"Apa itu tadi?"
Gerakkan mulut Lincoln yang sedang mengunyah sarapannya terhenti begitu mendengar nada tajam yang Brittany lontarkan. Tidak lebih dari satu menit setelah kepergian Arabella, Lincoln langsung mendapati dirinya berdiri di bawah tatapan menyelidik Brittany.
"Apa?" Lincoln dengan santai memasukkan piringnya ke dalam dishwasher berpura-pura tidak mengerti arah pertanyaan Brittany.
Brittany mendengus dan menyilangkan kedua kakinya. "Seriously, Linc? Kau tahu dengan jelas apa yang sedang kutanyakan!"
Lincoln memutar bola matanya malas. "Apa yang ingin kau ketahui, Sis?"
"Apa kau sungguh-sungguh meniduri gadis itu?"
Lincoln mengerang. "Apakah ini penting untuk dibahas?"
"Tentu saja penting! Dia masih kecil, Linc!"
"Kau tidak tahu itu."
"Dan kau tahu? Kalau begitu coba jawab ini: berapa umurnya?"
Sesungguhnya, Lincoln tidak tahu. Ditanya seperti ini, Lincoln merasa mual membayangkan berapa umur gadis itu sebenarnya. Dilihat dari sisi manapun, Arabella masih remaja dan bisa saja belum mencapai umur legal.
"Gadis itu bahkan tidak membantah saat aku memberikan dalih bahwa ia masih bersekolah dan sedang memilih jurusan untuk kuliah nanti. Ia bahkan lebih mengkhawatirkan aku yang menyebutnya bukan dengan nama kecilnya, Linc!"
Lincoln menelan ludah. "Bisa saja ia sudah cukup umur."
"Kau yakin?"
Tidak! Jerit Lincoln dalam diam tapi ia tidak akan mengakuinya kepada Brittany.
Kakaknya itu kini sering menunjukkan sifat sok tahunya dan Lincoln tidak butuh ceramah panjang lebar Brittany saat ini. Setelah menikah dan melahirkan, Brittany tidak lagi sama, wanita itu lebih mudah didekati sekarang, tidak lagi sedingin es meskipun terkadang masih bisa bersikap dingin terhadap orang lain.
Semua perubahan itu jelas ada hubungannya dengan Ethan, suami Brittany, dan Lincoln sekarang berpikir ulang tentang efek yang diberikan Ethan ini, apakah perubahan Brittany adalah hal baik atau hal buruk pada hidupnya yang tenang?
"Jika kau sampai meniduri gadis di bawah umur, Linc, aku—"
"Oh, berhentilah, Britt!" erang Lincoln lagi. "Aku tidak tidur dengannya, oke?"
"Tidak?" Brittany mencondongkan tubuhnya memandang Lincoln dengan tatapan penuh ketidakpercayaan.
"Nope."
"Sama sekali, tidak?" selidik Brittany. "Kau tidak menyentuhnya barang satu inci pun?"
Lincoln menghembuskan napas dalam. Ia benci Brittany yang suka bermain kata-kata dalam setiap interogasinya. Bukankah yang penting ia tidak meniduri gadis itu?
"Kau menyentuhnya," putus Brittany beberpa detik kemudian.
"Situasi memaksaku untuk melakukannya, Britt," dalih Lincoln. Menanggapi sebelah alis Brittany yang terangkat, Lincoln berkata, "Belle berada di bawah obat perangsang. I have to do something."
"What?"
"Kau mendengarku dengan sangat benar. Obat perangsang."
Lincoln lalu bercerita secara singkat apa yang terjadi kemarin malam di Eros, bagaimana Ian membujuknya untuk membantu, menyelamatkan Arabella dari tangan Jameson, hingga ia yang membawa Arabella pulang ke sini. Tentu saja Lincoln meninggalkan detil-detil perbuatan yang ia lakukan terhadap Arabella di balik pintu kamar tidurnya. Brittany tidak perlu mengetahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl Gone Bad [TMS #2]
Romance[ON GOING] Copyright © 2017 | Anave Tj | All Rights Reserved No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, mechanical, electronic, photocopying, recording or otherwise without...