14 | Came Morning

9.3K 1K 43
                                    

Arabella menggulingkan tubuh, memeluk erat selimut yang tengah membungkusnya. Di balik kehangatan lembut selimut dan ranjang di bawahnya, Arabella semakin dalam membenamkan wajah pada bantal, ingin melanjutkan lelapnya yang sedikit terusik.

Menghirup napas dalam, Arabella langsung disambut oleh aroma linen harum disusul dengan aroma maskulin shampo seorang pria. Arabella terbuai, menghirup aroma asing tersebut dalam-dalam dan menikmatinya. Sepertinya wangi shampo ini berasal dari si pemilik bantal, pikirnya.

Lalu tiba-tiba, seiringan dengan pemikiran tersebut, kenyataan menamparnya, membuat Arabella tersentak dan membuka mata. Dari posisinya yang berbaring menyamping memeluk selimut erat di dada, Arabella menahan napas dan berpikir di mana ia berada. Dengan suasana kamar yang remang-remang hanya diterangi lampu tidur, Arabella memperhatikan sekelilingnya.

Arabella mengerjapkan mata, memastikan bahwa penglihatannya tidak salah, bahwa ia memang sedang berada di kamar yang bukan miliknya. Selama beberapa saat, Arabella dilanda kebingungan hingga tiba-tiba ingatan akan malam sebelumnya membanjiri pikirannya.

Ingatan tersebut berputar dalam otaknya, apa yang dilakukan oleh Lincoln dan bagaimana perilakunya sendiri tergambar jelas, tanpa ada satu bagian pun yang terlewat. Kini, perasaannya berkecamuk. Arabella belum bisa memutuskan apakah ia harus malu atau menyesali apa yang terjadi semalam.

Mendorong tubuh hingga terduduk, Arabella mengusap keningnya dengan sebelah tangan. Menoleh, sisi ranjang di sebelahnya kosong dan sedikit berantakan. Arabella hanya seorang diri di sini, tanpa ada tanda-tanda keberadaan Lincoln.

Ia lalu menyibakkan selimut. Seperti yang diingatannya, Arabella hanya mengenakan jubah mandi di baliknya. Kain tersebut tidak menutupi tubuhnya dengan sempurna dan ikatannya pun sudah kendur sehingga sebagian besar tubuhnya terpampang jelas.

Arabella mendekap asal keliman jubah tersebut lalu melangkah turun dari ranjang, segera mencari sesuatu lebih layak untuk dikenakan. Menoleh ke kiri dan kanan, ia tidak menemukan pakaiannya. Jika ingatannya benar, Lincoln menanggalkan pakaiannya di kamar mandi dalam kondisi basah kemarin.

Berjalan memutari ranjang, Arabella mengintip ke salah satu pintu yang ditebaknya adalah pintu kamar mandi. Ruangan tersebut cukup luas untuk ukuran kamar mandi dengan bathtub yang ada di sisi kiri dan shower tepat di seberangnya. Arabella memeriksa westafel dan keranjang baju kotor berharap pakaiannya mungkin ada di sana namun nihil, begitu juga dengan gantungan baju yang ada di belakang pintu.

Arabella mengerutkan kening berpikir. Samar-samar, ia mengingat bahwa bentuk pancuran di mana ia disiram kemarin bukanlah seperti yang ada di sini. Ia tidak menggunakan kamar mandi ini yang dari sejumlah barang-barang yang ia temukan adalah produk konsumen pria.

Membenarkan kondisi jubah mandi, Arabella berniat untuk keluar dan mencari kamar mandi lain. Tapi pandangannya jatuh pada tirai tebal yang ada di sisi kanan ruangan.

Jam berapa sekarang? Adalah pikiran pertama yang terlintas di kepalanya. Ia akan mendapatkan masalah besar jika sampai Terrell mengetahui bahwa ia tidak ada di rumah semalam. Bukan hanya orangtuanya akan tahu, tapi mereka bisa mendapatkan serangan jantung jika sampai menyelidiki apa yang Arabella lakukan semalam.

Arabella mencoba untuk mencari jam di ruangan ini namun tidak ada. Ponsel yang tidak pernah jauh dari sisinya pun kali ini tidak tahu kemana, membuatnya mulai merasa panik. Arabella tidak menyukai hal ini. Firasatnya tidak enak.

Tirai itu terlalu tebal bagi Arabella untuk mengetahui apakah di balik sana hari sudah terang atau masih gelap sehingga mengharuskannya untuk mengeceknya langsung. Dengan langkah lebar dan cepat, Arabella setengah berlari dan menarik tirai tersebut membuka.

Good Girl Gone Bad [TMS #2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang