otaknya masih bisa berpikir. Mungkin kepalanya tidak cukup jernih dalam mengambil keputusan, namun Arabella tidak lupa bahwa Lincoln ada bersamanya dan membantunya.
Melemaskan tubuhnya setelah klimaksnya benar-benar hilang, Arabella menarik tangannya dari balik jubah mandinya. Ia berbaring lemas di bawah tubuh Lincoln yang masih menatapnya dengan intens, membalas tatapan tersebut dengan sama membaranya.
Sedetik, lima detik, sepuluh detik, Arabella menunggu rasa malu datang menghantamnya, membuatnya menyesali apa yang sudah dilakukan oleh dirinya sendiri. Tapi rasa itu tidak kunjung hadir. Mungkinkah ini terjadi karena pengaruh obatnya belum hilang?
Oh, ya, pengaruh obatnya masih terasa. Bahkan sebelum Arabella benar-benar turun dari klimaksnya, ia dapat merasakan rasa panas yang mulai terasa familiar kembali menjalari tubuhnya kemudian berpusat pada kewanitaannya yang terasa basah.
Arabella merapatkan kedua pahanya, bergerak pelan saat kewanitaannya kembali berdenyut, hal yang tadi tidak dikenali olehnya namun sekarang mulai terasa tidak asing. Dengan sangat sadar, Arabella mengulurkan kedua tangannya dan menyentuh dada Lincoln.
Ia mengeluarkan desahan tertahan dan mencengkram kemeja yang masih dikenakan oleh Lincoln dengan kencang saat gerakkan tekanan pahanya mulai memberikan efek pada bagian tubuhnya yang sensitif.
Arabella dapat merasakan tarikan napas Lincoln di atasnya. Mempelajari raut wajah pria itu, Arabella tidak tahu apa yang ada di balik pikirian Lincoln. Ia hanya bisa berharap bahwa mata Lincoln yang tidak berkedip menandakan bahwa pria itu bersedia membantunya lagi.
Ia tidak keberatan bahwa Lincoln menuntun tangannya dan mengajarinya cara untuk mencapai puncak kepuasannya, tapi Arabella merasa ada suatu hal yang kurang. Bagian tubuhnya terasa kosong dan berdenyut pelan, seakan-akan kehilangan bagian terpenting.
Menjilat bibir, Arabella berkata, "I want more, Linc...."
Sebuah kilat terlintas dalam mata Lincoln dan Arabella berpikir ia berhalusinasi saat melihat cuping hidung Lincoln bergerak karena sesaat kemudian Lincoln berguling menjauh darinya.
***
Lincoln segera berguling menjauhi tubuh Arabella, berbaring terlentang di sisi kanan tubuh gadis tersebut. Memejamkan mata, Lincoln mengatur napasnya dan mencoba untuk memikirkan hal apapun selain tubuh gadis yang ada di sampingnya dengan harapan dapat menghilangkan ereksinya.
I want more, Linc.
Demi Tuhan! Arabella benar-benar sebuah godaan yang sulit untuk ditolak, terlebih saat kondisi tubuhnya seperti sekarang.
Lincoln dapat merasakan sesak luar biasa di bagian privatnya, menekan risleting celananya dan menuntut untuk dikeluarkan. Mengulurkan tangan, Lincoln tidak dapat mencegah dirinya sendiri untuk menyentuh, mencoba untuk memperbaiki posisi kejantanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl Gone Bad [TMS #2]
Romance[ON GOING] Copyright © 2017 | Anave Tj | All Rights Reserved No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, mechanical, electronic, photocopying, recording or otherwise without...