“Kita akhiri pertunangan ini.” Jantungku terasa terkoyak dari tempatnya saat itu juga. Kenapa rasanya begitu sakit? Bukankah aku sudah tahu suatu saat ini akan terjadi? Inikan yang aku inginkan?
Aku menghirup udara kemudian menghembuskannya pelan, berusaha menekan rasa sakit yang kembali kurasakan lagi. “Baiklah. Cepat atau lambat kita memang harus mengakhiri semua ini jadi nanti ataupun sekarang sama saja. Aku akan bicara pada kakek kalau kita...”
“Kita akan menikah.” Sahut Aiden sebelum aku menyelesaikan ucapanku. Tunggu. Apa dia baru saja mengucapkan kata menikah,
“Apa?? Apa yang kau katakan Aiden?” Aku berusaha memastikan kalau aku memang tidak salah dengar.
"Ya, kita akan menikah. Kau menjadi istriku dan aku menjadi suamimu. Apa masih kurang jelas? Lagipula kalaupun kita menghindari perjodohan ini aku yakin kita akan menemui perjodohan-perjodohan lainnya dan aku malas berurusan dengan wanita-wanita itu yang kuyakin tak akan menolak jika dijodohkan denganku" Aiden menjelaskannya dengan enteng.
"Kau benar-benar sudah gila." Hanya itu kalimat yang keluar dari mulutku walau sebenarnya di dalam kepalaku sudah tersusun berbagai macam umpatan. Aku benar-benar kehilangan kemampuan bicara.
"Bisakah kau mengganti kosa kata 'gila'mu itu dengan kata tampan, mempesona, menawan atau kalimat lain yang lebih manis dan cocok denganku?"
"Tidak. Itu kalimat paling cocok untuk otakmu yang kurasa memang sudah benar-benar gila. Aku tidak mau!"
"Tidak mau yang mana? Mengganti kata 'gila' atau menikah denganku?" Bisa kulihat Aiden menyeringai jahil.
Aku mendengus kesal. Masih bisa-bisanya dia terlihat santai setelah ucapan gilanya itu. "Dua-duanya. Kau gila dan aku tidak mau menikah dengan orang gila."
"Paling tidak orang gila ini tampan dan kaya. Alasan apalagi yang kau gunakan untuk menolakku kali ini?" Aiden menatapku intens menunggu jawabanku.
Alasan? Dia menanyakan alasan? Apa dia bodoh? Kalau dia mengatakan ingin menikah denganku karena dia mencintaiku aku pasti akan menerimanya. Tapi apa ini? Cinta? Yang benar saja. Keluhku dalam hati. Aku menghembuskan napas pelan. "Alasan? Alasannya karena aku juga gadis biasa yang masih berharap menikah dengan cinta dan bukan drama konyol seperti sekarang Aiden."
"Kalau begitu akan kubuat kau mencintaiku." Aiden berbicara dengan santainya.
"Apa? Kau benar-benar pria paling brengsek yang pernah aku temui. Semudah itu kau menganggap sebuah pernikahan?! Aku ingin dicintai Aiden. Aku ingin menikah dengan cinta!" Aku berteriak marah. Aku benar-benar sudah kehilangan kesabaranku. Aku benar-benar tak percaya dia berbicara semudah itu.
Aiden mendekat kearahku. Entah mengapa aku merasa gugup tapi aku tak mau mundur dan dia akan menganggapku lemah. Aku tak bergeming dari tempatku dan menatap Aiden tajam. "Cinta? Ternyata kau masih percaya cinta Jase? Jadi siapa pria yang kau cintai itu?"
"Bukan urusanmu." Aiden berhenti tepat didepanku. Jarak kami begitu dekat. Tapi aku tak mau terintimidasi. Aku mendongak menatapnya dingin.
Aiden mendengus dan tersenyum meremehkan. Apa yang dipikrkannya. Tiba-tiba dia menatapku dingin dan dengan amarah yang tertahan.
"Dave? Kau mencintai bajingan itu?" Kata Aiden dingin.
Aku terbelalak tak percaya. "Demi tuhan Aiden kenapa kau selalu membawa dia disetiap pertengkaran kita. Dave tak tahu apa-apa. Dia pria baik yang.."
Ucapanku kembali tertelan ketika Aiden menciumku dengan liar.
*** Fate And Wishes In Autumn ***
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate And Wishes In Autumn
Любовные романыDimanapun kau bersembunyi jika takdir berkata "ya" maka kau akan tetap bertemu dengannya. Ketika pahitnya kenangan masa lalu tak bisa dihapus satu-satunya hal yang mampu dilakukan Jasmine hanyalah membuat benteng dalam hatinya dan menyembunyikan sem...