Part 14: Nameless Threat!!

595 36 1
                                    

"Jadi, sebenarnya apa yang terjadi?" Setelah menelepon beberapa saat yang lalu Spencer datang ke apartemen Aiden. Sekarang mereka sedang berbicara diruang kerja Aiden, Jase juga berada disana.

"Kau ingat Jack? temanku yang juga ikut menangani kasus ini." Aiden mengangguk menanggapi pertanyaan Spencer. "Tadi dia menghubungiku kalau timnya baru saja menemukan bukti baru dan memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut."

"Bukti apa?" Aiden bertanya dengan nada datar.

"Beberapa botol serbuk racun ditemukan ditempat sampah belakang hotel, sisa sarung tangan yang terbakar dan juga cctv mati 2 jam sebelum kekacauan terjadi."

"Sial!! Bagaimana mungkin hal seperti ini bisa terjadi? Siapa si brengsek itu yang bisa menembus sistem keamanan terbaikku?" Aiden menggeram frustasi sambil mengacak rambutnya.

Jase beranjak dari tempat duduknya kemudian mendekati Aiden dan duduk disandaran kursi. "Hey, tenanglah sayang." Kata Jase sambil meremas bahu Aiden dan menggenggam tangannya. "Emosi tak akan bisa membuatmu berpikir logis."

Diluar semua kekacauan ini Aiden tersenyum lembut pada Jase dan balas menggenggam tangan wanita yang sangat dicintainya itu. Semua itu tak luput dari perhatian Spencer. Sialan, dia benar-benar jatuh cinta. Umpat Spencer dalam hati, tapi kemudian tersenyum tipis mendapati kenyataan itu. Dia tahu tak ada seorang wanita pun yang sanggup membuat sahabatnya itu bertekuk lutut kecuali Jase.

Aiden kembali memfokuskan perhatiannya pada Spencer. “Apa mereka sudah menetapkan tersangka?”

“Belum ada penetapan tersangka. Besok mereka akan mengirim surat penyelidikan secara resmi. Tapi menurut Jack kemungkinan besar pelakunya orang dalam.”

Aiden hanya terdiam, tampak berpikir. Dia juga menduga kalau ada orang dalam yang ikut andil dalam masalah ini. Tapi siapa orang itu dan apa motif dari semua kekacauan ini? Dia benar-benar tidak bisa menebaknya.

Jase bangkit dari sofa kemudian menatap Aiden dan Spencer bergantian. “Oke. Bisakah kita membicarakan ini lagi besok. Ini sudah larut dan aku kelaparan. Kalian mau menemaniku makan? Tidak ada bantahan Aiden, aku tahu kau belum makan malam.” Ucap Jase cepat saat melihat ekspresi enggan Aiden. Aiden menghembuskan napasnya pasrah. “Ayo Spenc kau juga harus ikut.”

*** Fate And Wishes In Autumn ***

Seharian ini pikiran Jase benar-benar tidak fokus. Dia sangat mencemaskan Aiden. Mungkin sedikit berlebihan karena Jase sendiri yakin Aiden sering menangani masalah besar seperti ini tapi tetap saja itu tidak bisa membuat Jase berhenti khawatir melihat betapa frustasinya Aiden tadi pagi saat berangkat ke kantor meskipun dia berusaha menampilakan wajah tenangnya dihadapan Jase. Ditambah lagi mulai bermunculan artikel-artikel yang justru semakin memperburuk citra hotel. Jase sangat ingin membantu tapi dia benar-benar tidak tahu apa yang bisa dia lakukan, Jase buta mengenai bisnis dan sekarang dia mulai sedikit menyesalinya.

“Jase.” Jase mendongak begitu mendengar Dave memanggilnya. Jase bahkan tak menyadari kehadiran Dave yang sekarang sudah berdiri dihadapannya dengan tatapan khawatir. “Kau baik-baik saja?”

“Oh, hai. Yah aku baik-baik saja. Kau baru datang?”

“Ya, ada sedikit masalah dengan anak cabang WPP, jadi aku harus mengecek kesana.” Dave mengerutkan dahinya melihat Jase masih belum yakin dengan jawaban gadis itu. “Hei, ada apa dengan wajahmu? Kau kelihatan kacau.”

Jase menghembuskan napas berat. “Mungkin ini konyol tapi aku sangat mengkhatirkan Aiden.”

Dave menaikkan satu alisnya tak mengerti dengan maksud Jase. “Apa terjadi sesutu dengan bajingan itu?”

Fate And Wishes In AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang