Author
"Shireo." Kata-kata tersebut lolos begitu saja membuat pemuda yang tengah berdiri dihadapanya mengerjapkan matanya beberapa kali.
Angin berhembus membawa bunga sakura yang tengah mekar terbang dan jatuh melayang-layang dengan indah. Wajah gadis itu datar-datar saja. Ia terus menatap lawan bicaranya yang tak mengatakan apapun.
Jeon Jungkook tak tau harus berkata apa. Dirinya ingin sekali berteriak sekencang-kencangnya jika saja ini diatas gunung atau dipantai yang tak berpenghuni. Hatinya seperti bunga sakura yang berjatuhan ke tanah. Tapi entah kenapa dirinya tak bisa berkata apa-apa. Terlalu sulit untuk mengatakannya.
Nayeon yang takut menantikan sesuatu dari dirinya hanya bisa menatapi lenganya yang tak merasakan sakit lagi.
"Wah lenganku tidak apa-apa! Wah daebak!" Gadis itu meloncat-loncat senang sembari memegangi lenganya. Sedangkan Jungkook hanya bisa menatap Nayeon dengan tatapan bingung.
"Bukankah tadi aku sudah bilang."
"Aku hanya memastikan saja apa yang kau katakan benar atau tidak."
"Eh?" Detak jantung pemuda itu berpacu cepat. Dirinya tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Sedangkan Nayeon meruntuki mulutnya yang terlalu licin. Bagaimana bisa ia mengatakan itu.
"Jadi kau?"
"Jadi~ apa?"
"Kau bilang tadi kau hanya memastikanya saja kan? Berarti itu bukan jawaban yang sebenarnya?" Gadis tersebut kehabisan kata-kata. Karna terbawa suasana dirinya jadi sejelas ini.
Mereka kembali terdiam. Hembusan angin yang lembut menemani mereka. Seakan tak ingin meninggalkan kedua insan yang tengah mencari jawaban masing-masing. Jungkook terus menatap Nayeon berharap sesuatu yang baik akan gadis tersebut katakan. Walaupun sebenarnya ia telah siap jika nantinya hatinya bertepuk sebelah tangan. Dirinya siap menunggu lagi.
"Ya." Suara itu selembut angin yang menggelitik indera pendengaran Jungkook. Sangat lembut.
"Ya? Kau menjawab 'ya'?"
"Wae? Apa itu sesuatu yang tidak ingin kau dengar?"
Grep
Tubuh gadis itu menegang manakala pemuda tersebut memeluknya erat. Pelukan sehangat mentari dipagi hari itu kini menyelimuti seluruh tubuhnya. Begitu hangat sampai dirinya tak rela jika pelukan ini terlepas sekarang.
"Gomawo hiks." Mata Nayeon membulat. Kenapa pemuda itu selalu menangis didepanya. Sudah berapa kali pemuda tersebut menangis seperti ini. Dan kenapa setiap kali mendengar suara tangisan itu Nayeon selalu merasakan jantungnya berpacu lebih cepat. Melihat bagaimana seorang pemuda yang tegar menangis untuk orang lain bukankah berarti hatinya benar-benar tulus?
"Kenapa menangis? Bukankah seharusnya kau senang?"
"Aku senang. Sangat sangat sangat senang." Gadis itu tersenyum dalam diam. Tanganya terangkat untuk membelai kepala dan punggung Jungkook dengan lembut. Tak ada lagi alasan untuk seorang Im Nayeon menahan perasaanya lagi. Dirinya tak mau kehilangan orang-orang yang ia sayangi. Dan pemuda yang telah membuatnya tak bisa tidur dengan nyenyak dimalam hari ini telah mencuri hati dan pikiranya. Bahkan melebihi Kim Taehyung sekalipun. Untuk beberapa saat, Nayeon merasa dirinya seperti tengah menyadari bahwa rasa cintanya belum bisa sebesar apa yang telah Taehyung berikan untuknya. Dari semua itu dirinya belajar bahwa dirinya harus mulai menerima Jungkook.
Pemuda tersebut melepaskan pelukanya dan beralih menatap wajah cantik dihadapanya. Jantungnya berdegup kencang ketika tangan halus itu menyeka air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Hurt Kiss✔️
FanfictionIa merasakan seperti dicium oleh seseorang yang tak kasat mata. Fantasy and Romance Bahasa baku R+17 dibeberapa Chapter #955 in Fanfiction (05/03/2018)