Ini pudding yang entah ke berapa kalinya yang akhirnya aku makan sendiri. Rasanya masih sama. Manis bercampur kekecewaan. Setiap aku memasakkan pudding pandan ini untuk Pradipta, dia menolaknya walaupun secara halus, rasanya sangat sakit. Aku tahu, pudding ini terlalu sederhana dan tidak seberapa harganya. Namun, di dalam pudding ini, ada harapan yang Mamah Karina sampaikan.
Tanganku masih menari-nari di atas keyboard untuk mengetik balasan e-mail dari klien Mamah Karina. Aku sebagai sekretaris, mengupayakan untuk mengurangi beban tugas Mamah.
Dari: Asad Anantara
Perihal: Proyek Lapangan
Tanggal: 16 April 2015
Untuk: Naida Anhar
Pembangunan sudah sekitar 43% dari keseluruhan.
Sincerely,
Asad Anantara.
Direktur Anantara Corp.
Aku mengecek kembali jadwal pertemuan yang kosong untuk Mamah. Meneliti setiap tanggal yang banyak berwarna hijau sebagai tanda kalau hari itu sudah dijadwalkan untuk pertemuan dengan kolega Mamah yang lain. Ah, dapat.
Dari: Naida Anhar
Perihal: Proyek Lapangan
Tanggal: 16 April 2015
Untuk: Asad Anantara
Terimakasih atas kerjasama Pak Anantara.
Saya kira, Ibu Karina dapat melakukan pertemuan di tanggal 21 April 2015 mendatang untuk membicarakan proyek yang memerlukan persiapan matang tersebut.
Sincerely,
Naida Anhar.
Sekretaris Hamzan Corp.
Send. Sembari menunggu balasan Pak Anantara, aku kembali menyendok pudding yang masih tersisa sedikit di gelas. Mataku masih tak lepas dari layar laptop untuk melanjutkan tugas yang tadi tertunda untuk membalas pesan Anantara. Sedikit lagi, dan semuanya selesai.
Tak lama kemudian, sebuah e-mail kembali masuk.
Dari: Asad Anantara
Perihal: Proyek Lapangan
Tanggal: 16 April 2015
Untuk: Naida Anhar
Saya juga berterimakasih atas kerjasama perusahaan saya dengan Nyonya Karina.
Baik. Saya akan memberitahukan bawahan saya untuk tanggal 21 April 2015. Sekali lagi, terima kasih. Selamat sore.
Sincerely,
Asad Anantara.
Direktur Anantara Corp.
Aku membacanya dengan teliti. Baiklah. Mulai sekarang, untuk tanggal 21 April berubah menjadi warna hijau yang sebelumnya merah. Dengan segera, aku berjalan menuju ruangan Mamah Karina sembari membawa lembaran kertas berisikan laporan perkembangan proyek yang tadi aku kerjakan.
Setelah beberapa kali mengetuk, Mamah Karina mempersilahkanku masuk ke ruangannya. Mamah terlihat sangat serius dengan tumpukan kertas dan layar laptop secara bergantian melalui lensa kacamatanya yang bertengger di pangkal hidung.
"Ada apa, Nak?" Beliau mendonenggakuntuk menatapku.
"Naida mau kasih laporan ini ke Mamah." Aku meletakkan map di atas meja.
Beliau menerimanya dan membacanya dengan teliti. Sesekali mengangguk dan membetulkan letak kacamatanya. Membolak-balikkan halaman dengan sama fokusnya. "Baiklah. Kamu sudah kerja bagus, Naida."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadipta (Completed)
ChickLit-Selesai- Cerita tidak di-private! 👊 Berkisah tentang Pradipta, seorang pengacara muda yang tersesat untuk kembali ke "rumah"nya, yaitu Naida yang tetap tersenyum dan bersabar, bahkan saat Pradipta mengacuhkannya setiap waktu. Ia percaya bahwa ikat...